Kerusuhan penobatan Amsterdam

Kerusuhan penobatan Amsterdam (Belanda: Kroningsoproer) mengacu pada kekerasan dan kerusuhan besar di Amsterdam, Belanda pada hari penobatan Ratu Beatrix, 30 April 1980. Ini merupakan episode terbesar dari gangguan sejenis di negara ini sejak akhir Perang Dunia II dan peristiwa paling penting dari gerakan pemukiman liar Belanda (Krakersrellen).

Seorang pria melemparkan sebuah benda ke arah polisi anti huru-hara di Rokin
Bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan
Pembakaran

Latar belakang sunting

Sejak tahun 1960-an dan 1970-an, pemukiman liar menjadi gerakan yang lumrah sebagai protes terhadap kekurangan perumahan di Amsterdam. Banyak dari pemrotes ini adalah anak-anak dari generasi baby boom.[1] Beberapa kerusuhan terbesar adalah Kerusuhan Nieuwmarkt pada tahun 1975 dan Kerusuhan Vondelstraat pada Maret 1980, ketika pihak berwenang merespons secara keras dengan menggusur para pemukimliar dari properti di kota tersebut.[1]

Pada 31 Januari, Ratu Juliana dari Belanda mengumumkan bahwa dia akan turun takhta demi putrinya, Putri Beatrix, pada 30 April.

Penobatan dan kerusuhan sunting

 
Slogan utama dari protes, ditulis di sebuah tembok pada 26 Maret 1980, sebulan sebelum kerusuhan

Penobatan Beatrix sebagai Ratu adalah pada 30 April 1980, dan merupakan saat para pemukim liar mulai melakukan kerusuhan. Para pengunjuk rasa berunjuk rasa dengan slogan Geen woning, geen kroning , yang diterjemahkan menjadi "Tidak ada rumah, tidak ada penobatan".[2] Meskipun dikawal 10.000 petugas polisi, gendarmerie dan beberapa perwira militer, peristiwa itu berubah menjadi bentrokan besar.[3] Kerusuhan berpusat di sekitar Lapangan Dam, tempat pelantikan ratu baru berlangsung.[4] Bentrokan juga terjadi di dalam dan sekitar Blauwbrug, Rokin, dan Vondelstraat.[5]

Salah satu pengunjuk rasa, Karel Fassotte, menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa selain dari para pemukim liar, orang-orang yang ikut serta termasuk para siswa biasa, hooligan sepak bola, dan lainnya.[6]

Kerusuhan ini menandai peristiwa penting dalam sejarah damai Belanda pascaperang. Enam ratus terluka.[7]

Kesudahan sunting

Gerakan para pemukim liar mendapat banyak dukungan untuk tujuan mereka sebelumnya, namun berkurang setelah kerusuhan. Hal ini sebagian karena keluarga kerajaan Belanda sangat populer di kalangan rakyat, dan para pemukim liar telah mengalihkan hari penobatan menjadi salah satu kekerasan.[8]

Kepemimpinan polisi baru di Amsterdam mulai secara paksa mengosongkan bangunan-bangunan liar, termasuk melalui cara khusus.[4]

Pada tahun 2010, parlemen Belanda memutuskan untuk melarang pemukiman liar sepenuhnya.[3][9]

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b "Amsterdam squatters and police mark 1980 riots". 
  2. ^ "Queen Beatrix - Historical figures - Rijksstudio - Rijksmuseum". 
  3. ^ a b Stroobants, Jean-Pierre (20 July 2011). "Amsterdam vs. the Squatters: Evictions, Arrests and Protests" – via content.time.com. 
  4. ^ a b Rousseaux, Xavier; Campion, Jonas (29 April 2016). "Policing New Risks in Modern European History". Springer – via Google Books. 
  5. ^ "Kroning 1980 vs 2013: welke muzikant werpt de eerste steen? - artikelen". 
  6. ^ "During the squatter riots, Karel Fassotte operated a radio jammer in order to disrupt police communications". 
  7. ^ "Deep-lying, even violent, divisions are a recurring theme in Dutch history - DutchNews.nl". 
  8. ^ "Squatting in Amsterdam - DutchAmsterdam.com". 19 January 2009. 
  9. ^ "Violent protests after Dutch outlaw squatting - World news - Europe - msnbc.com". 3 October 2010. Archived from the original on 2010-10-03. Diakses tanggal 2018-10-16.