Jelatang gajah[1] atau pulus (Dendrocnide stimulans) adalah spesies tumbuhan dari genus Dendrocnide yang banyak ditemukan di daerah hutan hujan tropis; dataran rendah di sebagian Indonesia. Sebarannya cukup luas termasuk di Masigit Kareumbi.

Jelatang gajah
Dendrocnide stimulans

Status konservasi
Risiko rendah
IUCN147482043
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
KladSuperrosidae
Kladrosids
Kladfabids
OrdoRosales
FamiliUrticaceae
GenusDendrocnide
SpesiesDendrocnide stimulans
Chew, 1965
Tata nama
BasionimUrtica stimulans

Di beberapa daerah, Pulus sering dipersamakan dengan Kemadu atau Kemaduh (Laportea sinuata), walaupun sejatinya Kemadu adalah spesies yang berbeda, namun demikian keduanya sama-sama memiliki bulu sengat.

Pulus (wood nettle, stinging nettle) termasuk dalam famili Urticaceae sehingga berkerabat dekat dengan tanaman Jelatang atau Jelutung (Girardina palmata). Di beberapa daerah Pulus juga sering disebut Jelatang. Walaupun secara fisik sebetulnya tanaman ini berbeda karena Jelatang memiliki daun berbentuk menjari seperti daun pepaya,berbentuk perdu dan memiliki duri di sekujur tubuhnya sampai ke batang.

Deskripsi sunting

Pulus yang di bali disebut Lateng ini memiliki daun berwarna hijau terang. Memiliki tulang dan urat daun yang tampak jelas. Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat. Semakin tua, gerigi semakin menghilang. Bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu-bulu halus yang hanya tampak bila dilihat dari jarak sangat dekat.

Bila bulu-bulu ini tersentuh bagian kulit kita yang halus dan sensitif seperti punggung tangan, lengan, paha atau betis dapat menimbulkan rasa gatal, perih dan panas yang cukup menyengat. Sengatan pulus pada kulit tubuh biasanya baru akan hilang setelah satu atau dua minggu bila tanpa penanganan.

Di Kareumbi, Pulus bisa ditemukan di sepanjang jalan setapak menuju hutan dan disekitar area rumah pohon. Kami sudah melokalisir beberapa tanaman di rumah pohon agar mudah dikenali dan sebagian besar lainnya sudah kami singkirkan dari jalan setapak, tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada anakan-anakan yang tersembunyi.

Racun dan penangkal sunting

Racun yang terdapat dalam bulu sengat Pulus ini adalah formic acid dan beberapa jenis asam lainnya. Kandungan yang mirip juga ditemukan pada sengat lebah dan sengat semut sehingga asam formic ini juga disebut asam semut. Dari literatur, asam semut ini larut dengan baik dalam air. Namun informasi ini bertolak belakang dengan informasi dari masyarakat yang apabila seseorang terkena sengatan pulus sebaiknya jangan dicuci. Penangkal yang biasa dilakukan adalah menggosok daerah sengatan dengan tanah gembur yang kering.

Literatur lain menyebutkan bahwa gosokan daun Pacing Merah pada daerah sengatan berkhasiat untuk menyembuhan luka sengatan Pulus.

Sedangkan yang lain menuliskan bahwa air yang dihasilkan dari remasan tanaman Alocasia macrorrhiza (Talas Gajah) dapat secara instan menghilangkan rasa sakit sengatan Pulus.

Potensi sunting

Selain menyengat, salah satu literatur yang ditemukan menyebutkan bahwa daun Pulus juga memiliki khasiat sebagai obat batuk dan pencuci rambut. Namun cara pengolahnnya belum dikenal. Close up daun pulus dan tunas muda.

Kemudian literatur lain menyebutkan bahwa daun, tunas muda dan akar keluarga Laportea ternyata dapat dimakan (edible). Kandungan vitamin A, C dan zat besi di dalamnya sangat tinggi. Bagian tumbuhan yang telah dimasak disebutkan memiliki kandungan protein sebesar 7%, kandungan ini termasuk tertinggi di antara tanaman pohonan yang lain.

Tunas muda yang terdiri dari dua daun juga dapat digunakan sebagai pengganti resep sayur bayam. Walau pemanenan tunas ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Akar dan daun yang direbus untuk dijadikan sup juga merupakan sumber nutrisi yang baik.

Lihat pula sunting

Rujukan sunting

  1. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata jelatang gajah pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-10. 

Pranala luar sunting