Pakubuwana XII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
| majority =
| order2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
| office2 =<!-- Can[[Daerah beIstimewa repeatedSurakarta|Kepala upDaerah toIstimewa eight times by changing the number -->Surakarta]]
| term_start2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->1945
| term_end2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->1946
| predecessor2 = ''Jabatan baru''
| successor2 = ''Tidak ada, jabatan dihapus''
| vicepresident2 =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
| birth_date = [[14]] [[April]] [[1925]]
Baris 59 ⟶ 61:
 
== Awal Kehidupan ==
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Surya Guritna''' ([[Bahasa Jawa]]: ''Raden Mas Suryo Guritno''), putra [[Pakubuwana XI]] yang lahir dari permaisuri KRAy. Koespariyah (bergelar GKR. Pakubuwana) pada tanggal [[14 April]] [[1925]]. Ia juga memiliki seorang saudara perempuan bernama GRAy. Koes Sapariyam (bergelar GKR. Kedaton).
 
Surya Guritna di masa kecilnya pernah bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) Pasar Legi, [[Surakarta]]. Oleh teman-temannya, Surya Guritna sering dipanggil dengan nama '''Bobby'''. Di sekolah yang sama ini pula beberapa pamannya, putra [[Pakubuwana X]] yang sebaya dengannya menempuh pendidikan. Surya Guritna termasuk murid yang mudah bergaul dan hubungannya dengan teman-teman berlangsung akrab, bahkan ketika di sekolah pun ia bergaul tanpa memandang status sosial yang disandangnya. Waktu kecil ia gemar mempelajari tari-tarian klasik, dan yang paling digemari adalah Tari Handaga dan Tari Garuda. Ia juga pemuda yang gemar mengaji pada Bapak Pradjawijata dan Bapak Tjandrawijata dari Mambaul Ulum. Kegemarannya yang lain adalah olah raga panahan. Mulai tahun [[1938]] Surya Guritna terpaksa berhenti sekolah cukup lama, sekitar lima bulan, karena harus mengikuti ayahandanya yang memperoleh mandat mewakili kakeknya, [[Pakubuwana X]], pergi ke [[Belanda]] bersama raja-raja di [[Hindia Belanda]] saat itu untuk menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan tahta [[Ratu Wilhelmina]].
Surya Guritna yang semasa kecil oleh teman-temannya sering dipanggil dengan nama '''Bobby''', semula beristrikan enam orang, yang semuanya berstatus garwa ampil atau selir. Keenam selir itu adalah KRAy. Mandayaningrum, KRAy. Rogasmara, KRAy. Pradapaningrum, KRAy. Kusumaningrum, KRAy. Retnadiningrum, dan KRAy. Pujaningrum. Ia dikaruniai putra-putri sebanyak 37 orang.
 
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS) [[Bandung]] bersama beberapa pamannya. Baru dua setengah tahun ia belajar, pecah [[Perang Pasifik]], dan waktu itu bala tentara [[Keaisaran Jepang|Jepang]] menang melawan [[sekutu]] dan [[IndonesiaHindia Belanda]] pun jatuh ke tangan [[Jepang]].
Surya Guritna di masa kecilnya pernah bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) Pasar Legi, [[Surakarta]]. Di sekolah yang sama ini pula beberapa pamannya, putra [[Pakubuwana X]] yang sebaya dengannya menempuh pendidikan. Surya Guritna termasuk murid yang mudah bergaul dan hubungannya dengan teman-teman berlangsung akrab, bahkan ketika di sekolah pun ia bergaul tanpa memandang status sosial yang disandangnya. Waktu kecil ia gemar mempelajari tari-tarian klasik, dan yang paling digemari adalah Tari Handaga dan Tari Garuda. Ia juga pemuda yang gemar mengaji pada Bapak Pradjawijata dan Bapak Tjandrawijata dari Mambaul Ulum. Kegemarannya yang lain adalah olah raga panahan. Mulai tahun [[1938]] Surya Guritna terpaksa berhenti sekolah cukup lama, sekitar lima bulan, karena harus mengikuti ayahandanya yang memperoleh mandat mewakili kakeknya, [[Pakubuwana X]], pergi ke [[Belanda]] bersama raja-raja di [[Hindia Belanda]] saat itu untuk menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan tahta [[Ratu Wilhelmina]].
 
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS) [[Bandung]] bersama beberapa pamannya. Baru dua setengah tahun ia belajar, pecah [[Perang Pasifik]], dan waktu itu bala tentara [[Jepang]] menang melawan [[sekutu]] dan [[Indonesia]] pun jatuh ke tangan [[Jepang]].
 
