Keracunan timbal adalah keracunan yang terjadi ketika timbal masuk ke dalam tubuh seseorang.[3] Otak merupakan organ yang paling sensitif dengan keracunan timbal.[3] Gejala-gejalanya adalah sakit perut, sembelit, sakit kepala, sifat mudah marah, masalah ingatan, kemandulan dan perasaan geli di tangan dan kaki.[4] Timbal juga dapat mengakibatkan kecacatan intelektual.[3] Beberapa efek keracunan timbal dapat bersifat permanen.[3] Dalam beberapa kasus keracunan timbal dapat mengakibatkan anemia, kejang-kejang, koma atau bahkan kematian.[4][3]

Keracunan timbal
Hasil sinar X yang menunjukkan karakteristik keracunan timbal
Informasi umum
SpesialisasiToksikologi
Tata laksana
PerawatanTerapi khelasi[1]
PengobatanDimerkaprol, edetat kalsium dinatrium, sukimer[2]
Distribusi dan frekuensi
Kematian853.000 (2013)[3]

Seseorang dapat terpapar dengan timbal akibat udara, air, debu, makanan dan produk konsumen yang terkontaminasi.[3] Anak-anak menghadapi risiko yang lebih tinggi karena mereka lebih sering memasukkan benda-benda ke dalam mulut mereka, seperti mainan yang mengandung cat timbal.[3] Orang dewasa biasanya terpapar dengan timbal di tempat kerja yang memiliki risiko khusus.[2] Diagnosis biasanya dilakukan dengan mengukur kadar timbal dalam darah.[3] Centers for Disease Control di Amerika Serikat telah menetapkan batasan kadar timbal dalam darah pada angka 10 µg/dl (10 µg/100 g) dan untuk anak-anak pada angka 5 µg/dl.[5][6] Timbal dalam jumlah yang lebih tinggi dari kadar normal juga dapat diketahui dari perubahan sel darah merah atau garis-garis padat pada tulang anak-anak dari hasil pemeriksaan dengan menggunakan sinar X.[1]

Keracunan timbal dapat dicegah.[3] Salah satunya dengan mengeluarkan benda-benda yang mengandung timbal di rumah,[7] perbaikan ventilasi dan pengawasan di tempar kerja,[8] serta kebijakan nasional yang melarang penggunaan timbal pada produk konsumen dan mengurangi kadar timbal yang diperbolehkan dalam air atau tanah. Selain itu, pemerintah dapat melakukan program pembersihan tanah yang telah kontaminasi.[3][1] Untuk yang sudah keracunan, penyebab keracunan tersebut dapat diberantas, dan kemudian pasien diberi obat-obat yang mengikat timbal agar timbal dapat dikeluarkan dari tubuh (terapi khelasi).[1] Terapi khelasi pada anak-anak sebaiknya dilakukan jika kadar timbal pada darah telah melebihi 40–45 µg/dl.[1][9] Obat-obatan yang dapat digunakan adalah dimerkaprol, edetat kalsium dinatrium dan sukimer.[2]

Pada tahun 2013, timbal diyakini telah mengakibatkan kematian 853.000 orang.[3] Hal ini biasanya terjadi di negara-negara berkembang.[3] Mereka yang miskin menghadapi risiko yang lebih tinggi.[3] Keracunan timbal diyakini mencakup 0,6% beban penyakit dunia.[7] Manusia sendiri telah menambang timbal dan menggunakannya selama ribuan tahun.[1] Toksisitas timbal sudah dideskripsikan dari tahun 2000 SM,[1] sementara upaya untuk membatasi penggunaannya sudah dimulai pada tahun 1500-an.[7] Kekhawatiran akan pemaparan timbal dalam kadar yang rendah dimulai pada tahun 1970-an karena pada masa itu belum diketahui ambang batas pemaparan timbal yang aman.[3][1]

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b c d e f g h Dapul, H; Laraque, D (August 2014). "Lead poisoning in children". Advances in pediatrics. 61 (1): 313–33. doi:10.1016/j.yapd.2014.04.004. PMID 25037135. 
  2. ^ a b c Gracia, RC; Snodgrass, WR (1 January 2007). "Lead toxicity and chelation therapy". American Journal of Health-System Pharmacy. 64 (1): 45–53. doi:10.2146/ajhp060175. PMID 17189579. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o "Lead poisoning and health". WHO. September 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 October 2016. Diakses tanggal 14 October 2016. 
  4. ^ a b "Lead Information for Workers". CDC. 30 September 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 October 2016. Diakses tanggal 14 October 2016. 
  5. ^ "Advisory Committee On Childhood Lead Poisoning Prevention (ACCLPP)". CDC. May 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 May 2012. Diakses tanggal 18 May 2012. 
  6. ^ The Code of Federal Regulations of the United States of America (dalam bahasa Inggris). U.S. Government Printing Office. 2005. hlm. 116. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-05. 
  7. ^ a b c Needleman, H (2004). "Lead poisoning". Annual Review of Medicine. 55: 209–22. doi:10.1146/annurev.med.55.091902.103653. PMID 14746518. 
  8. ^ "Lead Information for Employers". CDC. 30 September 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 October 2016. Diakses tanggal 14 October 2016. 
  9. ^ "What Do Parents Need to Know to Protect Their Children?". CDC. 30 October 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 October 2016. Diakses tanggal 14 October 2016.