Jalan Pangeran Jayakarta

jalan raya di Indonesia

Jalan Pangeran Jayakarta, dahulu Bernama Oud-Jacatraweg, adalah salah satu jalan tertua di Jakarta, sebagai bagian Batavia yang berkembang di luar tembok kota lama. Nama Jacatraweg tidak berkaitan dengan Pangeran Jayakarta.[1]

Oud-Jacatraweg di awal abad ke-20

Sebelah utara jalan ini berbatasan dengan dinding dalam kota. Selama masa VOC, dibangun sebuah benteng yang sekarang berada di ujung timur Jl. Dr. Suratmo, bernama Benteng Jacatra.[1] Di utara jalan terdapat Halte Transjakarta Pangeran Jayakarta, tepat di seberangnya, teretak GPIB Sion Jakarta, sebuah gereja tua peninggalan Portugis yang masih ada sampai sekarang. Di sebelah selatan gereja ini berdiri Monumen Pieter Erberveld.

Sejarah

sunting

Pada awal abad ke-18, penduduk yang tinggal di luar dinding kota yang terkena wabah malaria pindah ke lingkungan Jacatraweg yang diduga lebih sehat. Pada waktu itu wilayah ini menjadi pemukiman elit dengan kebun-kebun luas. Namun ketika wilayah ini menjadi kurang sehat, para penghuninya pindah ke Molenvliet dan rumah-rumah lama dibiarkan runtuh (1835). Tidak jauh dari Jacatraweg, mengalir Sungai Ciliwung yang di pinggirnya berderet gedung-gedung bergaya Belanda dengan pekarangan berpagar dalam gaya barok. Di belakang gedung di tepian sungai dibuat tempat-tempat pemandian dan pangkalan-pangkalan perahu. Di antara tepian sungai dengan gedung dibuat taman yang terpelihara dengan baik, sehingga pemandangan makin indah. Ada suatu kebiasaan bagi penghuni Jacatraweg untuk berkunjung dengan tetangga menggunakan orembasi, yaitu sejenis perahu-perahu kecil yang didayung oleh budak-budak belian

Nama jalan daerah elit di Batavia, banyak terdapat rumah-rumah milik orang kaya. Jalan tersebut membujur dari barat laut ke tenggara. Diambil dari nama sebuah benteng kecil bernama Jacatra yang terletak di ujung timur jalan tersebut. Sekarang disebut Jl. Pangeran Jayakarta. Sering juga disebut Herrenweg Di tempat ini pernah didirikan klenteng penguburan, tetapi sejak akhir abad ke-17 sudah hancur. Ada juga makam Tionghoa yang pertama didirikan tahun 1650, tempat dimakamkannya Souw Beng Kong. Terdapat satu lagu untuk menggambarkan tentang Jacatraweg, karya Mr. Speenholf berikut:

At long last I enjoyed my self
outside Batavia along the green
heather on Jaketra road

Galeri

sunting

Lihat juga

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting