Kincir Berdendang bermula Ketika Agus Taher[1] Masih dinas di balitang provinsi Sumatera Barat, Agus Taher ditunjuk sebagai Koordinator Panitia seminar Tanah Ulayat dan Budaya Padi Minangkabau Yang diselenggarakan Oleh Yayasan Padi di Indonesia (YAPADI) Pada tahun 2005, Ketua YAPADI Pada saat itu adalah Dr. Sjarifuddin Baharsyah.

Munculnya Ide Kincir Berdendang sunting

Disaat itu, ketika menemani “Duo Mantan” Mentan RI, Prof. Dr Syarfuddin Baharsyah dan Prof. Dr. Justika Baharsyah, Serta ahli benih beken dari IPB[2] Bogor, saat itu Agus Taher amat terkesan dengan kincir Air yang biasa menumbuk padi berubah menjadi Penumbuk Kopi, Saat itu, peninjauan lapang dilakukan dalam rangka mencari lokasi museum padi yang cocok untuk Sumatera Barat, Sebagai bagian Dari kegiatan seminar.

Ketika Seminar YAPADI itulah seorang Ahli irgasi UNAND menyampaikan makalah membahas Kincir air sebagai sebuah kearifan lokal etnik minangkabau dalam budaya Padi, Saat itulah Agus Taher Ingat saat ada Kincir air yang dijadikan sebagai penumbuk Kopi di Tabek Patah saat itu.

Dari Sinilah ada Ide bagaimana cara membuat Kincir Berdendang, Angan-Angannya, Kincir berdendang bisa di tempatkan pada objek wisata yang memiliki aliran air dengan beda ketinggian, missal di Air Terjun Lembah Anai[3]

Referensi sunting

  1. ^ "Catatan Yal Aziz: Buku Agus Taher Berjudul Perjalanan Musik Minang Modern Perlu Dibaca". Padang Pos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-15. Diakses tanggal 2018-11-15. 
  2. ^ "Institut Pertanian Bogor". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2018-11-10. 
  3. ^ Taher, Agusli (2016). Perjalanan Panjang Musik Minang Modern. Cirebon: LovRinz Publishing. hlm. 131. ISBN 978-602-6330-35-2.