Kembang Padang Kelabu (novel)

Kembang Padang Kelabu adalah sebuah novel karya Ike Supomo. Pesan utama di dalam novel Kembang Padang Kelabu mengenai kepekaan perasaan perempuan dan rasa tanggung jawab dalam suatu hubungan yang berbeda antara anak dan ibu dengan orang dewasa. Novel Kembang Padang Kelabu telah diadaptasi menjadi film pada tahun 1980 dengan judul yang sama, Kembang Padang Kelabu.

Penulisan

sunting

Kembang Padang Kelabu merupakan novel kedua yang ditulis oleh Ike Supomo setelah novel pertamanya yang berjudul Kabut Sutra Ungu diadaptasi menjadi film. Penulisan novel Kembang Padang Kelabu diterbitkan oleh majalah wanita yaitu Kartini.[1]

Penokohan

sunting

Tokoh-tokoh utama di dalam novel Kembang Padang Kelabu digambarkan memiliki budi pekerti yang baik, memiliki kepandaian dan kebijaksanaan serta memilki kesucian hati. Selain itu, para tokoh utama digambarkan berwajah tampan dan cantik.[2]

Adisti

sunting

Dalam novel Kembang Padang Kelabu, Adisti dikisahkan sebagai seorang anak yang hidup tidak bersama dengan ayah kandungnya, Ia hidup bersama dengan ibu kandung dan ayah tirinya.[3]

Dalam novel Kembang Padang Kelabu, Elsye adalah teman se-asrama bagi Adisti. Elsye diceritakan memiliki kehidupan sebagai anak yang berkecukupan secara materi tetapi tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya.[4]

Kepekaan perasaan perempuan

sunting

Novel Kembang Padang Kelabu memberikan gambaran yang jelas mengenai kepekaan dan kerapuhan perasaan perempuan. Kepekaan dan kerapuhan ini dikaitkan dalam cara pandang perempuan mengenai kehidupan.[5] Pesan ini diwakili oleh kisah Marrni yang mengadakan pengorbanan dengan menolak pertanggung-jawaban yang bersifat terpaksa atas kehamilannya. Penolakan ini dilakukan oleh Marni demi kebahagiaan orang yang dicintainya yakni Yuwono.[6]

Rasa tanggung jawab

sunting

Novel Kembang Padang Kelabu menyampaikan aspek mengenai tanggung jawab dalam cinta kasih. Dua jenis tanggung jawab ini ialah antara hubungan anak dengan ibunya, dan hubungan antar-orang dewasa. Pada hubungan ibu-anak hanya terdapat tanggung jawab dalam kebutuhan yang bersifat fisik. Sedangkan tanggung jawab dalam hubungan antar-orang dewasa berupa pemenuhan kebutuhan jiwa orang lain.[7]

Popularitas

sunting

Novel Kembang Padang Kelabu memperoleh popularitas yang tinggi pada dasawarsa 1980-an.[8] Karena itu, novel ini kemudian diataptasi menjadi film.[9] Pada tahun 1980, filmnya dirilis dengan judul yang sama, Kembang Padang Kelabu.[10]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Sumarjo, Yakob (1981). Novel Populer Indonesia. Nur Cahaya. hlm. 101. 
  2. ^ Sastrowardoyo, Subagio (1989). Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan. Balai Pustaka. hlm. 19. ISBN 978-979-4072-38-7. 
  3. ^ Haricahyono 1987, hlm. 63.
  4. ^ Haricahyono 1987, hlm. 42.
  5. ^ Endah 2011, hlm. 74-75.
  6. ^ Haricahyono 1987, hlm. 48.
  7. ^ Haricahyono 1987, hlm. 35.
  8. ^ Endah 2011, hlm. 75.
  9. ^ Dewojati, Cahyaningrum (2021). Sastra Populer Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 30. ISBN 978-979-420-967-7. 
  10. ^ Hendiawan, Teddy (2023). Khanafi, Ahmad, ed. Makna Keindonesiaan dalam Film-Film Adaptasi. Sleman: Penerbit Deepublish Digital. hlm. 70. ISBN 978-623-02-4863-4. 

Daftar pustaka

sunting
  • Endah, Alberthiene (2011). Menulis Fiksi Itu Seksi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-6937-6. 
  • Haricahyono, Cheppy (1987). Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.