Kondiaronk atau Kandiaronk (kira-kira 1625–1701),[1] dikenal juga dengan nama Gaspar Soiaga, Souojas, Sasaretsi, atau Le Rat ("Tikus"), adalah Kepala Suku Pribumi Amerika Wyandot yang bermukim di Michilimackinac, Prancis Baru. Suku Huron, setelah diserang oleh suku Iroquois pada tahun 1649, kabur ke Michilimackinac.[2] Area Michilimackinac adalah suatu selat antara Danau Huron dan Danau Michigan di Amerika Serikat kini.[3]

Tanda tangan Kondiaronk di Kedamaian Besar Montreal mewakili orang Huron-Wyandot

Kondiaronk dikenal sebagai seorang orator yang brilian dan pembuat strategi terkemuka. Ia memimpin orang Petun dan Huron yang pro-Prancis di Michilimackinac melawan orang Iroquois yang sudah lama menjadi musuh mereka. Kondiaronk menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk membuat situasi menjadi aman adalah dengan mempertahankan situasi perang antara musuh-musuh mereka, orang Iroquois, dengan orang Perancis, agar orang Iroquois tetap sibuk dan orang Huron tidak terancam. Ia berhasil mencetuskan perang, namun ketika ia sudah mendapatkan kedamaian bagi warganya, ia mencoba mendamaikan situasi.[4] Upaya ini kemudian memuncak di perjanjian yang dikenal sebagai Kedamaian Besar Montreal (1701) antara Prancis, Iroquois, dan suku-suku Indian lain di daerah Danau Besar. Perjanjian ini mengakhiri Perang Berang-berang dan membuka daerah pedalaman Amerika Utara bagi penjelajahan dan perdagangan Prancis yang lebih mendalam. Kondiaronk memperlihatkan hasil ini bagi orang Prancis.

Sang sejarawan Jesuit, Romo Pierre Francois Xavier de Charlevoix, menulis bahwa "adalah pendapat umum bahwa tidak ada orang Indian lain yang pernah memiliki kebajikan yang lebih besar, pikiran yang lebih tajam, kehormatan yang lebih tinggi, serta pemahaman yang lebih mendalam terhadap orang-orang yang harus ia pertimbangkan." Louis-Hector de Calliere, sang Onontio (gubernur) yang menggantikan Frontenac, sangat "berhutang budi kepadanya untuk ... urusan ini, yang sampai sekarang adalah perdamaian yang tak terbandingkan, antara begitu banyak negeri."[4] Kondiaronk terkena demam dan meninggal di Montreal saat negosiasi Kedamaian Besar pada 2 Agustus 1701.[2] Jenazahnya dimakamkan di Gereja Notre-Dame, Montreal, setelah upacara pemakaman yang megah. Kini, tidak ada lagi sisa kuburannya. Taman Kondiaronk Belvedere di Taman Mount Royal, Montreal, dinamai untuknya. Pada tahun 2001, ia disebut sebagai Orang dengan Kepentingan Sejarah Nasional oleh pemerintah Kanada.

Upaya diplomatik awal

sunting

Peran besar pertama Kondiaronk muncul di tahun 1682. Pada saat itu, ia mewakili bangsa Huron di Mackinac untuk menengahi negosiasi antara gubernur Prancis, Frontenac, dengan bangsa Ottawa yang hidup berbarengan di sebuah desa Michilimackinac. Kondiaronk mengharapkan perlindungan dari Prancis melawan suku-suku bangsa Iroquois. Kala itu, seorang kepala suku Iroquois dari Seneca dibunuh ketika sedang dipenjara di sebuah desa Michilimackinac.[5] Bangsa Huron mencoba mengirimkan sabuk wampum kepada Iroquois untuk menenangkan mereka, tetapi perwakilan diplomatis Ottawa memberi tahu Frontenac bahwa bangsa Huron tidak mengirimkan satu pun sabuk wampum dari bangsa Ottawa.[6] Lebih lanjut, Ottawa bersikeras bahwa bangsa Huron sepenuhnya menyalahkan mereka untuk pembunuhan itu.[6] Kondiaronk tidak bergeming pada pendapatnya bahwa aksi bangsa Huron adalah sepenuhnya untuk menenangkan Iroquois, tetapi Ottawa juga tidak tergoyahkan dan upaya Prancis untuk menenangkan kedua belah pihak tidak begitu berhasil.[5] Walau ada tensi antara bangsa Huron dan Ottawa, tetapi upaya Kondiaronk untuk mengamankan perlindungan dari Prancis berhasil: mereka bersekutu, dan Iroquois tidak berani menyerang.[7]

