Kemiskinan energi adalah keterbatasan akses terhadap layanan energi modern dalam skala rumah tangga, misalnya listrik untuk kebutuhan memasak dan penerangan.[1] Hal ini dapat terjadi di banyak negara berkembang maupun sebagian wilayah di negara maju. Pada 2022, ada sekitar 759 juta penduduk dunia yang kesulitan memperoleh listrik yang konsisten dan 2,6 miliar orang menggunakan sistem memasak yang berbahaya dan tidak efisien.[2] Kesejahteraan dan kesehatan mereka terdampak negatif akibat rendahnya konsumsi energi[3], penggunaan bahan bakar yang kotor atau berpolusi, dan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mengumpulkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Indeks utama untuk mengukur kompleksitas kemiskinan energi mencakup Indeks Pembangunan Energi (EDI), Indeks Kemiskinan Energi Multidimensi (MEPI), dan Indeks Kemiskinan Energi (EPI). Pengukuran kemiskinan energi baik biner maupun multidimensi diperlukan untuk menetapkan indikator yang menyederhanakan proses pengukuran dan pelacakan kemiskinan energi secara global.[4] Kemiskinan energi seringkali memperburuk kerentanan yang ada di kalangan masyarakat tidak mampu dan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan rumah tangga, pendidikan, dan peluang perempuan.[5]

Daftar rujukan

sunting
  1. ^ "Laporan Kemiskinan Energi". IESR (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22. 
  2. ^ "Goal 7 | Department of Economic and Social Affairs". sdgs.un.org. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  3. ^ "Energy poverty". energy.ec.europa.eu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22. 
  4. ^ Pelz, Setu; Pachauri, Shonali; Groh, Sebastian (2018-11). "A critical review of modern approaches for multidimensional energy poverty measurement". WIREs Energy and Environment (dalam bahasa Inggris). 7 (6). doi:10.1002/wene.304. ISSN 2041-8396. 
  5. ^ "Gender equality and women's empowerment in UNDP". www.un-ilibrary.org (dalam bahasa Inggris). 2015-12-15. Diakses tanggal 2024-05-22.