Kategorisasi merupakan proses yang mana gagasan dan benda dikenal, dibedakan, dan dimengerti.[1] Kategorisasi menyiratkan bahwa benda termasuk dalam kategori untuk tujuan tertentu. Tentu, sebuah kategori menjelaskan hubungan antara subjek dan objek pengetahuan. Kategorisasi merupakan dasar dalam bahasa, prediksi, inferensi, keputusan dan segala macam dari interaksi lingkungan. Dengan ini dinyatakan bahwa kategorisasi memainkan peran utama dalam pemrograman komputer.[2]

Ada banyak teori dan teknik-teknik kategorisasi. Terlepas dari itu, dari sudut pandangan sejarah lebih luas, ada tiga pendekatan umum untuk kategorisasi, yaitu:

  • Kategorisasi klasik
  • Pengelompokan konsep
  • Teori prototipe

Tampilan klasik sunting

Kategorisasi klasik mulai akan tersedia dalam konteks filsafat Barat dalam karya-karya Plato yang memperkenalkan pendekatan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan kesamaan fitur dalam dialog Negarawan beliau. Pendekatan ini diselami lagi dan disistemkan oleh Aristoteles dalam karya Kategori, yang mana beliau mengupas perbedaan antara kelas dan objek. Aristoteles juga menerapkan skema kategorisasi klasik secara intensif dalam pendekatannya kepada klasifikasi satwa (yang menggunakan teknik pertanyaan pembatas berturut-turut seperti "Apakah itu hewan atau tumbuhan?", "Berapa banyak kakinya?", "Apakah ia berbulu atau bersisik?", "Bisakah ia terbang? "...), maka dengan begini terciptanya dasar untuk taksonomi umum.

Menurut pandangan paham Aristoteles yang klasik, bahwa kategori adalah entitas detail yang memiliki sekumpulan sifat tertentu yang dimiliki oleh anggotanya. Dalam filsafat analitik, sifat-sifat ini dianggap sebagai menentukan syarat-syarat yang perlu dan cukup untuk menangkap makna. Menurut pandangan klasik, kategori seharusnya didefinisikan dengan jelas, saling menyisihkan dan menyeluruh secara kolektif. Dengan ini, setiap entitas dari alam pengelasan tertentu tanpa diragukan lagi milik hanya satu kategori yang diusulkan.

Pengelompokan anggapan sunting

Pengelompokan anggapan adalah suatu pembaruan terhadap pendekatan klasik yang dihasilkan dari upaya untuk menjelaskan bagaimana pengetahuan digambarkan. Dalam pendekatan ini, kelas-kelas (gugusan atau entitas) diproduksi dengan mula-mula merumuskan pemerian konsepsinya, kemudian mengklasifikasikan entitas itu menurut pemerian tersebut.

Penggugusan konsepsi dibuat sekitar 1980-an sebagai paradigma mesin untuk pembelajaran tak pengawasan. Ini berbeda dengan penggugusan data biasa dengan menghasilkan pemerian konsep untuk setiap kategori yang dihasilkan.

Tugas-tugas kategorisasi yang mana siswa diberi label-label kategori untuk benda-benda tertentu disebut klasifikasi pengawasan, pembelajaran pengawasan, atau pembelajaran konsep. Tugas-tugas kategorisasi yang mana tidak dibekalkannya label-label itu pula disebut pengelasan tak pengawasan, pembelajaran tak pengawasan, atau penggugusan data. Tugas pengelasan pengawasan melibatkan pengekstraksian informasi dari contoh-contoh berlabel yang memungkinkan prediksi label kelas yang tepat bagi contoh akan datang. Ini mungkin melibatkan abstraksi suatu aturan atau konsep yang mengaitkan karakteristik objek yang diamati pada label kategori, ataupun yang tidak melibatkan abstraksi (mis. model-model contoh). Penggugusan melibatkan identifikasi struktur yang tersirat dalam suatu peranggu data serta pengelasan benda-benda menurut persamaan. Jadi, ini adalah proses menghasilkan struktur pengelasan.

Penggugusan konsepsi sangat terkait erat dengan teori set kabur yang mana objek-objek mungkin tergolong dalam satu atau lebih golongan baik secara umum maupun rinci

Teori prototipe sunting

Semenjak usaha penelitian oleh Eleanor Rosch dan George Lakoff pada 1970-an, pengkategorian juga dapat dipandang sebagai proses mengumpulkan benda-benda berbasis prototipe, yaitu gagasan syarat perlu dan cukup hampir tidak dipuaskan dalam kategori yang ada sejadi. Juga pernah diusulkan bahwa pengkategorian berbasis prototipe adalah dasar untuk perkembangan manusia, bahkan pembelajaran sebegini bersandarkan pembelajaran tentang dunia secara pengandungan.

Pendekatan kognisi menerima bahwa kategori sejadi adalah bertingkat-tingkat (yaitu sering samar-samar di batasan definisi) dan tidak konsisten dalam peringkat anggota-anggotanya.

Sistem kategori tidak ada di dunia secara objektif tetapi berakar dalam pengalaman insan. Kategori konsepsi tidak ada yang seirasnya sesama berbagai budaya, atau sesungguhnya sesama setiap individu dalam suatu budaya.

Kategori membentuk bagian dari struktur tatatingkat ketika digunakan pada hal-hal seperti taksonomi dalam klasifikasi biologi: satwa sebagai lantai atas, genus sebagai lantai tengah, dan spesies sebagai lantai bawah. Ini dapat dibedakan melalui sifat-sifat tertentu yang menempatkan suatu hal dalam kategori tersendirinya. Namun itu pun mungkin bisa dipertikai dan ditinjau.

Kategori tingkat tengah khususnya dan secara konsepsi adalah yang menonjol sekali. Tingkat kategori yang lebih umum sering membangkitkan tanggapan yang terbanyak serta tampilan paling kaya, malah terlihat sebagai tingkat yang paling dasar dari segi psikologis. Misalnya, taksonomi dalam bidang zoologi biasanya menunjukkan kategorisasi pada tingkat yang terkandung dengan persamaan yang mengarah pada perumusan kategori "lebih tinggi", dan perbedaan-perbedaan yang menyebabkan diferensiasi dalam kategori.

Referensi sunting