[[Pakubuwana XI]] memintanya pulang dari [[Bandung]] ke [[Surakarta]]. Kemudian, ia harus menerima kenyataan menyedihkan lantaran pada Sabtu, [[1 Juni]] [[1945]], [[Pakubuwana XI]] wafat. Berdasarkan tradisi maka KGPH. Mangkubumi, putra sulung [[Pakubuwana XI]], sesungguhnya yang paling berhak meneruskan tahta. Namun peluang itu tertutup setelah ibundanya, GKR. Kencana (istri pertama [[Pakubuwana XI]]), telah mendahului wafat pada tahun [[1910]] sehingga tidak berkesempatan diangkat sebagai permaisuri tatkala suaminya mewarisi tahta kerajaan. Maka terbukalah peluang untuk Surya Guritna bisa menggantikan [[Pakubuwana XI]] sekalipun berumur paling muda.
 
Teka-teki itu kian terkuak waktu jenazah [[Pakubuwana XI]] dimakamkan di Astana [[Pemakaman Imogiri|Astana Imogiri]], Surya Guritna tidak terlihat hadir di pemakaman. Terlepas setuju atau tidak, keluarga [[Keraton Surakarta|keraton]] harus mulai bisa menerima pertanda itu, sebab berdasarkan kepercayaan adat [[keraton]], bakal raja dipantangkan datang ke pemakaman. Namun versi lain menyebutkan, pengangkatan Surya Guritna itu berkaitan erat dengan peran yang dimainkan Presiden [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. Pakubuwana XII dipilih karena masih muda dan mampu mengikuti perkembangan serta tahan terhadap situasi. Meski raja baru telah disepakati, namun bukan berarti seluruh persoalan terselesaikan. Rencana penobatan Surya Guritna itu sempat mendapat tentangan keras dari ''Kooti Jimu Kyoku Tyokan'', Pemerintah Gubernur [[Kekaisaran Jepang|Jepang]]. [[Jepang]] menyatakan tidak berani menjamin keselamatan calon raja.
 
== Riwayat Pemerintahan ==
[[Berkas:Bung karno pakubuwono xii dan mangkunegara viii.jpeg|thumb|left|Susuhunan Pakubuwana XII bersama [[Mangkunegara VIII|KGPAA. Mangkunegara VIII]] dan Presiden [[Soekarno|Presiden Soekarno]] saat acara perjamuan di Sasana Handrawina, [[Keraton Surakarta]].]]
Raden Mas Surya Guritna naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal [[11 Juni]] [[1945]]. Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya [[Republik Indonesia]]. Karena masih berusia sangat muda, dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, ia seringkali didampingi ibunya, GKR. Pakubuwana, yang dikenal dengan julukan ''Ibu Ageng''. Pakubuwana XII dijuluki '''Sinuhun Hamardika''' karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan.
 
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada [[1 September]] [[1945]] Pakubuwana XII bersama [[Mangkunegara VIII]], secara terpisah mengeluarkan dekrit (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap [[Republik Indonesia]], empat hari sebelum maklumat [[Hamengkubuwana IX]] dan [[Pakualam VIII]]. Lima hari kemudian, [[6 September]] [[1945]], [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Praja Mangkunegaran]] mendapat Piagam Penetapan [[Daerah Istimewa dariSurakarta|Daerah PresidenIstimewa]] dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]].
 
Selama revolusi fisik Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari Presiden [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi Presiden [[Soekarno|Presiden Soekarno]] meninjau ke beberapa medan pertempuran. Tanggal [[12]]-[[13]] [[Oktober]] [[1945]], Pakubuwana XII sendiri bahkan ikut serta menyerbu markas Kenpetai di Kemlayan. Ia juga berkenan ikut melakukan penyerbuan ke markas Kenpetai di Timuran. Sewaktu melakukan penyerbuan ke markas Kido Butai di daerah Mangkubumen, Pakubuwana XII juga menyempatkan berangkat bersama anggota [[KNIL|KNI]] dan berhasil kembali dengan selamat.
 
[[Belanda]] yang tidak merelakan kemerdekaan [[Indonesia]] berusaha merebut kembali negeri ini dengan kekerasan. Pada bulan [[Januari]] [[1946]] ibu kota [[Indonesia]] terpaksa pindah ke [[Yogyakarta]] karena [[Jakarta]] jatuh ke tangan [[Belanda]]. Pemerintahan [[Indonesia]] saat itu dipegang oleh [[Sutan Syahrir]] sebagai [[perdana menteri]], selain [[Presiden Sukarno]] selaku kepala negara. Sebagaimana umumnya pemerintahan suatu negara, muncul golongan oposisi yang tidak mendukung sistem pemerintahan [[Sutan Syahrir|Perdana Menteri Sutan Syahrir]], misalnya kelompok [[Jenderal Sudirman]].
 
