Juventus F.C.: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler mengosongkan halaman [ * ]
k ←Suntingan 168.235.194.227 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh JThorneBOT
Baris 63:
Sejak 2006 klub ini bermarkas di [[Stadio Olimpico di Torino]] yang menggantikan markas sebelumnya yaitu [[Stadion Delle Alpi]] yang dirobohkan dan dibangun ulang sebagai stadion baru bernama [[Juventus Arena|Juventus Stadium]]. Juventus resmi memakai stadion baru mereka tesebut pada awal September 2011.<ref>{{cite news |title=New stadium, opening ceremony on 8th September |url=http://www.juventus.com/wps/portal/en/news/14july2011_Inaugurazione_NuovoStadio/!ut/p/b1/ |publisher=Juventus F.C. |date=14 July 2011 |accessdate=23 July 2011}}</ref>
 
== Sejarah ==
Juventus Atau yang biasa di panggil wasit fc memiliki hobi menyuap dan melakukan banyak cara agar menang dan mendapatkan trofi, wasit juga berniat treble musim ini ah sudahlah pasti tidak bisa :v
=== Awal mula ===
{{main|Sejarah Juventus F.C.}}
[[Berkas:Pionieri Juve 1898.gif|thumb|190px|right|Foto bersejarah, Juventus FC pada tahun 1898.]]
[[Berkas:Juventus FC in 1903.gif|thumb|right|190px|Juventus FC pada tahun 1903.]]
Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di daerah Liceo D’Azeglio, [[Turin]]<ref name=history>{{cite web|url=http://www.magicajuventus.com/storia_juventus.php|title=Storia della Juventus Football Club|work=magicajuventus.com|language=Italian|accessdate=2007-07-08}}</ref>. Awal mula dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari [[anak-anak]] yang saling berteman dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta melakukan berbagai hal positif. Usia anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan, yang tertua berumur 17 dan lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang mungkin tidak jadi masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi pemuda-pemuda tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mencari sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat yaitu sebuah bangunan yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan, sebuah kanopi dan juga loteng dan keran air minum. Selanjutnya, Canfari menceritakan tentang bagaimana terpilihnya nama klub, segera setelah mereka menemukan markas baru. Akhirnya, tibalah pertemuan untuk menentukan nama klub dimana terjadi perdebatan sengit di antara mereka. Di satu sisi, pembenci [[bahasa Latin|nama latin]], di sisi lain penyuka nama klasik dan sisanya netral. Lalu, diputuskanlah tiga nama untuk dipilih; "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir belakangan dipilih tanpa banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama klub mereka menjadi "Sport Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian.<ref name="JFC History"/> Klub ini lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di [[Stadio Motovelodromo Umberto I]]. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih, terinspirasi dari klub Inggris [[Notts County F.C.|Notts County]].<ref name=league/>
 
Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.<ref name="JFC History"/> Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama [[Torino F.C.|FBC Torino]] yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai [[Derby della Mole]].<ref name="rival">{{cite web|url=http://www.fifa.com/classicfootball/stories/classicderby/news/newsid=924118.html#injuries+clouding+turin+derby|work=FIFA official website|title=FIFA Classic Rivalries: Torino VS Juventus|accessdate=2007-06-29}}</ref> Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.<ref name=league/>
 
=== Dominasi liga ===
[[Berkas:Sivori, Charles, Boniperti.jpg|thumb|170px|left|[[Omar Sivori]], [[John Charles]], dan [[Giampiero Boniperti]] di era 1950-an.]]
Pemilik [[FIAT]], [[Edoardo Agnelli]] mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.<ref name="JFC History"/> Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil merebut ''scudetto'' dengan mengalahkan [[AS Roma|Alba Roma]] dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatih [[Carlo Carcano]]<ref name=league/>, dan beberapa pemain bintang seperti [[Raimundo Orsi]], [[Luigi Bertolini]], [[Giovanni Ferrari]] dan [[Luis Monti]].
 
