Royal Brunei Airlines: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
== Sejarah ==
=== Tahun 1974-1997: Awal pendirian, ekspansi regional dan melanglang buana ===
Brunei Darussalam, kerajaan yang berada di bagian timur Malaysia, diberi kelonggaran oleh Inggris untuk mempersiapkan kemerdekaannya, salah satunya yaitu, mendirikan perusahaan transportasi udara yang bernama Royal Brunei Airlines. Didirikan pada tanggal 18 November 1974 dengan 2 armada pesawat [[Boeing 737|Boeing 737-200]], maskapai meluncurkan rute penerbangan perdana secara marathon dari [[Singapura]], [[Kuching]] dan [[Kota Kinabalu]] serta [[Hong Kong]] yang dibuka pada Tahun 1975. Di tahun-tahun berikutnya, pengembangan rute juga diperluas dengan dimasukkannya [[Manila]] yang dibuka pada Tahun 1976 dan [[Bangkok]] pada Tahun 1977. Memasuki dekade 1980an, Royal Brunei menerima armada Boeing 737 yang ketiga yang saat itu juga digunakan untuk membuka rute baru ke [[Kuala Lumpur]] pada Tahun 1981 dan [[Darwin]] di Tahun 1983. Masuknya pesawat ini membuat maskapai semakin yakin akan arah ekspansi yang lebih terlihat. Hal ini terbukti dengan lengkapnya daftar rute yang dibuka oleh maskapai di area ASEAN dan Laut China Selatan.
 
Setelah merdeka dari Inggris pada 1 Januari 1984, maskapai semakin giat melakukan ekspansi dengan dibukanya rute menuju [[Jakarta]] pada tanggal 3 Januari dan tidak hanya itu saja, pada Tahun 1988 maskapai juga mendatangkan armada [[Boeing]] yang lebih besar yaitu, 2 armada [[Boeing 757|Boeing 757-200 ER]] menuju [[Taipei]] dan [[Dubai]]. Pada dekade 1990an, ekspansi yang cepat dan masif membuat armada yang ada mengalami kelebihan kapasitas dibanding dengan armada yang ada. Sehingga, mengharuskan maskapai harus menjual seluruh armada Boeing 737 dengan diganti oleh [[Boeing 767|Boeing 767-300ER]] yang dipesan oleh maskapai sebanyak Tujuh armada. Sehingga secara keseluruhan armada berkembang dengan signifikan dengan armada yang terdiri dari 8 Boeing 767 dan 2 Boeing 757.maskapai masuk ke ruang [[Eropa]] dengan rute menuju [[London]] dengan pemberhentian melalui Singapura dan Dubai pada Tahun 1990 dan ekspansi maskapai ke [[Perth]], [[Jeddah]] mulai dibuka pada Tahun 1991, sementara itu [[Brisbane]] mulai dilayani pada Tahun 1994 dan [[Surabaya]] menjadi rute penutup untuk tahun ekspansi Royal Brunei.
 
=== Ekspansi besar ===
[[Berkas:royal.brunei.b767-300er.v8-rbl.arp.jpg|thumb|right|Boeing 767 milik Royal Brunei mendarat.]]
 
Brunei Darussalam, kerajaan yang berada di bagian timur Malaysia, diberi kelonggaran oleh Inggris untuk mempersiapkan kemerdekaannya, salah satunya yaitu, mendirikan perusahaan transportasi udara yang bernama Royal Brunei Airlines. Didirikan pada tanggal 18 November 1974 dengan 2 armada pesawat [[Boeing 737|Boeing 737-200]], maskapai meluncurkan rute penerbangan perdana secara marathon dari [[Singapura]], [[Kuching]] dan [[Kota Kinabalu]] serta [[Hong Kong]] yang dibuka pada Tahun 1975. Di tahun-tahun berikutnya, pengembangan rute juga diperluas dengan dimasukkannya [[Manila]] yang dibuka pada Tahun 1976 dan [[Bangkok]] pada Tahun 1977. Memasuki dekade 1980an, Royal Brunei menerima armada Boeing 737 yang ketiga yang saat itu juga digunakan untuk membuka rute baru ke [[Kuala Lumpur]] pada Tahun 1981 dan [[Darwin]] di Tahun 1983. Masuknya pesawat ini membuat maskapai semakin yakin akan arah ekspansi yang lebih terlihat. Hal ini terbukti dengan lengkapnya daftar rute yang dibuka oleh maskapai di area ASEAN dan Laut China Selatan.
 
