Kostum dokter wabah

Kostum yang dikenakan oleh dokter yang menangani wabah atau dikenal dengan sebutan Plague doctor telah digunakan di Prancis dan Italia di abad-17, dengan tujuan untuk melindungi diri mereka dari penyakit yang menular lewat udara. Kostum ini terdiri dari mantel yang memanjang hingga ke pergelangan kaki, topeng berbentuk seperti paruh burung yang diisi dengan wewangian atau aroma tajam dari bahan-bahan alami (biasanya bunga lavender), sarung tangan, sepatu bot, topi bundar lebar, dan pakaian luaran yang lebar dan panjang.

Paul Fürst, 1721, ukiran dari seorang dokter wabah di Marseilles (diperkenalkan sebagai 'Dokter Berparuh dari Roma' atau 'Dr Beaky of Rome '). Di dalam pelindung hidungnya berisi bahan herbal untuk mencegah penularan wabah.[1]

Deskripsi

sunting
 
Kostum Plague Doctor dari Jerman (di abad-17)

Topeng ini memiliki lubang yang dilapisi kaca di bagian kedua mata dan bentuk paruh melengkung menyerupai burung dengan tali yang diikatkan ke arah bagian belakang kepala. Di bagian paruh terdapat dua lubang hidung kecil sebagai alat pernapasan (untuk pertukaran udara serta oksigen dan karbondioksida) yang mengandung bahan-bahan aromatik. Pada bagian paruh dapat diisi dengan bunga-bunga kering (seperti bunga mawar dan bunga anyelir), ramuan (seperti bunga lavender dan pepermin), rempah-rempah, kapur barus atau spons yang dibasahi cuka. Tujuan dari pemakaian topeng ini untuk menghindari bau tak sedap yang dikenal sebagai Miasma, sebuah pemikiran mengenai pokok penyebab dari suatu penyakit yang sebelumnya belum dibuktikan oleh Teori kuman penyakit.

Para dokter mempercayai bahwa khasiat ramuan-ramuan alami mampu melawan bau-bau tak sedap yang "jahat" dari wabah dan menghindari mereka dari penularan infeksi.

Untuk mengindikasikan profesi mereka, topi bundar yang dikenakan para dokter dibuat dari kulit. Mereka menggunakan tongkat kayu agar dapat memberi arahan ke area tubuh yang memerlukan perhatian dan untuk memeriksa pasien tanpa menyentuhnya secara langsung. Tongkat itu juga digunakan untuk menjaraki orang-orang, melepaskan pakaian korban tanpa menyentuhnya, dan mengetahui debaran jantung pasien.

Sejarah

sunting

Sejarah medis telah mengaitkan pembuatan kostum "dokter berparuh" kepada Charles de Lorme, yang telah mengadopsi ide dari mantel pelindung panjang dari ujung rambut hingga ujung kaki di tahun 1619, yang sudah diperagakan setelah desain buatannya yakni gaun kanvas untuk prajurit yang menutup dari bagian leher hingga pergelangan kaki. Baik mantel berlapis maupun celana ketat, sarung tangan, sepatu bot dan topi dibuat dari kulit mengkilap. Mantel tersebut dipenuhi dengan bahan-bahan wewangian yang sama seperti di dalam topengnya.

Lorme menuliskan bahwa panjang topeng pada bagian setengah hidung sama dengan panjang telapak kaki manusia, bentuknya seperti paruh, diisi dengan wewangian dengan dua lubang, satu lubang di tiap sisi dekat lubang hidung tetapi cukup untuk bernapas serta memuat udara dalam satu pernapasan dengan sensasi obat-obatan yang jauh lebih tertutup di dalam paruhnya".

Seorang tabib asal Jenewa, Jean-Jacques Manget, dalam karyanya Treatise on the Plague yang ditulis pada tahun 1721 setelah peristiwa Great Plague of Marseille, ia mendeskripsikan kostum yang dikenakan oleh para dokter penanganan wabah di Nijmegen di tahun 1636-1637. Kostum itu diwujudkan dalam karyanya sebagai gambar halaman pertama buku di tahun 1721. Kostum dokter wabah Nijmegen juga mengenakan topeng berparuh dengan jubah, celana ketat, topi dan sarung tangan yang dibuat dari Morocco leather atau kulit levant.

Kostum ini juga digunakan oleh para dokter wabah saat peristiwa wabah tahun 1656 yang menewaskan 145.000 orang di Roma dan 300.000 orang di Naples. Kostum ini membuat orang-orang ketakutan karena merupakan sebuah tanda kematian sudah dekat. Para dokter menggunakan kostum pelindung ini disetujui atas kesepakatan mereka ketika mereka menghadiri para pasien pengidap wabah.

Karnaval

sunting
 
Topeng berparuh di karnaval Venesia dengan tulisan Medico della Peste ("Dokter wabah") di bagian bawah kanan mata

Kostum ini juga dikaitkan dengan suatu karakter commedia dell'arte dengan panggilan Sang Dokter Wabah atau dalam Bahasa Italia, Il Medico della Peste yang menggunakan topeng dokter wabah khusus. Salah satu topeng Venesia khusus yang dikenakan saat Karnaval Venesia, umumnya topeng berwarna putih yang terdiri dari paruh cekung dengan lubang mata berbentuk bulat yang dilapisi kaca bening.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Füssli's image is reproduced and discussed in Robert Fletcher, A tragedy of the Great Plague of Milan in 1630 (Baltimore: The Lord Baltimore Press, 1898), p. 16–17.

  Media tentang Plague doctors di Wikimedia Commons