Juventus kemudian pindah kandang ke [[Stadion Olimpiade Torino|Stadio Comunale]], tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
 
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, [[Gianni Agnelli]] mengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, [[Jesse Carver]].
 
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti [[Omar Sivori]] dan pemuda Wales bernama [[John Charles]] yang menemani para punggawa lama seperti [[Giampiero Boniperti]]. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan [[ACF Fiorentina]] di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
 
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan [[Čestmír Vycpálek]], Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal [[Piala UEFA]]) namun kalah dari [[Leeds United]]. Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve kedatangan [[Dino Zoff]] dan [[Jose Altafini]] dari Napoli. Di musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari [[Ajax Amsterdam]] yang dimotori oleh [[Johan Crujff]]. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender [[Gaetano Scirea]] di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama [[Giovanni Trapattoni]], Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
 
=== Pentas Eropa ===
[[Berkas:Platini juventus2.jpg|thumb|150px|[[Michel Platini]] bintang Juventus era 1980-an.]]
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an.<ref name=league/> Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam timnas Italia yang menjuarai [[Piala Dunia 1982]] dengan [[Paolo Rossi]] sebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia pada tahun tersebut.<ref>{{cite book|last=Glanville|first=Brian|title=The Story of the World Cup|publisher=Faber and Faber|location=London|date=2005|id=ISBN 0-571-22944-1|pages=263}}</ref> ditambah dengan kedatangan bintang Prancis [[Michel Platini]], Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino. Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) dan [[Standard Liege]] (Belgia) di penyisihan. Akan tetapi, Juventus kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan mereka menembus perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara. Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di kompetisi domestik dan Eropa, Juventus akhirnya berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala Interkontinental.
 
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri karirnya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
 
Setelah era keemasan Rossi usai, [[Michel Platini]] kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan.<ref name=ballon>{{cite web|url=http://www.rsssf.com/miscellaneous/europa-poy.html|title=European Footballer of the Year ("Ballon d'Or")|work=The Record Sport Soccer Statistics Foundation|accessdate=2007-06-08}}</ref> Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara [[Liga Champions Eropa]] pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan [[Liverpool FC]] dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat [[Tragedi Heysel|kerusuhan]] dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.<ref>{{cite news|url=http://www.uefa.com/uefa/Keytopics/kind=2/newsId=300034.html|title=Olsson urges anti-racism action|publisher=UEFA official website|accessdate=2005-05-13}}</ref> Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang [[Diego Maradona]], dan kebangkitan dua tim kota Milan, [[AC Milan]] dan [[Inter Milan]].<ref name=league/> Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan [[Piala Dunia 1990]].<ref>{{cite book|last=Goldblatt|first=David|title=The Ball is Round: A Global History of Football|publisher=Penguin|location=London|date=2007|id=ISBN 978-0-14-101582-8|pages=602}}</ref>
 
=== Kesuksesan era Lippi ===
[[Berkas:Marcello Lippi.jpg|150px|thumb|left|[[Marcello Lippi]], salah satu pelatih sukses Juventus.]]
[[Marcello Lippi]] mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95.<ref name="JFC History"/> Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh saat itu adalah [[Ciro Ferrara]], [[Roberto Baggio]], [[Gianluca Vialli]] dan pemain muda berbakat bernama [[Alessandro Del Piero]]. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan [[Ajax Amsterdam]] melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana [[Fabrizio Ravanelli]] menyumbangkan satu gol untuk Juve.<ref>{{cite news|url=http://www.uefa.com/competitions/ucl/history/season=1995/intro.html|title=1995/96: Juve hold their nerve|publisher=UEFA official website|date=1996-05-22}}</ref>
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah [[Zinedine Zidane]], [[Filippo Inzaghi]] dan [[Edgar Davids]]. Juve kembali memenangi Seri-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga [[Piala Super UEFA 1996]]<ref>{{cite news|url=http://www.uefa.com/competitions/supercup/history/season=1996/intro.html|publisher=UEFA official website|title=1996: Dazzling Juve shine in Paris|date=1997-03-01}}</ref> dan Piala Interkontinental 1996.<ref>{{cite web|url=http://www.fifa.com/classicfootball/clubs/matchreport/newsid=512164.html#toyota+cup+1996|title=Toyota Cup 1996|work=FIFA official website|date=1996-11-26}}</ref> Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh [[Borussia Dortmund]] (Jerman) dan [[Real Madrid]] (Spanyol).<ref>{{cite web|url=http://www.uefa.com/competitions/ucl/history/season=1996/round=75/index.html|title=UEFA Champions League 1996–97: Final|work=UEFA official website|date=1997-05-28}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.uefa.com/competitions/ucl/history/season=1997/round=1169/index.html|title=UEFA Champions League 1997–98: Final|work=UEFA official website|date=1997-05-20}}</ref>
 
