Hasjim Ning: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 30:
 
== Bisnis ==
Setelah pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel 1951, Hasjim berdagang mobil dan mendirikan Djakarta Motor Company. Usaha ini berkembang tidak lain tidak bukan karena ia termasuk salah satu pengusaha nasional yang sukses dalam "Program Benteng" yang dicanangkan [[Orde Lama|Pemerintah Orde Lama]]. Setelah dua tahun, usaha itu berkembang menjadi usaha perakitan mobil yang pertama di Indonesia, Indonesian Service Station. Ia kemudian lebih dikenal sebagai pengusaha perakitan mobil, meskipun juga bergerak dalam berbagai bidang, seperti ekspor-impor, bank, biro perjalanan, pabrik kosmetik, dan konsultan rekayasa yang menyerap tidak kurang dari 3.000 karyawan. Selain itu ia menjadi anggota dewan komisaris PT Jaya, Daha Motor, Jakarta Motor, Hotel Kemang, Asuransi Sriwijaya, PACTO, dan Central Commercial Bank.
 
Pada tahun 1981, ia menjual 49% saham Bank Perniagaan Indonesia miliknya, kepada [[Mochtar Riady]]. Delapan tahun kemudian bank ini mengganti namanya menjadi [[Lippo Bank]], dan melakukan merger dengan Bank Umum Asia.<ref>Majalah Tempo, Ini Dia Lippobank, 8 April 1989</ref>
Baris 38:
== Karier Politik ==
 
Tahun 1971 ia menjabat Ketua Umum [[IPKI]] (Ikatan Pejuang/Penerus KEmerdekaan Indonesia). Kemudian pada saat [[Orde baru}}Baru]] berdiri beliau ikut melahirkan fusi beberapa partai nasionalis dan kristen menjadi[[PDI]]. Tahun 1978 ia mengundurkan diri dari [[PDI]] akibat dari konflik berkepanjangan yang ada dalam tubuh partai tersebut dan menjelang Pemilu 1982 bergabung dengan [[Golkar]].
 
== Karier ==