Kesesatan aksentuasi

(Dialihkan dari Kesesatan Aksentuasi)


Kesesatan aksentuasi (dalam bahasa Inggris mengacu juga ke accentus, dari denominasi bahasa Latin, dan ke aksen yang menyesatkan) adalah jenis ketaksaan atau ambiguitas yang muncul ketika makna kalimat diubah dengan menempatkan tekanan prosodik yang tidak biasa. Kesesatan aksentuasi terjadi karena pengucapan pada kata-kata tertentu karena ada penekanan kata tertentu. Penekanan kata-kata tertentu akan memiliki pengertian yang berbeda sehingga dalam proses penyimpulan atau penalaran mengalami kesesatan.[1]

Sejarah sunting

Dalam buku προσῳδία Refutations, Aristoteles mencantumkan tiga belas jenis kesesatan yang ia sebut sebagai "prosodi", yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai aksen (accentus). Pengertian tentang prosodi dianggap tidak jelas, sehingga pada umumnya prosodi ditafsirkan sebagai ambiguitas yang muncul ketika sebuah kata dapat disalahartikan sebagai kata lain dengan mengubah fonem suprasegmental, yang dalam bahasa Yunani Kuno sesuai dengan diakritik (aksen dan pernapasan). Dalam bahasa Yunani Kuno sendiri tidak konsep kata-kata yang berganti makna dari diakritiknya, sehingga gagasan tentang kesesatan aksen ini membuat para komentator buku tersebut kesulitan untuk mengkritisi. Bagaimanapun interpretasi yang dihasilkan para pembaca buku tersebut, dalam tradisi Aristoteles, konsep kesesatan aksentuasi tersebut dianggap sama dengan penekanan leksikal (lexical stress), baru di kemudian hari konsep ini perlahan diidentifikasi sebagai penekanan prosodik (prosodic stress).

Contoh Kalimat yang Mengandung Kesesatan Aksentuasi sunting

Dalam contoh redaksi tulisan berbahasa Inggris maupun terjemahannya, aksentuasi atau penekanan aksen biasanya ditandakan dengan cetak miring. Kesesatan aksentuasi juga dapat terasa ketika diucapkan dan diperdengarkan secara lisan.

Contoh kalimat:

I didn't take the test yesterday.

Saya tidak mengikuti ujian kemarin.

Contoh kesesatan aksentuasi:

(1) I didn't take the test yesterday.

Makna: bukan saya, tetapi orang lainlah yang mengikuti ujian

(2) I didn't take the test yesterday.

Makna: sebagai jawaban dari pertanyaan tertutup Ya/Tidak (apakah Anda mengikuti ujian kemarin?), penekanan ini menegaskan "saya tidak mengikuti ujian tersebut kemarin".

(3) I didn't take the test yesterday.

Makna: saya melakukan hal lain berkaitan dengan ujian tersebut. Misalnya bukan "mengikuti ujian" (to take the test), tapi "membatalkan ujian" (contoh: I didn't take the test yesterday, I cancelled it).

(4) I didn't take the test yesterday.

Makna: di waktu tersebut saya melakukan hal lain yang bukan ujian. Contoh: I didn't take the test yesterday, I take the open lecture (Saya tidak mengikuti ujian, melainkan kuliah umum).

(5) I didn't take test yesterday.

Makna: saya mengikuti ujian di hari yang bukan kemarin. Contoh: I didn't take the test yesterday, I will take it tomorrow (Saya tidak mengikuti ujian kemarin, melainkan besok).

Referensi sunting

  1. ^ Irawan Setia Budi, Hengki (2021). "Kesesatan aksentuasi". Pengantar Logika Teologi: Telaah Praktis Logika dalam Teologi. hlm. 148.