Setelah absen satu musim Lippi kembali, penandatanganan pemain nama besar seperti [[Gianluigi Buffon]], [[David Trezeguet]], [[Pavel Nedvěd]] dan [[Lilian Thuram]], membantu tim untuk dua gelar scudetto lebih dalam 2001-02 dan 2002-03 musim.<ref name=league/> Juventus juga bagian dari akhir semua Italia Liga Champions pada tahun [[Final Liga Champions UEFA 2003|2003]] tetapi kalah dari [[A.C. Milan|Milan]] melalui adu penalti setelah pertandingan berakhir imbang 0-0. Tahun berikutnya, Lippi diangkat sebagai pelatih kepala {{timnas|Italia}}, membawa mengakhiri salah satu periode manajerial yang paling produktif dalam sejarah Juventus.
 
=== Skandal "Calciopoli" ===
[[Berkas:Del Piero - Juventus.jpg|175px|thumb|right|[[Alessandro Del Piero]], Pencetak gol sepanjang masa Juventus dan pembuat penampilan selama musim 2007–08.]]
[[Fabio Capello]] menjadi pelatih pada tahun 2004, dan memimpin Juventus untuk dua gelar Serie A. Namun, pada Mei 2006, Juventus menjadi salah satu dari lima klub Serie A terkait dengan [[Skandal Serie A 2006|skandal pengaturan pertandingan]], hasil yang melihat klub terdegradasi ke [[Serie B]] untuk pertama kalinya dalam sejarah. Klub ini juga dilucuti dari dua gelar yang dibawa Capello pada tahun 2005 dan 2006.<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/sport1/hi/football/europe/5164194.stm|title=Italian trio relegated to Serie B|publisher=BBC|accessdate=14 July 2006|date=14 July 2006}}</ref>
 
Banyak pemain kunci meninggalkan klub menyusul penurunan pangkat ke Serie B, termasuk Thuram, striker [[Zlatan Ibrahimović]] dan bek tengah [[Fabio Cannavaro]]. Namun, pemain bernama besar lain seperti Buffon, Del Piero, Trezeguet, dan Nedved tetap untuk membantu klub kembali ke Seri-A sementara anak-anak dari Primavera seperti [[Sebastian Giovinco]] dan [[Claudio Marchisio]] diintegrasikan ke dalam tim utama. Bianconeri dipromosikan langsung kembali sebagai juara liga setelah musim 2006-07, sementara kapten Del Piero mendapat penghargaan pencetak gol terbanyak dengan 21 gol.
 
