Jurnalisme investigasi

Jurnalisme investigasi adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita yang bersifat investigatif, atau sebuah penelusuran panjang dan mendalam terhadap sebuah kasus yang dianggap memiliki kejanggalan.[1] Selain itu, investigasi merupakan penelusuran terhadap kasus yang bersifat rahasia.[1] Sebuah kasus dapat diketahui kerahasiaannya apabila penelusuran terhadap kasus tersebut selesai dilakukan.[1] Kata jurnalisme investigasi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu journal dan vestigium.[2] journal atau diurnalis berarti orang yang melakukan kegiatan jurnalistik, dan vestigium yang berarti jejak kaki.Sumaatmadja.[2]

Jurnalisme investigasi menghasilkan sebuah karya jurnalistik, yaitu laporan investigasi.[1] Laporan investigasi sebagai sebuah karya jurnalistik tidak ditentukan oleh besarnya kasus yang dibongkar, melainkan manfaat atau dampak apa yang ditimbulkan setelah kasus tersebut terbongkar.[1] Penelusuran sebuah topik yang ringan dapat dikatakan produk investigasi yang baik apabila mengungkap fakta bernilai besar bagi khalayak.[1]

Laporan investigasi dalam pelaksanaannya membutuhkan modal yang banyak, terlebih apabila topik yang dipilih bersifat kompleks.[1] Maka sebelum membuat konsep acuan, perlu ada riset awal, wawancara, dan observasi di lapangan.[1] Perencanaan yang matang sangat dibutuhkan agar penelusuran dapat berjalan dengan baik, selain itu penyamaran dan koordinasi terutama bagi jurnalis televisi harus dilakukan dengan baik.[1] Dalam hal ini seorang jurnalis juga dituntut untuk memiliki sifat skeptis atau ragu-ragu terhadap setiap fakta yang diperoleh, sehingga fakta tersebut akan terus digali hingga sampai ke akar permasalahan.[1]

Pada intinya, tujuan utama dari jurnalisme investigasi adalah mengungkap kesaksian dan bukti secara fisik dari suatu persoalan yang kontroversial.[3] Jurnalisme investigasi lebih menekankan pada upaya mengungkap fakta yang sebelumnya tersembunyi dari publik.[3] Karena itu, proses kerja jurnalis dalam liputan investigasi ini laksana detektif yang mengendus informasi tersembunyi dari banyak sisi dan mengungkapkannya.[3]

Sejarah sunting

Jurnalisme investigasi mempunyai jejak yang panjang dalam sejarah pers Amerika.[4] Beberapa tokoh tercatat sebagai pionir jurnalisme investigasi.[4] Mereka menetapkan pedoman jurnalisme investigasi bahkan menggariskan ciri pemberitaan pers sebagai medium watchdog di dunia jurnalisme.[4]

Sejarah investigasi berawal dari sebelum berdirinya Negara Amerika.[4] Pada 1690, Benyamin Harris menginvestigasi berbagai kejadian di masyarakat dan melaporkannya dalam Public Occurences, Both Foreign and Domestic.[4] Isi laporannya dinilai menentang kebijakan kolonial Inggris.[4] Pada awal sejarahnya, jurnalisme investigasi amat dekat dengan pemberitaan crusading atau jihad.[4] Pada fase selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New England Courant pada 1721 yang diterbitkan oleh James Franklin.[4] Istilah investigasi sendiri baru muncul pertama kali dari Nellie Bly ketika menjadi reporter di Pittsburg Dispatch (1890).[4]

Bly sampai harus bekerja di sebuah pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah umur yang dipekerjakan dalam kondisi yang buruk.[4] Keistimewaan laporan jurnalistime investigasi Bly terletak pada tuntutan penyelesaian jalan keluar terhadap problema sosial tersebut.[4] Melalui laporan investigasi, pers diposisikan sebagai pengganti pemerintah yang lemah dalam mengatur masyarakat.[4]

Bisa dikatakan pada awal kemunculannya, jurnalisme investigasi memakai bentuk perlawanan terhadap kebijakan penguasa.[4] Baru pada awal abad 20 jurnalisme investigasi menegaskan wujudnya di dalam liputan-liputan yang terorganisir ketika melaporkan berbagai pelanggaran yang terjadi.[4]

