Ketaksaan Sintaksis


Ketaksaan tata bahasa atau ambiguitas sintaksis merupakan keadaan ketika sebuah kalimat diinterpretasikan lebih dari satu makna, karena tata bahasanya yang bersifat taksa atau ambigu. Ketaksaan sintaksis disebut juga sebagai ketaksaan struktural (structural ambiguity), amphiboly, atau amphibology.

Ketaksaan sintaksis muncul baik dari rangkaian makna kata per kata, maupun dari hubungan antara kata dengan klausa dalam kalimat, ataupun dari strkutur kalimat yang menentukan urutan penempatan kata-kata tersebut di dalamnya. Suatu kalimat dikatakan taksa atau ambigu ketika mitra tutur (pembaca atau pendengar) cenderung dapat menafsirkan (menginterpretasi) bahwa satu kalimat tersebut memiliki lebih dari satu struktur yang memungkinkan.

Dalam situasi sengketa hukum, sangat mungkin pengadilan diminta untuk menafsirkan makna kalimat-kalimat yang mengandung ketaksaan dalam status atau kontrak. Dalam kasus tertentu, argumen-argumen yang mengandung interpretasi yang tidak memungkinkan biasanya akan dianggap kalimat sembrono atau asal-asalan. Pohon sintaksis (parse trees) yang digunakan untuk menjabarkan kalimat taksa biasanya disebut "hutan sintaksis". Sedangkan proses penyelesaian ketaksaan tata bahasa biasanya disebut disambiguasi sintaksis (syntactic disambiguation).

Bentuk-bentuk Ketaksaan Tata Bahasa

sunting

Taksa secara Global

sunting

Kalimat bertaksa global adalah kalimat yang setidaknya memiliki dua interpretasi berbeda. Ketika seseorang baru saja membaca atau mendengar kalimat jenis ini, di dalam benaknya masih ada rasa ketaksaan. Membaca ulang kalimat tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah ketaksaan di dalamnya, karena tidak ada unsur representatif (yaitu urutan kata) yang menjadi petunjuk untuk memungkinkan pembaca menemukan tafsiran makna atau maksud lain. Ketaksaan global seringkali tidak disadari karena pembaca cenderung memilih makna yang ia pahami sebagai maksud yang paling memungkinkan dari sebuah ujaran. Salah satu contoh ketaksaan global adalah kalimat (dalam bahasa Inggris) "The woman held the baby in the green blanket" (Wanita itu menggendong bayi dalam selimut hijau). Dalam contoh kalimat di atas, bayi tersebut mungkin secara tidak sengaja sudah berselimut hijau dan digendong oleh seorang wanita, atau wanita tersebut menggunakan selimut hijau sebagai alat bantu untuk menggendong si bayi.

Taksa secara Lokal

sunting

Kalimat dengan ketaksaan lokal merupakan kalimat yang mengandung frasa taksa tetapi hanya memiliki satu interpretasi. Ketaksaan dalam kalimat bertaksa lokal biasanya akan terselesaikan (terdisambiguasi) pada akhir ujaran. Kadangkala, ketaksaan lokal dapat menghasilkan kalimat-kalimat "jalan setapak" ("garden path" sentences), yakni kalimat yang tata bahasanya aman namun sulit diinterpretasikan sebab stu interpretasi dari bagian yang taksanya bukanlah interpretasi yang dapat dipastikan koheren.