Kudeta tahun 1688

sunting

Pada tahun 1687, Gubernur Jenderal Prancis, Denonville, mengambil sepenuhnya tanah suku Seneca. Kondiaronk dan bangsa Huron setuju untuk bersekutu dengan orang Prancis selama Denonville berjanji bahwa perang melawan Iroquois tidak akan berhenti hingga Iroquois sepenuhnya dikalahkan.[8]

 
Kondiaronk berbicara kepada diplomat Iroquois yang ditangkap, 1688, sebagaimana dibayangkan dalam sebuah ilustrasi yang dibuat tahun 1909.[9]

Pada tahun 1688, Kondiaronk mendirikan sebuah gabungan bersenjata dan pergi ke Fort Frontenac untuk merampok desa-desa Iroquois. Selama berada di benteng tersebut, Kondiaronk mendengar bahwa Denonville sudah mulai berbicara dengan orang Iroquois terkait gencatan senjata, meskipun ia sudah berjanji sebelumnya dengan bangsa Huron bahwa perang akan dilanjutkan.[5] Gabungan bersenjata ini pun pulang melintasi Danau Ontario dan menunggu delegasi dari suku Onondaga bangsa Iroquois untuk lewat dalam perjalanannya menuju Montreal.[9]

Ketika para diplomat Iroquois lewat, Kondiaronk dan gabungan bersenjatanya bergerilya dari dalam hutan.[5] Mereka berhasil membunuh seorang kepala suku dan sisa orang Iroquois pun diculik.[6] Orang-orang yang diculik ini kemudian menjelaskan kepada Kondiaronk bahwa mereka adalah delegasi damai dan bukan gerakan bersenjata. Kondiaronk kemudian berpura-pura kaget, lalu pura-pura marah, dengan pengkhianatan Denonville.[5] Ia berkata kepada orang Iroquois yang diculik:

"Pergilah, saudaraku. Aku melepaskan kalian dan mengirim kalian balik ke suku kalian, meskipun kami sedang berperang dengan kalian. Gubernur Prancis-lah yang membuatku bertindak seperti ini. Tindakan ini begitu membahayakan dan aku takkan memaafkan diriku sendiri apabila Lima Bangsa kalian tidak membalas dendam."[6]

Gerakan bersenjata Kondiaronk kembali ke desa mereka di Michilimackinac dengan membawa seorang culikan Iroquois sebagai ganti untuk seorang Huron yang terbunuh dalam gerilya. Ketika culikan ini dibawa ke hadapan komandan Prancis di Michilimackinac, komandan Prancis itu memerintahkan bahwa ia dibunuh.[5] Sang komandan tidak sadar bahwa pemerintahnya sedang mencoba menegosiasi perdamaian dengan Lima Bangsa. Ia masih menjaga situasi, yaitu deklarasi perang bangsa Huron.[5]

Seorang budak tua asal suku Seneca kemudian diperintahkan untuk menyaksikan pembunuhan sesama bangsanya, lalu Kondiaronk memerintahkan orang ini pergi ke daerah Iroquois dan melaporkan betapa buruknya orang Prancis memperlakukan bangsa mereka.[6] Orang culikan yang dibunuh tersebut tadinya akan diadopsi ke dalam desa Michilimackinac, sesuai tradisi. Kematiannya membuat marah orang Iroquois karena mereka merasa orang Prancis tidak menghargai tradisi mereka.[6] Berkat manipulasi Kondiaronk yang amat terampil, negosiasi damai antara orang Prancis dan Iroquois pun berhasil digagalkan, membawa keuntungan bagi orang Huron.

