Komik silat adalah Komik Indonesia yang memiliki latar belakang cerita atau tema silat. Komik ini ada yang berlatar belakang cerita pada suatu zaman antah berantah dan ada sebagian lagi yang menggunakan latar belakang cerita pada masa Majapahit, zaman Islam dan kolonial. Selain itu, banyak juga komik silat yang menggunakan latar kedaerahan dan wilayah di nusantara.

Jaka Sembung adalah tokoh pendekar silat dalam komik karya Djair Warni

Kemunculan komik jenis silat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh novel silat Cina karya Kho Ping Hoo maupun novel silat Jawa karya S.H. Mintardja yang beredar sekitar awal 50-an sampai awal 70-an.[1]

Sejarah sunting

Cerita silat sebenarnya sudah ada sejak pertengahan abad ke-19. Cerita ini dimuat dalam naskah Melayu-Betawi. Ceritanya diambil dari legenda Cina klasik, seperti Sie Jin Koe. Setelah adanya majalah hiburan, maka beberapa cerita itu kemudian dibuat dalam bentuk strip bersambung, diantaranya adalah cerita Kera Sakti atau See Yoe Kee, yang terdapat dalam majalah Star Magazine (1940).

Komikus sunting

Di Indonesia muncul komikus yang masing-masing menampilkan serial pertualangan tokoh pendekar. Sampai akhir 1970-an, di Indonesia telah hadir sekitar lima puluh orang komikus yang membuat komik jenis silat. Diantaranya adalah:

  • Ganes Th (Si Buta dari Gua Hantu, 1967-1972)
  • Hasmi
  • Singgih Boediono
  • Teguh Santosa (Sandhora, Mat Pelor, The Godfather 1800, dll)
  • Hans Jadalara (Panji Tengkorak)
  • Djair Warni (Jaka Sembung)
  • Rim (Pendekar Manggala, 1970-1978)
  • Usyah (Pendekar Bambu Kuning, 1969-1976)
  • Mansyur Daman (Pendekar mandala dari Sungai Ular, 1973-1976)

Referensi sunting

  1. ^ Pers., Rajawali (2009). Sejarah kebudayaan Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. ISBN 9789797692698. OCLC 465193408.