=== Kembali ke Serie A ===
Sejak mereka kembali ke Serie A di musim [[Serie A 2007–08|2007–08]], mantan manajer [[Chelsea F.C.|Chelsea]] [[Claudio Ranieri]] berhasil menangani Juventus selama dua musim.<ref>{{Cite news|url=http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/europe/6719901.stm|title=Ranieri appointed Juventus coach|publisher=BBC News|accessdate=4 June 2007|date=4 June 2007}}</ref> Mereka menempati posisi ketiga di musim pertama mereka kembali, dan lolos ke [[Liga Champions UEFA 2008–09|Liga Champions 2008–09]] babak kualifikasi ketiga pada tahap awal. Juventus mencapai babak grup, di mana mereka mengalahkan [[Real Madrid C.F.|Real Madrid]] di kedua leg kandang dan tandang, sebelum kalah di babak gugur dengan Chelsea. Ranieri dipecat menyusul serangkaian hasil buruk, dan [[Ciro Ferrara]] ditunjuk sebagai manajer secara sementara untuk dua pertandingan terakhir musim ini,<ref>{{Cite news|url=http://it.uefa.com/footballeurope/news/kind=2/newsid=831044.html|title=Via Ranieri, ecco Ferrara|publisher=Union des Associations Européennes de Football|language=Italian|accessdate=19 May 2009}}</ref> sebelum kemudian diangkat sebagai manajer untuk musim 2009-10.<ref>{{cite news|url=http://www.uefa.com/competitions/ucl/news/kind=1/newsid=836319.html|title=Ferrara handed Juventus reins|publisher=UEFA official website|accessdate=2009-06-05}}</ref>
[[Berkas:Juventus FC 2012-2013 players (Shakthar Donetsk - Juventus).jpg|thumb|right|285px|Tim Juventus sebelum pertandingan [[Liga Champions UEFA 2012–13]] melawan [[Shakhtar Donetsk]].]]
Namun, tugas Ferrara sebagai manajer Juventus terbukti tidak berhasil, dengan Juventus tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia, dan hanya berbaring di tempat keenam di klasemen liga pada akhir Januari 2010, yang mengarah ke pemecatan Ciro Ferrara dan penamaan [[Alberto Zaccheroni]] sebagai manajer caretaker. Zaccheroni tidak bisa membantu meningkatkan sisi, sebagai Juventus mengakhiri musim di tempat ketujuh di Serie A. Untuk musim 2010-11, [[Jean-Claude Blanc]] digantikan oleh [[Andrea Agnelli]] sebagai presiden klub. Tindakan pertama Agnelli adalah untuk menggantikan Zaccheroni dan Direktur Olahraga [[Alessio Secco]] dengan manajer [[U.C. Sampdoria|Sampdoria]] [[Luigi Del Neri]] dan Direktur Olahraga [[Giuseppe Marotta]].<ref>{{Cite news|url=http://www.juventus.it/site/ita/NEWS_newsseriea_24CA3FB221F04352B60AC7DAD8C7913E.asp|language=Italian|title=Zaccheroni nuovo allenatore della Juventus|publisher=Juventus Football Club S.p.A official website|date=29 January 2010|accessdate=29 January 2010}}{{dead link|date=August 2011}}</ref> Namun, Del Neri gagal memperbaiki nasib mereka dan dipecat. Mantan pemain dan favorit penggemar [[Antonio Conte]], baru setelah memenangkan promosi dengan [[A.C. Siena|Siena]], disebut sebagai pengganti Del Neri itu.
 
Dengan Conte sebagai manajer, Juventus tak terkalahkan untuk seluruh musim. Menjelang paruh kedua musim ini, tim itu sebagian besar bersaing dengan rival utara [[A.C. Milan|Milan]] untuk tempat pertama dalam pertandingan yang ketat. Juventus memenangkan gelar pada pertandingan ke-37, setelah mengalahkan [[Cagliari Calcio|Cagliari]] 2-0, dan Milan kalah dari [[Inter Milan|Internazionale]] 4-2. Setelah kemenangan di pertandingan final melawan [[Atalanta B.C.|Atalanta]] 3-1, Juventus menjadi tim pertama untuk musim tak terkalahkan dalam arus Format 38 pertandingan. Prestasi penting lainnya termasuk yang terbesar kemenangan tandang (5-0 di [[ACF Fiorentina|Fiorentina]]), rekor terbaik defensif (20 gol kebobolan, paling sedikit pernah dalam format liga saat ini) di Serie A dan terbaik kedua di atas enam liga Eropa tahun itu.<ref>{{cite news|title=A Scudetto built on defense|url=http://www.juventus.com/juve/en/news/15may2012_difesa|publisher=juventus.com|date=15 May 2012}}</ref>
 
== Warna, logo, dan julukan ==