Peperangan dan upaya diplomatik kemudian, tahun 1689–1701

sunting

Peperangan yang dikenal sebagai Perang Frontenac (1689–1701) meletus di tahun 1689. Dalam perang ini terjadi banyak konflik antara orang Prancis dan Inggris. Sebagai hasil manipulasi Kondiaronk, Perang Frontenac pun meluas menjadi konflik antara orang Prancis dengan Iroquois.[10] Kemudian, di tahun 1697–1701, terjadi awal suatu periode aktivitas diplomatik intensif yang akan memuncak pada Kedamaian Besar Montreal empat tahun kemudian.[11]

Kondiaronk dianggap bertanggung jawab karena telah membuat marah bangsa Iroquois sampai mereka tidak dapat ditenangkan kembali, sebagaimana dicontohkan dengan pembakaran Lachine pada musim panas tahun 1689.[4] Bangsa Iroquois, sebagai balas dendam kepada orang Prancis, membakar, membunuh orang, dan menghancurkan perkebunan — hingga Pulau Montreal hampir tidak bersisa.[12] Meskipun bangsa Iroquois begitu agresif, Kondiaronk terus mencoba menggagalkan perdamaian Prancis-Iroquois bagaimana pun caranya.

Pada tahun 1689, Kondiaronk tertangkap basah sedang membuat rencana dengan orang Iroquois untuk menghancurkan tetangga mereka, bangsa Ottawa.[2]

Bangsa Huron pada saat itu terbelah menjadi faksi yang pro-Prancis, dipimpin oleh Kondiaronk, dan faksi pro-Iroquois. Pada tahun 1697 Kondiaronk memberikan peringatan kepada bangsa Miami bahwa akan terjadi serangan yang dipimpin oleh Lahontan dan sekutu-sekutu Iroquoisnya.[2] Kondiaronk kemudian memimpin 150 prajurit berperang di atas kano selama dua jam di Danau Erie dan ia berhasil mengalahkan gerakan bersenjata sejumlah 60 orang Iroquois.[11] Kemenangan ini mengembalikan reputasi Kondiaronk dan tempat bangsa Huron di sisi Frontenac.

Setelah konflik di Eropa berakhir dengan Traktat Ryswick di tahun 1697, New York dan Prancis Baru bersetuju untuk melakukan gencatan senjata.[2] New York mengajak bangsa Iroquois untuk berdamai dengan Prancis Baru. Setelah orang Iroquois tidak dapat lagi menggunakan ancaman militer Inggris untuk melawan Prancis Baru pada bulan September 1700, mereka berdamai dengan Frontenac melalui sebuah perjanjian perdamaian yang dicetuskan terpisah dari New York. Perjanjian ini adalah langkah pertama negosiasi.[11] Kondiaronk kemudian kembali ke Michilimackinac dan mengajak semua bangsa di danau untuk mengunjungi desa itu di Agustus bulan depan. Pada dasarnya, ia menjadi arsitek perdamaian besar tahun 1701.[11]

Perdamaian tahun 1701 dalam kongres Indian terakhir

sunting

Kongres Indian terakhir dilaksanakan pada 21 Juli 1701. Arahan utamanya adalah negosiasi traktat perdamaian antara kaum pribumi dan orang Prancis. Konflik besar yang mengganggu jalannya visi kedamaian ini adalah perdebatan tentang pengembalian narapidana yang ditangkap, diadopsi atau diperbudak dari perang-perang maupun pertempuran sebelumnya. Bagi Gubernur Hector de Calliere, konferensi ini adalah hasil 20 tahun diplomasi.

Bacqueville de la Potherie yang menjadi sumber utama informasi tentang negosiasi ini pergi ke Caughnawaga untuk bertemu dengan masing-masing pihak. Ia tinggal di desa para orang Pribumi Amerika Kristen. Kapal pertama yang tiba membawa hampir dua ratus orang Iroquois yang dipimpin para perwakilan dari suku Onondaga, Oneida, dan Cayuga. Orang Seneca dan Mohawk tiba kemudian. Para lelaki itu pun datang dan menembakkan senapan mereka. Tanda hormat ini dikembalikan oleh orang Indian Kristen yang memang bersaudara dekat dengan mereka menggunakan panah yang ditembakkan ke pantai. Di sisi air, orang Iroquois ini disambut dengan tembakan senjata kecil dan diajak ke loji utama konsil untuk merokok bersama dalam ketenangan. Sore itu, "tiga kata yang jarang diucapkan" terkait requickening (penghidupan kembali) diberikan kepada mereka. Mereka diajak menghapus air mata, membersihkan telinga, dan membuka tenggorokan. Upacara ini penting untuk mempersiapkan konferensi dan negosiasi dengan suku Onontio di hari selanjutnya.[6]

