Kakawin Bhāratayuddha

manuskrip Jawa Kuno

Kakawin Bhāratayuddha (Jawa: ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ꦨꦴꦫꦠꦪꦸꦢ꧀ꦣ, Bali: ᬓᬓᬯᬶᬦ᭄ᬪᬵᬭᬢᬬᬸᬤ᭄ᬥ) adalah salah satu kakawin paling terkenal di antara karya-karya sastra Jawa Kuno.[1] Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.

Kakawin Bhāratayuddha
Halaman pertama edisi kakawin Bharatayuddha oleh Gunning (1903) dalam aksara Jawa.
JenisKakawin
Tarikh1157 M (abad ke-12)
AsalKerajaan Kediri (Panjalu)
BahasaJawa Kuno (Kawi)
PenulisEmpu Sedah dan Empu Panuluh

Penulisan

sunting

Menurut kronogram yang terdapat pada awal kakawin ini, karya sastra ini ditulis ketika, sanga-kuda-śuddha-candramā. Sangkala ini memberikan nilai: 1079 Saka atau 1157 Masehi, pada masa pemerintahan prabu Jayabaya. Persisnya kakawin ini selesai ditulis pada tanggal 6 November 1157.

Kakawin ini digubah oleh dua orang empu, yaitu: Empu Sedah dan Empu Panuluh. Bagian permulaan sampai tampilnya prabu Salya ke medan perang adalah karya Empu Sedah, selanjutnya adalah karya Empu Panuluh.[2]:168

Konon ketika Empu Sedah ingin menuliskan kecantikan Dewi Setyawati, permaisuri prabu Salya, ia membutuhkan contoh supaya dapat berhasil. Maka putri prabu Jayabaya yang diberikan kepadanya. Namun, Empu Sedah berbuat kurang ajar sehingga ia dihukum dan karyanya harus diberikan kepada orang lain. Tetapi menurut Empu Panuluh sendiri, setelah hasil karya Empu Sedah hampir sampai kisah sang prabu Salya yang akan berangkat ke medan perang, maka tak sampailah hatinya akan melanjutkannya. Maka Empu Panuluh diminta melanjutkannya. Cerita ini disebutkan pada akhir kakawin Bharatayuddha.

Budaya Jawa Baru

sunting

Kakawin Bharatayuddha adalah salah satu dari beberapa dari karya sastra Jawa Kuno yang tetap dikenal pada masa Islam. Dalam pertunjukan wayang, beberapa bagian dari Bharatayuddha dinyanyikan sebagai bagian dari nyanyian suluk, bahkan juga dalam pertunjukan wayang yang bernafaskan Islam, misalkan cerita wayang Menak. Terutama cuplikan dari pupuh kelima, bait satu sangat sering dipakai:

Pupuh V.1

sunting
  • lěnglěng ramyanikang śaśāngka kuměñar mangrěngga rūmning purī
  • mangkin tan pasiring halěpnikang umah mās lwir murub ring langit
  • těkwan sarwamaṇik tawingnya sinawung sākṣat sěkarning suji
  • unggwan Bhānumatī yan amrěm alangö mwang nātha Duryodhana
  • ꦊꦔ꧀ꦊꦁꦫꦩꦾꦤꦶꦏꦁꦯꦯꦴꦔ꧀ꦏꦏꦸꦩꦼꦚꦂꦩꦔꦽꦁꦒꦫꦹꦩ꧀ꦤꦶꦁꦥꦸꦫꦷ
  • ꦩꦔ꧀ꦏꦶꦤ꧀ꦠꦤ꧀ꦥꦱꦶꦫꦶꦁꦲꦊꦥ꧀ꦤꦶꦏꦁꦲꦸꦩꦃꦩꦴꦱ꧀ꦭ꧀ꦮꦶꦂ ꦩꦸꦫꦸꦧ꧀ꦫꦶꦁꦭꦔꦶꦠ꧀
  • ꦠꦼꦏ꧀ꦮꦤ꧀ꦱꦂꦮꦩꦟꦶꦏ꧀ꦠꦮꦶꦁꦚꦱꦶꦤꦮꦸꦁꦱꦴꦏ꧀ꦰꦠ꧀ꦱꦼꦏꦂꦤꦶꦁꦱꦸꦗꦶ
  • ꦲꦸꦁꦒ꧀ꦮꦤ꧀ꦨꦴꦤꦸꦩꦠꦷꦪꦤ꧀ꦲꦩꦽꦩ꧀ꦲꦭꦁꦔꦼꦴꦩ꧀ꦮꦁꦤꦴꦛꦢꦸꦂꦪꦺꦴꦢ꧀ꦞꦤ
  • ᬍᬗ᭄ᬮᭂᬂᬭᬫ᭄ᬬᬦᬶᬓᬂᬰᬰᬵᬗ᭄ᬓᬓᬸᬫᬶᬜᬃᬫᬗᬺᬂᬕᬭᬹᬫ᭄ᬦᬶᬂᬧᬸᬭᬷ
  • ᬫᬗ᭄ᬓᬶᬦ᭄ᬢᬦ᭄ᬧᬲᬶᬭᬶᬂᬳᬍᬧ᭄ᬦᬶᬓᬂᬳᬸᬫᬄᬫᬵᬲ᭄ᬮ᭄ᬯᬶᬃᬫᬸᬭᬸᬩ᭄ᬭᬶᬂᬮᬗᬶᬢ᭄
  • ᬢᭂᬓ᭄ᬯᬦ᭄ᬲᬃᬯᬫᬡᬶᬓ᭄ᬢᬯᬶᬂᬜᬲᬶᬦᬯᬸᬂᬲᬵᬓ᭄ᬱᬢ᭄ᬲᭂᬓᬃᬦᬶᬂᬲᬸᬚᬶ
  • ᬳᬸᬂᬕ᭄ᬯᬦ᭄ᬪᬵᬦᬸᬫᬢᬷᬬᬦ᭄ᬳᬫᬺᬫ᭄ᬮᬮᬂᬗᭃᬫ᭄ᬯᬂᬦᬵᬣᬤᬸᬃᬬᭀᬤ᭄ᬥᬦ

Terjemahan

sunting
  • Sinar bulan yang menawan sungguh menambah keindahan puri
  • Tiadalah bandingan keindahan paviliun emas yang bersinar-sinar seakan-akan berkilau di langit
  • Dinding-dindingnya terbuat dari batu-batu ratna manikam yang dirangkai bagaikan bunga
  • Tempat sang Bhanumati dan prabu Duryodhana tidur dalam cinta

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Kakawin Bharatayuddha, warisan indah di masa Jayabhaya". Monitor. 6 November 2018. Diakses tanggal 20 January 2021.
  2. ^ Cœdès, George (1968). The Indianized states of Southeast Asia. University of Hawaii Press. ISBN 9780824803681.

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting