Kelenteng Karta Raharja

bangunan kuil di Indonesia

Kelenteng Karta Raharja atau Kelenteng Po An Kiong adalah sebuah kelenteng yang terletak di Jalan Niaga Timur nomor 45, Banjarmasin. Kelenteng ini masih digunakan sebagai tempat ibadah dan berlokasi di tengah pasar sehingga juga sering disebut Tempekong Pasar.

Sejarah

sunting

Kelenteng ini diperkirakan dibangun pada 1898 oleh seorang Jenderal dari China yang bernama The Sin Yoe dan Ang Lin Thay. Kedatangan kedua Jenderal tersebut awalnya hanya untuk berdagang di Indonesia dan setelah menetap di Banjarmasin, langsung membuat dua kelenteng, salah satunya adalah Kelenteng Suci Nurani.[1]

Jenderal tersebut membawa arsitek dari Cina dan mulai membangun kelenteng Po An Kiong di tepi sungai Martapura yaitu di Jl Pasar Baru No.71, Kertak Baru Ilir, Banjarmasin Tengah, namun Kelenteng Karta Raharja mengalami kebakaran pada 1914 sehingga lokasinya dipindahkan dari sebelumya yang berada di pasar malam Blauran dan di belakang pasar Harum Manis, menjadi ke persimpangan antara Jalan Niaga dan Jalan Brigjen Katamso.[2]

Pasar ini merupakan saksi bisu dari kejadian 31 Maret 1997 yang membuat Banjarmasin kerusuhan. Akibat dari kejadian tersebut, beberapa jendela kelenteng pecah dan Kelenteng ini dipenuhi oleh pengikutnya untuk berdoa dan berlindung.[3]

Arsitekstur

sunting

Bangunan

sunting

Arsitekstur yang digunakan pada kelenteng ini adalah campuran antara Budaya Banjar dan Budaya Cina. Hal ini terlihat pada bentuk atapnya dan seiring perkembangan zaman, maka atapnya juga sudah mengalami renovasi sehingga berbeda dengan bentuk awalnya.[4]

Kelenteng ini memiliki tiga pintu dengan hiasan sosok dewa penjaga pintu Men sen. Setiap pintu memiliki satu panil berdaun ganda yang dipercaya untuk mengalirkan chi yang baik untuk masuk dan bersirkulasi dengan baik. Pintu ini melambangkan keseimbangan dan didalamnya terdapat pilar-pilar yang dipercaya agar chi baik tidak terpecah menjadi sha chi.

Altar pemujaan ditempatkan di bagian tengah ruangan dan altar pemujaan lainnya ditempatkan di bagian kiri dan kanan ruangan sesuai dengan kategori pendewaannya.

Posisi

sunting

Letak Kelenteng ini menghadap arah tenggara yang bermaksud untuk pembersih/penangkal sha-chi (keburukan) dan tidak mengikuti kaidah fengshui ideal dimana harusnya Kelenteng menghadap laut atau sungai. Kelenteng ini berlokasi di pertigaan dan hal ini disebut sebagai posisi tusuk sate yang bermakna Kelenteng ini menjadi buangan sha-chi dari tiga arah yang berbeda tersebut dan diharapkan Kelenteng ini menjadi penyerap dan penetral sha-chi tersebut.

Ornamen

sunting

Ornamen yang terdapat di Kelenteng ini sama seperti di kelenteng lainnya pada umumnya, yaitu patung singa, motif bunga krisan, motif lampion dan motif awan.

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Studio, Aldiskatel (2018-02-04). "Soetji Nurani, Klenteng Tua Etnis China di Kota Banjarmasin". Kanal Kalimantan. Diakses tanggal 2022-06-13. 
  2. ^ Mansyur (2018). Bandjarmasin Tempo Doeloe Sketsa Kecil dari Bingkai Masa Lalu. Pustaka Kaji. hlm. 83. ISBN 9786029989885. 
  3. ^ Fathilal, Yayu (2019-01-24). "KalselPedia - Kelenteng Karta Raharja Po An Kiong Banjarmasin Kalsel, Dewa Perang Turun saat 23 Mei". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-06-13. 
  4. ^ Widiastuti, Kurnia; Oktaviana, Anna (2012). "WUJUD BUDAYA VISUAL ARSITEKTUR ETNIS TIONGHOADI BANJARMASIN". INTEKNA. XII (1): 1–9.