Pagi berikutnya, bangsa Iroquois "berarung jeram ke api utama di Montreal dan di sana mereka disambut dengan dentuman artileri". Mereka tidak berhasil kabur sama sekali dan tidak lama kemudian beberapa ratus kano yang berisi sekutu Prancis pun tiba. Termasuk dalam sekutu ini adalah suku-suku Chippewa, Ottawa, Potawatomi, Huron, Miami,Winnebago, Menominee, Saux, Fox, dan suku Mascouten. Jumlah akhirnya adalah 700 orang Indian yang akan menerima upacara besar saat mendarat. Mereka diterima dengan Tari Calumet yang dilakukan orang Indian jauh dan dinyanyikan dengan gemeretak kendi. Tari ini sangat penting untuk memuaskan penggelar acara dan mendirikan atmosfer kerja sama dan persekutuan. Pada 25 Juli, negosiasi antara suku-suku dan orang Prancis sudah terjadi. Kondiaronk berpidato tentang kesulitan suku-suku sekutu mengambil kembali orang yang diculik bangsa Iroquois. Ia sangsi apakah orang Iroquois akan beritikad baik mengembalikan para culikan itu atau malah terus menahan "keponakan-keponakan" mereka yang telah diculik dalam 13 tahun perang sebelumnya. Ia mengemukakan kekhawatiran bahwa para sekutu akan ditipu. Di sisi lain, para sekutu ditampilkan sangat ingin berdamai sampai-sampai sudah membawa orang culikan dari suku masing-masing untuk menunjukkan itikad baik. Di hari selanjutnya, kekhawatiran Kondiaronk terbukti. Orang Iroquois mengakui bahwa mereka tidak membawa orang culikan yang sudah dijanjikan untuk kembali. Mereka membela diri dengan mengatakan bahwa para culikan itu sudah diberikan kepada keluarga tertentu untuk diadopsi karena mereka masih anak kecil. Orang Iroquois mengatakan bahwa mereka bukan tuan atas anak muda. Penjelasan ini mengganggu bagi suku Huron dan Miami karena mereka sudah memaksa membawa pergi anak-anak Iroquois dari keluarga asuhnya untuk dikembalikan ke Iroquois. Dalam beberapa hari berikutnya, terjadi banyak diskusi dan kemarahan. Kondiaronk yang telah berhasil mengajak sukunya sendiri dan suku-suku sekutu untuk membawa culikan Iroquois ke Montreal pun marah dan malu karena negosiasi pertukarannya gagal. Malam itu, ia kembali ke gubuknya dan bersiap untuk berpidato kasar dalam pertemuan keesokan harinya, tentang pentingnya kerja sama dan tanggung jawab.[6]

Sakit, kematian dan peninggalan: 1701–1760

sunting

Di antara obrolan perjanjian pada hari terakhir bulan Juli tersebut, Kondiaronk sakit dan tidak dapat berdiri untuk konferensi di tanggal 1 Agustus. Ia duduk di bangku dengan pangkuan lengan yang nyaman dan setelah meminum sirup herbal, ia kembali cukup kuat untuk bicara. Selama dua jam selanjutnya, ia mengutuk bangsa Iroquois akibat perbuatannya. Ia juga menceritakan kembali perannya dalam menghindari konflik dengan bangsa Iroquois, keberhasilannya mengambil kembali para culikan, dan perannya dalam negosiasi damai. La Potherie menulis: "Kami sangat tersentuh dengan keeleganan pidatonya dan kami menyadari bahwa ia adalah orang yang hebat." Kondiaronk kembali ke gubuknya setelah selesai bicara karena ia terlalu lelah untuk tetap berada di konferensi. Hari selanjutnya, ia meninggal pada umur 52 tahun.[13] Pidato-pidato inspiratif Kondiaronk inilah yang membuat para pihak sepakat untuk mengesahkan perjanjian damai Kedamaian Besar Montreal.

Saat kematiannya diumumkan, banyak orang Iroquois, yang memang terkenal untuk upacara pemakamannya, yang berpartisipasi menutup jenazah Kondiaronk dalam sebuah ritual yang dinamai "menutup jenazah". Enam puluh orang turut dalam sebuah prosesi yang diarahkan oleh Louis-Thomas Chabert de Joncaire dan kepala suku Seneca, Tonakatout, berjaga di belakang. Prosesi ini kemudian duduk melingkar dengan jenazah Kondiaronk di tengah. Seseorang yang ditunjuk sebagai penyanyi pun menyanyi selama lima belas menit. Setelah itu, seorang orator kedua bernama Aouenano menghapus air mata para pelayat, membuka tenggorokan mereka, dan menuangkan obat penghidupan kembali. Ia kemudian mengeluarkan sebuah sabuk, membuat Matahari kembali terbit, dan berseru kepada para petarung untuk keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam cahaya perdamaian. Ia kemudian menutup jenazah Kondiaronk. Jenazah ini kemudian akan ditutup secara permanen dalam sebuah upacara penguburan Kristen di Gereja Notre-Dame, Montreal. Kaum Yesuit mengklaim bahwa mereka berhasil mengonversi Kondiaronk di ranjang kematiannya meskipun ia seumur hidup menolak Kristenitas. Sejarawan kini menolak keabsahan peristiwa itu dan menyatakan itu hanyalah cerita untuk alat politik para misionaris Yesuit.[14]

