Koesmirahati (EyD: Kusmirahati; lahir di Bogor pada 9 Oktober 1942) adalah seorang pakar telekomunikasi berkebangsaan Indonesia.[1]

Kehidupan pribadi sunting

Koesmirahati atau lebih akrab dipanggil Marie adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Koesnowarso dan Koesmarlinah. Ayah Koesmirahati bekerja sebagai seorang inspektur kehutanan Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, Marie pernah menghabiskan masa kecilnya di rumah dinas ayahandanya di Bandung. Marie sempat bersekolah di Santo Yusup Bandung. Akan tetapi hal tersebut tidak berselang lama. Sejak ayahandanya meninggal pada 1951, Marie yang kala itu baru kelas tiga SD berserta keluarga pindah ke rumah neneknya di Madiun.[1][2]

Karena uang penisun ayahnya tidak kunjung turun selama beberapa tahun, ibunya bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Ibunya bekerja menjadi penjilid buku di percetakan milik kerabatnya. Saban pulang sekolah, Marie dan saudara-saudaranya membantu pekerjaan ibunda untuk menyortir kertas-kertas yang hendak dijilid dan mengoleskan perekat.[1]

Marie tumbuh besar dengan menyaksikan ibu dan neneknya bekerja dengan begitu giatnya, tidak kenal kata menyerah. Oleh sebab itu, Marie kemudian mencontoh suri teladan tersebut. Langkah awalnya, Marie berhasil menjadi lulusan SMA terbaik kedua se-Kota Madiun pada 1961. Dari sana, Marie mendapatkan beasiswa Colombo Plan bersama kawannya yang menduduki peringkat pertama, yakni Sungkowo. Marie mengambil kuliah di jurusan Teknik Elektro, Universitas Tasmania, Australia. Di sana, ia berkenalan dengan sahabatnya Trismiati Harsono yang juga berasal dari Jawa Timur, tepatnya Kediri.[1] Kuduanya lulus pada tahun 1966. Saat itu, mereka berdua merupakan perempuan satu-satunya dan pertama yang lulus dari jurusan Teknik Elektro, Universitas Tasmania.[3][4] Hal tersebut bahkan diberitakan oleh koran lokal di Hobart. Marie sendiri adalah lulusan teknik perempuan ke-38 se-Australia.[2]

Selama mengenyam bangku kuliah di Australia, Marie juga berkenalan dengan Jonathan Limbong Parapak, yang kelak menjadi direktur utama Indosat periode 1976-1980.[1]

Karier sunting

Marie sempat bekerja tidak lama di Hydro Electric Commission di Hobart dan PMG (sekarang Telstra) di Melbourne, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah air untuk bekerja dalam pelbagai urusan insfrastruktur dan industri telekomunikasi. Di Indonesia, Marie sempat bekerja di Laboratorium PLN. Pada 1975, Nederlandse Kabelfabriek (NKF) menjalin kerja sama dengan Kabelindo untuk merencanakan pembangunan kabel jaringan Telkom di Jabodetabek. Marie terlibat dalam proyek ini sebagai perwakilan dari NKF. Pada 1976, Marie bergabung dengan Telkom Indonesia. Ia kemudian menduduki jabatan sebagai direktur pembangunan di PT Telkom. Selain itu, ia juga pernah menjadi dewan komisaris di beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya.[1][4]

Pada tahun 1995-1998, Koesmirahati menduduki jabatan direktur utama pertama di Telkomsel. Ia berhenti lantaran pensiun pada usia 58 tahun. Ketika dirinya menjabat, Telkomsel melakukan terobosan dengan memisahkan layanan telekomunikasi dan perangkat ponsel. Hal ini membuat harga ponsel yang sebelumnya dibanderol 14 jutaan oleh perusahaan NMT, AMPS, dan Satelindo menjadi jauh lebih terjangkau, yakni 4 jutaan saja. Terobosan ini pertama kali dijalankan oleh Telkomsel, sebelum pada akhirnya disokong pemerintah secara besar-besaran pada tingkat nasional pada tahun 2000.[1] Setelah itu, Marie menjadi konsultan senior untuk Pansystems and menulis rencana pengembangan strategis pos dan telekomunikasi di Indonesia. Ia juga menjadi salah satu dari lima komisaris di Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi penasihat khusus di Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, tenaga ahli dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) Kementerian Kominfo, dan Direktur Urusan Internasional Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (2009-2012). Ia juga mengajar di Universitas Telkom dan Universitas Indonesia.[4][5][6][7][8]

Penghargaan sunting

Koesmarihati telah menerima berbagai macam penghargaan, di antaranya:

  • Gelar doktor honoris causa bidang teknik dari Universitas Tasmania, 2009[4]
  • Penghargaan Alumni Terhormat oleh Alumni Universitas Tasmania[4]
  • Penghargaan Alumni Australia oleh Kedutaan Besar Australia di Indonesia[4]
  • Penghargaan Capaian Seumur Hidup atas kontribusinya selama 40 tahun dalam bidang telekomunikasi di Indonesia, oleh Kominfo, 2017[9]

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b c d e f g "Srikandi Dunia Telekomunikasi". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-18. 
  2. ^ a b Wawancara dengan Koesmirahati oleh Ahmad Suaedy. 3 Januari 2014. PDF Diarsipkan 2018-11-03 di Wayback Machine.
  3. ^ "Life Changing Experience". 125timeline.utas.edu.au. Diakses tanggal 2019-07-18. 
  4. ^ a b c d e f Nawala Libertas. Mei 2010 Vol. 20/No 1. ISSN 0813-8923 PDF Diarsipkan 2019-07-18 di Wayback Machine.
  5. ^ "Komite Regulasi Telekomunikasi Dikukuhkan Jumat". Tempo.co. 2003-12-17. Diakses tanggal 2019-07-18. 
  6. ^ Ngazis, Amal Nur (2014-10-27). "Pesan Sesepuh Telekomunikasi ke Menkominfo Baru". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2019-07-18. 
  7. ^ "BAKTI - Tarif Internet Jawa dan Papua Bisa Segera Sama Rata". www.baktikominfo.id. Diakses tanggal 2019-07-18. 
  8. ^ "My Island Homes". 125timeline.utas.edu.au. Diakses tanggal 2019-07-18. 
  9. ^ Penghargaan dan Apresiasi KPU/USO 2017 Kepada Mitra Kerja. Biro Humas, Kementerian Kominfo