Setelah merdeka dari Inggris pada 1 Januari 1984, maskapai semakin giat melakukan ekspansi dengan dibukanya rute menuju [[Jakarta]] pada tanggal 3 Januari dan tidak hanya itu saja, pada Tahun 1988 maskapai juga mendatangkan armada [[Boeing]] yang lebih besar yaitu, 2 armada [[Boeing 757|Boeing 757-200 ER]] menuju [[Taipei]] dan [[Dubai]]. Pada dekade 1990an, ekspansi yang cepat dan masif membuat armada yang ada mengalami kelebihan kapasitas dibanding dengan armada yang ada. Sehingga, mengharuskan maskapai harus menjual seluruh armada Boeing 737 dengan diganti oleh [[Boeing 767|Boeing 767-300ER]] yang dipesan oleh maskapai sebanyak Tujuh armada. Sehingga secara keseluruhan armada berkembang dengan signifikan dengan armada yang terdiri dari 8 Boeing 767 dan 2 Boeing 757.maskapai masuk ke ruang [[Eropa]] dengan rute menuju [[London]] dengan pemberhentian melalui Singapura dan Dubai pada Tahun 1990 dan ekspansi maskapai ke [[Perth]], [[Jeddah]] mulai dibuka pada Tahun 1991, bulan Maret [[1993]] diadakan penambahan rute menuju Abu Dhabi dan Frankfurt melalui [[Abu Dhabi]]. Pada [[Denpasar]], [[Bali]] menjadi kota keduaketiga di Indonesia yang masuk dalam rute. Rute, penerbangan menuju Eropa juga ditambah dengan tujuan [[Zürich]] melalui Kuala Lumpur dan juga tujuan baru ke [[Bahrain]]. Sebelum akhir tahun, ditambahkan rute menuju [[Beijing]], [[Republik Rakyat Tiongkok]]dibuka pada bulan Oktober dan [[Kairo]], [[Mesir]] melalui Kuala Lumpur dan Bahrain pada bulan November. Sementara itu [[Brisbane]] mulai dilayani pada Tahun 1994 dan [[Surabaya]] menjadi rute penutup untuk tahun ekspansi Royal Brunei.
 
=== Tahun 2003-Sampai saat ini:Restrukturisasi keseluruhan dan menuju maskapai regional ASEAN ===
Pertumbuhan dilanjutkan pada tahun [[1994]]. Pengiriman 2 pesawat [[Fokker F-50]] digunakan untuk melayani rute menuju [[Miri]] dan [[Labuan]] di Malaysia Timur pada tahun yang sama. Penerbangan menuju [[Brisbane]], Australia dan [[Osaka]], [[Jepang]] dibuka pada bulan Juni dan Desember. Ambisi untuk menyatukan semua kota [[Minyak bumi|minyak]] menyebabkan pertambahan rute menuju [[Balikpapan]] pada bulan Desember.
[[Berkas:Royal Brunei Airlines Airbus A320 Mutzair-1.jpg|thumb|right|256px|Airbus A320]]
 
Pada tahun [[1995]] dimulai rute menuju [[Kolkata]]/Kalkuta, [[India]] melalui Singapura dan menuju Dubai. Dua Dornier 228 dibeli pada tahun yang sama dan disewakan ke maskapai regional Malaysia, Hornbill Airways untuk menghubungkan Brunei dengan [[Mulu]]. Layanan menuju Kairo dibatalkan pada pertengahan 1995 karena kurangnya penumpang.
 
F-50 kemudian digantikan dengan pesawat jet [[Fokker F-100]] yang lebih besar dan nyaman pada tahun [[1996]] dan menambah ekspansi ke [[Bintulu]]. Penerbangan menuju Zurich dihentikan pada september 1996 untuk menunjang penerbangan harian menuju London. Selain itu juga dibuka penerbangan menuju London melalui [[Yangon]], [[Myanmar]]. Jalur ini kemudian ditutup pada tahun berikutnya karena tidak ekonomis.
 
=== Konsolidasi ===
Pada Agustus [[1997]], Dornier 228 yang dioperasikan oleh Hornbill Airways, jatuh di dekat Bandara Miri dan menewaskan seluruh penumpang sebanyak 19 orang dan 2 orang awak. Penyebab kecelakaan masih belum jelas. Seluruh Dornier 228 dijual pada tahun 1997 dan rute menuju Miri, Labuan, Mulu dan Bintulu dihentikan. Kemudian [[Surabaya]] ditambahkan menjadi kota tujan keempat di Indonesia.
 
Rute menuju Beijing dan Osaka yang tidak menguntungkan dihentikan pada tahun [[1998]] dan semua F-100 juga dijual ke [[Alpi Eagles Airlines]] pada tahun yang sama.
 
[[Kuwait]] ditambahkan pada rute pada tahun [[2001]] dan dilayani dengan transit di Singapura, Kalkuta, dan Dubai. Rute ini ditutup pada tahun berikutnya. Penambahan rute juga mencapai kota [[Shanghai]]. Pada tahun yang sama, Royal Brunei memulai sistem pemesanan tiket online.
 
=== Restrukturisasi ===
[[Berkas:Royal Brunei Airlines Airbus A320 Mutzair-1.jpg|thumb|right|256px|Airbus A320]]
[[Berkas:Royal Brunei Airlines Airbus A320 Pichugin-1.jpg|thumb|right|256px|Airbus A30]]
Setelah mengalami tahun tahun tanpa keuntungan, Royal Brunei memulai restrukturisasi besar-besaran pada tahun [[2003]]. Rencana strategis 2003 antara lain memasukkan rencana untuk menambah jumlah armada yang sebelumnya 9 pesawat menjadi 24 pesawat pada tahun [[2013]]. Armada 6 Boeing 767 akan diubah menjadi 15 pesawat berbadan sempit dan 8 pesawat berbadan lebar. Rencananya setengah dari jumlah pesawat akan diperoleh secara leasing dan sisanya dibeli secara langsung. Perencanaan yang lain termasuk penambahan kota [[Auckland]], [[Tokyo]], [[Sydney]], [[Seoul]] dan [[Kota Ho Chi Minh]] serta meningkatkan frekuensi penerbangan.