Pemakamannya dilakukan dengan kompleks dan baik orang Pribumi maupun orang Prancis turut berpartisipasi. Para perwakilan Prancis dibarengi dengan perwakilan sebagian suku Huron-Petun. Seorang pejabat Prancis, enam puluh tentara, enam belas petarung Huron, dan perwakilan gereja Prancis berjalan di depan kotak jenazah. Kotak ini diangkut oleh enam pimpinan perang dan ditutupi dengan bunga. Di atas kotak diletakkan sebuah gorget, pedang, dan topi berbulu. Keluarga besar Kondiaronk mengikuti di belakang kotak jenazah, beriringan dengan para kepala suku Ottawa dan Huron-Petun. Istri intenden, Mademoiselle de Champigny, diikuti dengan gubernur Montreal, Monsieur de Vaudreuil, dan seluruh korps tentara berada di sisi paling belakang. Para pimpinan perang meletuskan hormat di kuburannya. Nisannya bertuliskan: Cy git le Rat, Chef des Hurons ("Di sini berbaring Sang Tikus, Kepala Suku Huron").[15] Kini, tempat pemakamannya sudah tidak bersisa. Ia diperkirakan dikubur di sekitar Place d'Armes.[6]

Orang Prancis mengidolakan sang kepala suku yang telah meninggal ini. Mereka menggunakan Kandiaronk sebagai contoh bagi kepala suku yang lain dan membandingkannya dengan pemimpin dan institusi Prancis yang digambarkan sebagai kepala suku ideal yang memimpin politik konsensus dan tanpa memaksa. Orang Prancis menggambarkan para kepala suku sebagai gubernur prinsipalitas kecil dan duta besar pemerintah Prancis.[16] Perbandingan ini, dan ideologi Prancis, akan terus menjadi sumber tekanan antara orang pribumi dan Prancis hingga kejatuhan Kanada Prancis di pertengahan abad ke-18. Faktanya, Pennahouel, seorang kepala suku Ottawa yang berkonsultasi dengan Jendral Montcalm pada bulan Juli 1757, dibandingkan dengan Kondiaronk dan "dielu-elukan untuk jiwanya, kebijaksanaannya", serta kemudahannya berbicara dengan orang Prancis.[17]

Kondiaronk digambarkan dalam sastra, utamanya sebagai Adario dalam New Voyages to North America karya Baron de Lahontan. Sebagai konsekuensinya, ia menjadi model bagi seluruh "orang pribumi bijak" yang terrekam dalam sastra Eropa selanjutnya.[5][6][7][15]

Kecakapan berpidato

sunting

Dalam buku The Dawn of Everything: A New History of Humanity,[18] antropolog David Graeber dan arkeolog David Wengrow menganalisis karya penjelajah dan filsuf Prancis, Baron Louis-Armand de Lahontan (1666–1716) yang menyiarkan buku hariannya dalam bentuk buku New Voyages to North America di Amsterdam pada awal abad ke-18. Graeber dan Wengrow menggambarkan wawancara Lahontan dengan Kondiaronk, yang ia beri nama palsu Adario.

