Drona: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 43:
 
Bisma segera sadar bahwa dia adalah Drona, dan keberaniannya yang memberi contoh, ia kemudian menawarkan agar Drona mau menjadi guru bagi para pangeran [[Kerajaan Kuru|Kuru]] dan mengajari mereka seni peperangan. Kemudian Drona mendirikan sekolah di dekat kota, dimana para pangeran dari berbagai kerajaan di sekitar negeri datang untuk belajar di bawah bimbingannya.<ref>Mahabharata, Buku I: Adiparwa, Sambhawaparwa, Bagian CXXXIII.</ref>
 
==Diskriminasi kasta==
 
[[Ekalawya]] adalah seorang pangeran muda dari suku [[Kerajaan Nishadha|Nishadha]], yang datang mencari Drona karena minta diajari. Drona tidak mau menerimanya karena ia tidak berasal dari golongan [[Catur Warna|Warna]] [[Kshatriya]] ([[kasta]]). Ekalawya tidak terkejut, kemudian memasuki hutan, dan ia mulai belajar dan berlatih sendirian, dengan sebuah patung tanah liat menyerupai Drona dan ia sembah. Dengan menyendiri, Ekalawya menjadi ksatria dengan kehebatan yang luar biasa, setara dengan [[Arjuna]]. Pada suatu hari, seekor anjing menggonggong saat ia serius melakukan latihan, dan tanpa melihat, sang ksatria menembakkan panah lalu menancap di mulut anjing tersebut. Para [[Pandawa]] melihat anjing itu lari, dan heran karena ada yang mampu melakukan perbuatan tersebut. Mereka melihat [[Ekalawya]], yang mengaku bahwa ia adalah murid Drona. Drona kaget karena merasa tidak memiliki murid seperti Ekalawya. Kemudian Ekalawya menjelaskan bahwa setiap hari ia belajar dengan patung yang menyerupai Drona yang ia anggap sebagai guru. Karena merasa prestasi [[Arjuna]] akan tersaingi, Drona meminta agar Ekalawya mempersembahkan ''[[dakshina]]'' kepada sang guru sebagai tanda bahwa pelajarannya telah sempurna. ''Dakshina'' yang diminta Drona adalah ibu jari Ekalawya. [[Ekalawya]] pun memotong jarinya sendiri sehingga ia tidak bisa lagi menggunakan senjata [[panah]].
 
[[Karna]] yang ingin belajar di bawah bimbingan Drona juga ditolak dengan alasan bahwa Karna tidak berasal dari kasta ksatria. Karena merasa terhina, Karna belajar kepada [[Parasurama]] dengan menyamar sebagai [[brahmana]].
 
==Pembalasan terhadap Drupada==
 
Saat para [[Korawa]] dan [[Pandawa]] menyelesaikan pendidikannya, Drona menyuruh agar mereka menangkap Raja [[Drupada]] yang memerintah [[Kerajaan Panchala]] dalam keadaan hidup-hidup. [[Duryodana]], [[Dursasana]], [[Wikarna]], dan [[Yuyutsu]] mengerahkan tentara [[Hastinapura]] untuk menggempur Kerajaan Panchala, sementara [[Pandawa]] pergi ke Kerajaan Panchala tanpa angkatan perang. [[Arjuna]] menangkap Drupada dan membawanya ke hadapan Drona. Drona mengambil separuh dari wilayah kekuasaan Drupada, dan separuhnya lagi dikembalikan kepada Drupada. Dengan dendam membara, Drupada melaksanakan ''[[yadnya|yajña]]'' untuk memohon anugerah seorang putera yang akan membunuh Drona dan seorang puteri yang akan menikahi Arjuna. Maka, lahirlah [[Drestadyumna]], pembunuh Drona dalam [[Bharatayuddha]], dan [[Dropadi]], yang menikahi [[Arjuna]] dan para [[Pandawa]].
 
==Pertempuran di Kurukshetra==
 
Saat perang di Kurukshetra berkecamuk, Drona menjadi komandan pasukan Korawa. Ia merencanakan cara yang curang untuk membunuh Abimanyu pada pertempuran di hari ketiga belas.
 
==Kematian Drona==