Menurut Charneley ada dua hal yang signifikan yang mendasari reportase investigasi, yaitu jurnaisme harus membawa muatan pencerahan publik dan sering kali juga kegiatan perlawanan.[4] Untuk itu, jurnalisme investigasi diidentikan dengan istilah jurnalisme crusading.[4] Crusading, dalam sejarah pers Amerika, menyangkut periode Muckraking yang mengekspos perilaku antisosial dan kejahatan di dunia pemerintahan dan bisnis.[4] Presiden Theodore Roosevelt bahkan memberi nama muckrakers kepada reporter yang sibuk menyoroti hal kotor dan tidak melihat sisi positif lain dari kehidupan Amerika.[4]

Pada tahun 1902, jurnalisme investigasi menjadi gerakan yang berpengaruh.[4] Hal ini dipicu dari kebijakan berbagai media yang menyatakan sikap jurnalismenya pada reformasi sosial.[4] Masyarakat pun menyambutnya dengan antusias.[4] Sejak itu jurnalisme investigasi menjadi bidang usaha pers yang menguntungkan.[4] Sirkulasi sepuluh majalah yang memfokuskan diri pada liputan investigasi mencatat jumlah 3 juta eksemplar pada 1903.[4] Beberapa wartawan investigasi kemudian mengembangkan gaya penulisan jurnalisme investigasi untuk kepentingan penulisan novel.[4] Pada rentang waktu 1900-1914 muncul asosiasi penulis dan penerbit jurnalisme investigasi.[4]

Ciri-ciri sunting

Jurnalisme Investigasi memiliki empat ciri, yaitu riset dan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesis, paper trail yang dilakukan untuk mencari kebenaran dalam mendukung hipotesis, wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait dengan investigasi, dan pemakaian metode penyelidikan polisi dan peralatan anti-kriminalitas (Dalam hal ini termasuk melakukan metode penyamaran serta memakai kamera tersembunyi).[4]

Struktur penulisan investigatif sunting

Kaidah piramida terbalik digunakan sebagai sarana mengorganisir informasi dari urutan yang paling penting ke yang kurang penting.[4] Pelaporan investigasi juga mementingkan kebutuhan khalayak yang ingin segera menemukan apa yang harus dipahaminya.[4] Carole Rich menyebut “5 Hal Penting” dalam penulisan berita. Rumus ini dapat dijadikan variasi dari kaidah priramida terbalik.[4]

Kelima hal tersebut, yaitu news (apa yang terjadi atau akan diperitiwakan), context (latar belakang dari kejadian), scope (apakah peristiwa lokal menjadi bagian dari peristiwa atau gejala di tingkat nasional), edge (kemana berita hendak diarahkan dan apa yang terjadi kemudian), dan impact (mengapa menjadi perhatian banyak orang).[4] Sifat dramatis juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan.[4] Melalui tiga babak pengisahan, struktur kisah dilaporkan.[4] Pada bagian awal kisah digambarkan adanya permasalahan.[4] Bagian tengah menyiratkan berbagai kejadian atau aksi.[4] Sementara itu, akhir kisah dapat memberikan resolusi.[4] Penulisan investigasi tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan kalangan jurnalis, yaitu awal (lead), tubuh (middle), dan penutup (ending).[4]

Bagian awal

Jenis-jenis lead dari ''hard news'' dapat menjadi pembuka yang kerap dipakai wartawan investigasi ketika mereka telah siap untuk membuka kisah penyelidikan yang penuh dengan kerumitan.[4] Untuk itu, pembuka jenis ringkasan (summary) dipergunakan.[4] Carole Rich memberika bentukan pembuka yang tidak langsung memaparkan permasalahan.[4] Rich menyebutkan jenis deskriptif lead, naratif lead, dan anekdot lead, sebagai pengawal kisah berita. Selain itu ada juga pelaporan yang dibuka dnegan lead kutipan langsung.[4]

Bagian tubuh

Banyak bagiannya yang menggunakan teknik penulisan yang didasari oleh kecakapan penulisan sastra.[4] Penjelasan yang berupa angka-angka atau statistik memerlukan penanganan khusus agar pembaca tidak jenuh dengan uraian yang bersifat teknis.[4] Bagian ini membangun pengisahan menjadi rincian aksi dari karakter utama permasalahan yang kompleks, serta perubahan karakter permasalahan.[4] Salah satu teknik penarik uraian, di bagian tengah ini, adalah pengisahan adegan. Melalui adegan, permasalahan dipertunjukkan seluk beluk kejadiannya.[4]

Bagian penutup

Bagian akhir dari penulisan investigasi sering kali memaparkan kedalaman pikiran dan emosi ke dalam benak pembaca.[4]