Karena [[Yogyakarta]] menjadi pusat pemerintahan, secara otomatis [[Surakarta]] yang merupakan saingan lama menjadi pusat oposisi. Kaum radikal bernama Barisan Banteng yang dipimpin Dr. Muwardi dengan berani menculik Pakubuwana XII dan Sutan Syahrir sebagai bentuk protes terhadap pemerintah [[Indonesia]].
 
[[Berkas:Pakubuwono-xii-dikirab.jpg|thumb|right|Pakubuwana XII ketika mengikuti kirab usai upacara Tingalandalem Jumenengan di [[Keraton Surakarta]].]]
Barisan Banteng berhasil menguasai [[Surakarta]] sedangkan pemerintah [[Indonesia]] tidak menumpasnya karena pembelaan [[Jenderal Sudirman]]. Bahkan, [[Jenderal Sudirman]] juga berhasil mendesak pemerintah sehingga mencabut status daerah istimewa yang disandang [[Surakarta]]. Sejak tanggal [[1 Juni]] [[1946]] [[Kasunanan Surakarta]] hanya berstatus karesidenan yang menjadi bagian wilayah provinsi [[Jawa Tengah]]. Pemerintahan dipegang oleh kaum sipil, sedangkan kedudukan Pakubuwana XII hanya sebagai simbol saja.
 
[[Berkas:Pakubuwono-xii-dikirab.jpg|thumb|right|Pakubuwana XII ketika mengikuti kirab usai upacara ''Tingalandalem Jumenengan'' di [[Keraton Surakarta]].]]
Pada awal pemerintahannya, Pakubuwana XII dinilai gagal mengambil peran penting dan memanfaatkan situasi politik [[Republik Indonesia]], sehingga pamornya di mata rakyat kalah dibanding [[Hamengkubuwana IX]] di [[Yogyakarta]].
 
Baris 93:
 
Pakubuwana XII meninggal dunia pada tanggal [[11 Juni]] [[2004]]. Sepeninggalnya sempat terjadi perebutan takhta antara '''Pangeran Hangabehi''' dangan '''Pangeran Tejowulan''', yang masing-masing menyatakan diri sebagai [[Pakubuwana XIII]].
 
== Silsilah ==
* Anak laki-laki pertama dari [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]] dan permaisuri GKR. Pakubuwana, atau anak ke sepuluh dari kesebelas putra-putri [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]].
* Memiliki enam orang istri:
# KRAy. Mandayaningrum
# KRAy. Rogasmara
# KRAy. Pradapaningrum
# KRAy. Kusumaningrum
# KRAy. Retnadiningrum
# KRAy. Pujaningrum
* Memiliki lima belas putra:
# KGPH. Hangabehi (naik tahta sebagai [[Pakubuwana XIII|Susuhunan Pakubuwana XIII]])
# KGPH. Hadi Prabowo
# KGPH. Puspo Hadikusumo
# KGPH. Kusumoyudo
# KGPH. Tejowulan
# KGPH. Puger
# GPH. Dipokusumo
# GRM. Suryo Saroso
# GPH. Benowo
# GPH. Noto Kusumo
# GPH. Madu Kusumo
# GPH. Wijoyo Sudarsono
# GPH. Suryo Wicaksono
# GPH. Cahyoningrat
# GPH. Suryo Mataram
* Memiliki dua puluh putri:
# GKR. Alit
# GKR. Galuh Kencono
# GRAy. Koes Rahmaniyah
# GRAy. Koes Saparniyah
# GRAy. Koes Handariyah
# GRAy. Koes Kristiyah
# GRAy. Koes Sapardiyah
# GRAy. Koes Raspiyah
# GRAy. Koes Sutriyah
# GRAy. Koes Isbandiyah
# GRAy. Koes Partinah
# GRAy. Koes Niyah
# GRAy. Koes Murtiyah
# GRAy. Koes Sabandiyah
# GRAy. Koes Triniyah
# GRAy. Koes Indriyah
# GRAy. Koes Suwiyah
# GRAy. Koes Ismaniyah
# GRAy. Koes Samsiyah
# GRAy. Koes Saparsiyah
 
 
== Kepustakaan ==