Kerajaan Qocho, (Hanzi: 畏兀兒; Pinyin: Wèiwùér; harfiah: 'Uighur', Mongolia ᠦᠶᠭᠦᠷ Uihur "id.") dinamakan juga negara Idiqut ("Kemakmuran Suci, Kemuliaan"), adalah sebuah negara Uighur yang terbentuk pada masa 856–866 dan berbasis di Qocho (Gaochang saat ini, dinamakan juga Qara-Khoja, dekat Turpan saat ini); Kabupaten Jimsar; Kota Hami; dan Kucha.[4] Qocho berfungsi sebagai ibu kota musim dingin dan Bashbalik sebagai ibu kota musim panas. Kerajaan ini dikenal dengan nama Persia Uyghuristan atau Uyghurstan dalam periode kemudian. Kerajaan ini memainkan peranan dalam Turkifikasi Xinjiang.

Kerajaan Kara-Khoja

856–1335
Lokasi Kerajaan Kara-Khoja
StatusKerajaan
Ibu kotaGaochang, Beshbalik
Bahasa yang umum digunakanBahasa Uighur kuno
Agama
Buddhisme, Manichaeisme, Gereja Timur ("Nestorianisme")
PemerintahanMonarki
Idiqut 
Sejarah 
• Didirikan
856
• Dibubarkan
1335
Didahului oleh
Digantikan oleh
Kekhanan Uighur
ksrKekaisaran
Tibet
Kekhanan Chagatai
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Sejarah bangsa Turk
Sejarah bangsa Turk
Sejarah bangsa Turk
Sebelum abad ke-14
Kekhaganan Turk 552–744
  Turk Barat
  Turk Timur
Kekhaganan Avar 564–804
Kekhaganan Khazar 618–1048
Xueyantuo 628–646
Bulgaria Besar 632–668
  Danube Bulgaria
  Volga Bulgaria
Persatuan Kangar 659–750
Kekhaganan Turgesh 699–766
Kekhaganan Uighur 744–840
Negara Karluk Yabgu 756–940
Kekhanan Kara-Khanid 840–1212
  Kara-Khanid Barat
  Kara-Khanid Timur
Dinasti Gansu Uighur 848–1036
Kerajaan Qocho 856–1335
Kekhanan Pecheneg
860–1091
Kekhanan Kimek
743–1035
Cumania
1067–1239
Negara Oghuz Yabgu
750–1055
Kekaisaran Ghaznawiyah 963–1186
Kekaisaran Seljuk 1037–1194
  Kesultanan Seljuk Rum
Kekaisaran Khwarezmia 1077–1231
Kekhanan Kerait Abad ke 11–13
Kesultanan Delhi 1206–1526
  Dinasti Mamluk
  Dinasti Khilji
  Dinasti Tughlaq
Gerombolan Emas | [1][2][3] 1240an–1502
Kesultanan Mamluk (Kairo) 1250–1517
  Dinasti Bahri

Orang Tionghoa, Turk, Tokharian, dan Iran berasimilasi ke dalam Kerajaan Uyghur di Qocho.[5] Orang Tionghoa merupakan salah satu etnis penduduk Qocho.[6]

Kekuasaan Tiongkok Tang atas Qocho dan Turfan dan agama Buddha telah meninggalkan warisan abadi di Kerajaan Uighur Buddhis Qocho dengan nama yang diberikan Tang masih ada pada lebih dari 50 kuil Buddhis dan maklumat Kaisar Tang Taizong tersimpan di dalam "Menara Pustaka Kekaisaran" dan kitab Tionghoa seperti Jingyun, Yuian, Tangyun, dan Da Zang Jing (kitab Buddhis) tersimpan di dalam kuil Buddhis. Rahib Persia juga menjaga sebuah kuil Manichaean di kerajaan, buku geografi berbahasa Persia, Hudud al-'Alam menggunakan istilah "Pecinan" untuk menyebut Qocho, ibu kota Kerajaan Uighur.[7]

Uighur Buddhis Turfan dari Kerajaan Qocho terus menerbitkan kamus sajak Qieyun Tionghoa dan mengembangkan pengucapan mereka sendiri untuk aksara Tionghoa, sisa dari pengaruh Tang atas wilayah tersebut.[8]

Ahli bahasa Uighur modern Abdurishid Yakup menunjukkan bahwa Uighur Buddhis Turfan mempelajari bahasa Tionghoa dan menggunakan buku Tionghoa seperti Qianziwen (klasik seribu aksara) dan Qieyun (kamus sajak) dan tertulis bahwa "Di kota Qocho terdapat lebih dari lima puluh biara, dengan semua namanya diberikan oleh kaisar dari dinasti Tang, yang menyimpan banyak kitab Buddhis seperti Tripitaka, Tangyun, Yupuan, Jingyin, dan lain-lain." [9]

Di Asia Tengah, Uighur memandang naskah Tionghoa "sangat bergengsi" sehingga ketika mereka mengembangkan alfabet Uighur kuno, yang berdasarkan naskah Suriah, mereka sengaja beralih ke posisi vertikal seperti penulisan Tionghoa dari aslinya posisi horizontal dalam versi Suriah.[10]

Kerajaan ini merupakan sebuah negara Buddhis, dengan sponsor negara baik Buddhisme Mahayana dan Manichaeisme, dan merupakan pusat kebudayaan Uighur. Orang-orang Uighur banyak mensponsori pembangunan kuil-gua di tempat yang sekarang bernama Gua Ribuan Buddha Bezeklik.

Referensi

sunting
  1. ^ Marshall Cavendish Corporation (2006). Peoples of Western Asia. hlm. 364. 
  2. ^ Bosworth, Clifford Edmund (2007). Historic Cities of the Islamic World. hlm. 280. 
  3. ^ Borrero, Mauricio (2009). Russia: A Reference Guide from the Renaissance to the Present. hlm. 162. 
  4. ^ James A. Millward (2007). Eurasian Crossroads: A History of Xinjiang. Columbia University Press. hlm. 46–. ISBN 978-0-231-13924-3. 
  5. ^ James A. Millward (2007). Eurasian Crossroads: A History of Xinjiang. Columbia University Press. hlm. 47–. ISBN 978-0-231-13924-3. 
  6. ^ James A. Millward (2007). Eurasian Crossroads: A History of Xinjiang. Columbia University Press. hlm. 53–. ISBN 978-0-231-13924-3. 
  7. ^ James A. Millward (2007). Eurasian Crossroads: A History of Xinjiang. Columbia University Press. hlm. 49–. ISBN 978-0-231-13924-3. 
  8. ^ TAKATA, Tokio. "The Chinese Language in Turfan with a special focus on the Qieyun fragments" (PDF). Institute for Research in Humanities, Kyoto University: 7–9. Diakses tanggal 15 September 2015. 
  9. ^ Abdurishid Yakup (2005). The Turfan Dialect of Uyghur. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 180–. ISBN 978-3-447-05233-7. 
  10. ^ Liliya M. Gorelova (1 January 2002). Manchu Grammar. Brill. hlm. 49. ISBN 978-90-04-12307-6.