Di banyak suku Pribumi Amerika, hirarki tidak dianggap dan kemampuan persuasi digunakan untuk memengaruhi dan menentukan kebijakan publik. Kecakapan berpidato secara rasional adalah keterampilan yang sangat bernilai, dan kecakapan Kondiaronk konon tiada duanya. Keterampilannya membawa dia hingga ke salon-salon di Paris dan bahkan sering berdebat saat makan siang dengan Gubernur Montreal, Hector de Calliere. Salah satu debat ini di tahun 1699 konon disaksikan oleh Lahontan dan diceritakan kembali oleh Graeber dan Wengrow:

Kondiaronk: Saya sudah menghabiskan 6 tahun berpikir tentang keadaan masyarakat Eropa, dan saya masih tidak dapat menemukan satu pun tata cara dan tindakan mereka yang berperikemanusiaan, dan saya pikir secara umum, kondisi ini akan terus bertahan selama Anda masih menggunakan pembeda antara "milik saya" dan "milik Anda". Saya katakan lagi: yang Anda sebut "uang" itu adalah setannya setan, tiran bangsa Prancis, sumber semua mudharat, racun jiwa dan rumah penggal jasad manusia. Saya coba membayangkan hidup dalam negara dengan uang dan masih bisa menjaga jiwa saya, tetapi yang terbayang adalah seperti mencoba hidup di dasar danau. Uang adalah bapak untuk kemewahan, kesombongan, intrik, tipu daya, kebohongan, pengkhianatan, ketidaktulusan — bapak dari semua perilaku jahat dunia. Ayah menjual anaknya, suami menjual istrinya, istri mengkhianati suaminya, kakak-adik saling membunuh, teman jadi pamrih — semuanya karena uang. Di hadapan semua ini, katakanlah lagi bahwa kami suku Wyandot tidak benar karena menolak menyentuh atau bahkan melihat perak.

Apakah Anda benar-benar serius membayangkan bahwa saya akan senang hidup seperti warga Paris? Setiap pagi menghabiskan dua jam hanya untuk pasang kemeja dan riasan? Harus tunduk dan merendahkan badan buat semua orang konyol menyebalkan yang kebetulan papasan di jalan, yang tidak sengaja lahir dengan warisan? Anda benar-benar membayangkan bahwa saya bisa membawa dompet penuh koin dan tidak langsung memberikannya kepada orang-orang yang lapar? Bahwa saya bisa membawa pedang namun tidak langsung menggunakannya pada gerombolan preman pertama yang memaksa orang gembel masuk ke dalam Angkatan Laut? Kalau di sisi lain, orang Eropa mau mengadopsi cara hidup orang Amerika, mungkin akan makan sedikit waktu untuk beradaptasi, tapi pada akhirnya Anda akan lebih bahagia.

Calliere: Dengarkanlah, untuk sekali saja dalam hidup Anda, dengarkan. Tidakkah Anda bisa lihat, saudara, bahwa negara-negara Eropa takkan bertahan hidup tanpa emas atau perak atau simbol sejenis lainnya? Tanpa simbol itu, para bangsawan, petinggi gereja, pedagang, dan kaum-kaum lain yang tidak mampu mengurusi tanah, akan mati kelaparan. Raja-raja kami takkan jadi raja. Apakah kami akan punya tentara? Siapa yang mau bekerja untuk orang lain?

Kondiaronk: Anda serius berpikir bahwa saya akan goyah karena saya harus mempertimbangkan kebutuhan para bangsawan, pedagang, dan petinggi gereja? Kalau saja Anda mengabaikan pembeda antara "milik saya" dan "milik Anda", maka perbedaan antarmanusia itu sendiri akan hilang. Kemudian akan terjadi kesetaraan di antara kalian, sebagaimana kini ada di kaum Wyandot. Tentu saja, selama tiga puluh tahun pertama setelah penghapusan kerakusan, pasti Anda akan melihat semacam kesedihan karena orang-orang yang hanya terampil makan, minum, tidur, dan menikmati hidup akan segera merana dan mati. Namun, keturunan mereka akan cocok bagi gaya hidup kami. Sudah berkali-kali saya sampaikan mengenai karakteristik yang harusnya mendefinisikan kemanusiaan menurut kami, suku Wyandot: kebijaksanaan, akalbudi, kesetaraan, dll. Saya juga sudah berulang kali menggambarkan bahwa kehadiran kebutuhan material yang terpisah dari sifat-sifat tersebut, sama sekali menegasi sifat-sifat itu. Seseorang yang termotivasi oleh kerakusan tidak bisa menjadi seseorang yang masuk akal.[19]

Graeber dan Wengrow dari percakapan ini menilai bahwa yang dikorbankan orang Eropa demi struktur sosial mereka adalah kemampuan berpikir bahwa budaya mereka bisa didesain dengan cara yang lain. Kondiaronk mau membayangkan orang Amerika masuk ke dalam budaya Eropa — sebagaimana yang memang terjadi — tetapi Calliere sama sekali menolak membayangkan kemungkinan perubahan yang sangat drastis dan jauh di dunia Eropa.

