Suku Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
→‎Kepercayaan: penambahan sub bahasan tata cara penamaan, diambil dari referensi yang telah saya cantumkan, dan sudah dapat dibuktikan kebenarannya
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 36:
{{main|Agama Hindu Dharma}}
Sebanyak 3,2 juta [[umat Hindu]] tinggal di Bali,<ref name="bps"/> dan mayoritas suku Bali menganut kepercayaan [[Hinduisme|Hindu]] [[Siwa-Buddha]], salah satu denominasi [[agama Hindu]]. Para pendeta dari [[India]] yang berkelana di [[Nusantara]] memperkenalkan sastra Hindu-Buddha kepada suku Bali berabad-abad yang lalu. Masyarakat menerimanya dan mengkombinasikannya dengan [[mitologi Bali|mitologi pra-Hindu]] yang diyakini mereka.<ref>Steve Lansing, ''Three Worlds of Bali''. Praeger, 1983.</ref> Suku Bali yang telah ada sebelum gelombang migrasi ketiga, dikenal sebagai [[Bali Aga]], sebagian besar menganut agama berbeda dari suku Bali pada umumnya. Mereka mempertahankan tradisi [[animisme]].
 
== Tata Cara Penamaan ==
 
Suku Bali memiliki cara tersendiri dalam menamai anak-anak mereka. Dengan penamaan yang khas ini, masyarakat Bali dapat dengan mudah mengetahui kasta dan urutan lahir dari seseorang. Tidak jelas sejak kapan tradisi pemberian nama depan ini mulai ada di Bali. Menurut pakar linguistik dari Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Jendra, S.U. Nama depan itu pertama kali ditemukan muncul pada abad ke-14, yakni saat raja Gelgel, yang saat itu bergelar "Dalem Ketut Kresna Kepakisan", yang merupakan putra keempat dari "Sri Kresna Kepakisan" yang dinobatkan oleh mahapatih Majapahit, Gajah Mada, sebagai perpanjangan tangan Majapahit di Bali. "Dalem Ketut Kresna Kepakisan" kemudian dilanjutkan oleh putranya, yakni "Dalem Ketut Ngulesir".
 
Namun, Prof. Jendra belum dapat memastikan apakah tradisi pemberian nama depan itu sebagai pengaruh Majapahit atau bukan. Tetapi, hal ini telah menjadi tradisi di Bali dan hingga akhir abad 20, masyarakat Bali pun masih menggunakannya. Tata cara penamaan ini antara lain :
 
* Untuk membedakan jenis kelamin, masyarakat Bali menggunakan awalan “I” untuk anak laki-laki dan awalan “Ni” untuk anak perempuan
 
* Untuk anak pertama, biasanya diberi awalan “Wayan”, yang diambil dari kata "wayahan" yang artinya "tertua / lebih tua / yang paling matang". Selain Wayan, nama depan untuk anak pertama juga sering digunakan adalah "Putu" dan "Gede". Kata “Putu” artinya "cucu", sedangkan “Gede” artinya "besar / lebih besar". Dua awalan nama ini biasanya digunakan oleh masyarakat Bali bagian utara dan barat, sedangkan di Bali bagian timur dan selatan cenderung memakai nama Wayan. Untuk anak perempuan kadang juga diberi tambahan kata “Luh”.
 
* Untuk anak kedua, biasanya diberi awalan "Made", diambil dari kata "madya (tengah)". Di beberapa daerah di Bali, anak kedua juga dapat diberi nama depan "Nengah" yang juga diambil dari kata "tengah". Ada juga yang menggunakan awalan “Kadek” yang merupakan serapan dari kata “adi” yang bermakna "utama atau adik".
 
* Untuk anak ketiga, biasanya diberi nama depan "Nyoman" atau "Komang". Nyoman konon diambil dari kata "nyeman (lebih tawar)" yang asalnya dari lapisan terakhir pohon pisang, sebelum kulit terluar, yang rasanya cukup tawar. Nyoman. Komang, secara etimologis berasal dari kata "uman" yang bermakna “sisa / akhir”.
 
* Untuk anak keempat, biasanya diawali dengan “Ketut”, yang merupakan serapan dari kata “ke + tuut” yang bermakna "mengikuti / mengekor". Ada juga yang mengkaitkan dengan kata kuno "Kitut" yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit orang Bali yang berawalan Ketut.
 
* Untuk keturunan dari kasta Brahmana, biasanya digunakan awalan "Ida Bagus" untuk laki-laki dan "Ida Ayu" untuk perempuan. Kasta Brahmana adalah kasta dari profesi pemuka agama, misalnya pendeta.
 
* Untuk keturunan dari kasta Ksatria, biasanya digunakan awalan "Anak Agung", "I Gusti Agung", "Cokorda", "I Dewa", "Desak" (perempuan), "Dewa Ayu" (perempuan), "Ni Gusti Ayu" (perempuan), dan "I Gusti Ngurah". Kasta Ksatria merupakan kasta dengan profesi pelaksana pemerintahan (PNS) dan pembela negara (TNI/POLRI).
 
* Untuk keluarga yang memiliki lebih dari empat anak, dapat digunakan kembali nama-nama depan sebelumnya sesuai urutannya untuk anak kelima dan seterusnya. Ada juga yang sengaja menambahkan kata "Balik" setelah nama depan anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah anak yang keempat. <ref>{{Citation
| last = Pasupati
| first = Budi
| title = Nama Orang Bali
| url= http://cakepane.blogspot.com/2012/07/nama-orang-bali.html?m=1
| accessdate = 2015-08-08}}</ref>
 
== Galeri ==