Perencanaan investigasi sunting

Menentukan tema sunting

Di banyak media massa, tema investigasi ditentukan melalui rapat redaksi yang terencana, atau melalui perumusan agenda publik yang dipunyai masing-masing media.[5] Namun, bahkan dalam contoh investigasi legendaris (seperti "Skandal Watergate"), tema itu muncul secara "tidak sengaja", wartawan atau kelompok wartawan menemukan peristiwa yang tampaknya sepele, namun dalam melakukan penggalian secara terus-menerus sehingga berhasil menemukan "peristiwa terselubung" yang jauh lebih besar.[5]

Merumuskan masalah sunting

Dalam Perencanaan Investigasi, mencari "akar masalah" (bottom-line) sangatlah penting, guna memudahkan dalam mencari informasi.[5] Rumusan masalah adalah hal yang ingin ditelusuri melalui investigasi.[5] Untuk itu, rumusan masalah harus se-spesifik mungkin, dan dalam kalimat pendek.[5] Rumusan masalah juga semacam hipotesis dalam penelitian ilmiah (sesuatu yang harus diuji kebenarannya di "laboratorim" atau lapangan).[5]

Memperoleh bahan investigasi sunting

Memperoleh bahan investigasi dapat dilakukan dengan cara wawancara terhadap sumber dan tokoh kunci, atau mencari dokumen dan bukti terpenting dari lapangan.[5]

Membandingkan data sunting

Data tertentu tidak berbunyi apa-apa jika tidak dibandingkan dengan data lain.[5] Untuk itu, setiap data yang diperoleh harus dibandingkan dengan data yang lainnya agar mendapatkan data yang benar-benar akurat.[5]

Menguji informasi sunting

Mengumpulkan semua bahan (wawancara dan dokumen) serta menyortirnya berdasarkan kredibilitas sumber informasi.[5] Memakai dokumentasi itu untuk menguji hipotesis yang telah dibuat (apakah memprkuat atau menggugurkan).[5]

Menulis dan menyajikan informasi sunting

Dalam hal penulisan, laporan investigasi harus ditulis secara padat dan jelas.[5] Namun, yang lebih penting lagi tulisan itu harus argumentatif (memiliki dasar bukti yang kuat dan dibangun dengan logis).[5] Tulisan sering kali harus dilengkapi pemaparan dokumen, foto, dan tabel yang memperkuat tulisan.[5]

Teknik peliputan sunting

Penyamaran

Terdapat tiga teknik penyamaran yang digunakan saat peliputan investigasi, yaitu:[1]

a. Penyamaran melebur (immerse), maksudnya yaitu wartawan yang melakukan peliputan membaur atau melebur dengan objek yang akan diliputnya dengan kata lain wartawan menyamar menjadi bagian dari objek yang akan diliput

b. Penyamaran menempel (embedded), teknik ini memanfaatkan objek tertentu untuk mendapatkan fakta, keterangan atau akses

c. Penyamaran berjarak (surveillance), teknik ini menggunakan jarak dalam penyamarannya. Jarak yang dimaksud tidak hanya jarak yang bisa diukur melainkan juga berkaitan dengan jarak sosiologis dan psikologis

Observasi

Observasi merupakan kegiatan menggali fakta di lapangan dengan menggunakan pancaindra, sehingga tergambar dengan jelas apa yang terjadi.[1] Hasil observasi tersebut kemudian dideskripsikan melalui tulisan, gambar, dan suara.[1]

Mengecoh (Decoying)

Merupakan teknik yang digunakan agar wartawan bisa bertemu dan mendapatkan informasi dari sumber berita.[1] Mengecoh maksudnya wartawan tidak mengatakan liputannya untuk kasus A melainkan untuk kasus B (improvisasi).[1]

Metode Investigasi sunting

  1. Material Trail, yaitu menelusuri atau mencari jejak dan bukti - bukti dalam bentuk benda
  2. People Trail, mencari jejak - jejak orang yang terlibat atau yang bertanggung jawab atas kasus tersebut
  3. Money Trail, atau follow the money, mengikuti lairan uang atau mencari jejak uang

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Dwi Laksono. Dandhy. 2010. Jurnalisme Investigasi. Bandung: Kaifa
  2. ^ a b Dadi. Reportase Investigasi, Menelisik Lorong Gelap. 2005. Jakarta: LaTofi Enterprise
  3. ^ a b c Ica Wulansari dan Indah Suryawati. Laporan Investigatif Konsep & Praktik Jurnalistik. 2013. Jakarta: Empat Pena
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as Santana K. Septiawan. Jurnalisme Investigasi. 2009. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n "Investigative Reporting" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-28. Diakses tanggal 2021-02-23.