Dalam buku mereka, Graeber dan Wengrow menjelaskan panjang lebar bahwa pengabaian pernyataan filosofis orang Pribumi Amerika sebagai ciptaan fiksi orang Eropa adalah sebentuk bigotri antipribumi. Namun, keaslian pidato ini dipertanyakan oleh sejarawan David A. Bell,[20] yang mengatakan bahwa "siapa saja yang kenal dengan fiksi Eropa pasti tahu, tidak ada kebohongan yang lebih umum dilakukan penulis Eropa pada zaman ini, selain menggambarkan karya fiksi sebagai kesaksian nyata."[21]

Referensi

sunting
  1. ^ "Kondiaronk National Historic Person". 
  2. ^ a b c d e Fenton, William N "KONDIARONK, Le Rat". Dictionary of Canadian Biography. ©2000 University of Toronto/Universite Laval. Web. 21 Feb. 2012.
  3. ^ "MICHILIMACKINAC – Mackinaw, Mackinac Straits, Mackinac Island Diarsipkan 2013-09-25 di Wayback Machine.." MICHILIMACKINAC. Web. 25 Feb. 2012.
  4. ^ a b c Collard, Edgar Andrew. Montreal: The Days That Are No More. Toronto: Doubleday Canada, 1976. Print.
  5. ^ a b c d e f g h Fenton, William (1998). The Great Law and the Longhouse: a Political History of the Iroquois Confederacy. University of Oklahoma Press. hlm. 287. 
  6. ^ a b c d e f g h i j Fenton, William N. "Kondiaronk, Le Rat". Diakses tanggal 25 February 2012. 
  7. ^ a b Gilles Havard (Phyllis Aronoff and Howard Scott, tr.) (2001). The Great Peace of Montreal of 1701: French-Native Diplomacy in the Seventeenth Century . Montreal: McGill-Queen's University Press. hlm. 33. ISBN 9780773522190. 
  8. ^ Fenton, William N. "Kondiaronk, Le Rat". Diakses tanggal 25 February 2012. 
  9. ^ a b Drake, Francis S. (Francis Samuel) (1885). Indian history for young folks;. Harvard University. New York, Harper & brothers. 
  10. ^ Dumain, Ralph. "Chief Adario on the White Man's Morals." Ralph Dumain: The Autodidact Project. 1999–2010 Ralph Dumain, 26 Sept. 2001. Web. 25 Feb. 2012.
  11. ^ a b c d Havard, Gilles, Phyllis Aronoff, Howard Scott, and Gilles Havard. Montreal, 1701: Planting the Tree of Peace. Montreal: Recherches Amérindiennes Au Québec, 2001. Print.
  12. ^ Drake, Samuel Gardner. Biography and History of the Indians of North America, from Its First Discovery. Boston: B.B. Mussey, 1851. Print.
  13. ^ Fenton, William (1998). The Great Law and the Longhouse: a Political History of the Iroquois Confederacy. University of Oklahoma Press. hlm. 290. 
  14. ^ Native American speakers of the Eastern woodlands : selected speeches and critical analyses. Barbara Alice Mann. Westport, Conn.: Greenwood Press. 2001. hlm. 53. ISBN 978-0-313-07509-4. OCLC 317404003. 
  15. ^ a b White, Richard (2011). The Middle Ground: Indians, Empires and Republics in the Great Lakes Region, 1650–1815. Cambridge University Press. hlm. 144. 
  16. ^ White, Richard (2011). The Middle Ground: Indians, Empires and Republics in the Great Lakes Region, 1650–1815. Cambridge University Press. hlm. 145. 
  17. ^ White, Richard (2011). The Middle Ground: Indians, Empires and Republics in the Great Lakes Region, 1650–1815. Cambridge University Press. hlm. 183. 
  18. ^ "The Dawn of Everything". Kirkus Reviews. 2021-08-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-19. Diakses tanggal 2021-10-18. 
  19. ^ Graeber and Wengrow (2021) The Dawn of Everything: A New History of Humanity. Farrar, Straus and Giroux, ISBN 978-0-374-15735-7
  20. ^ Graeber and Wengrow (2021) The Dawn of Everything: A New History of Humanity. Farrar, Straus and Giroux, ISBN 978-0-374-15735-7
  21. ^ "A Flawed History of Humanity".