Antropologi budaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yuuudiii (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
 
== Asal-usul ==
Salah satu pengertian pertama tentang pengertian istilah "kebudayaan" berdasarkan antropologi adalah oleh Sir [[Edward Burnett Tylor]], antropolog asal Inggris dalam halaman pertama bukunya yang terbit tahun 1897: "Kebudayaan, atau peradaban, diambil dalam artinya yang luas dan [[etnografi]]s, adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-istiadat dan kemampuan dan kebiasaan lain mana pun yang didapati manusia sebagai anggota [[masyarakat]].<ref name=":0">Edward Tylor, ''Primitive Culture'', New York, J.P. Putnam’s Sons.1, . 1920 [1871]</ref> Istilah "peradaban" di kemudian hari diganti definisinya oleh [[V. Gordon Childe]], di mana "kebudayaan" menjadi istilah perangkum dan "peradaban" menjadi satu jenis khusus kebudayaan<ref name=":1">Andrew Sherratt, V. "Gordon Childe: Archaeology and Intellectual History", Past and Present, No. 125. Nov. 1989, pp. 151–185.</ref>
 
Wawasan antropologis tentang "kebudayaan" antara lain mencerminkan reaksi terhadap [[wacana]] sebelumnya di [[dunia Barat]], yang berdasarkan pada perlawanan antara "[[budaya]]" dan "[[alam]]", di mana sejumlah manusia dianggap masih hidup dalam "keadaan alamiah". Para antropolog menyatakan bahwa kebudayaan justru merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalaman, menterjemahkan penyusunan ini secara [[simbol]]is berkat kemampuan berbicara dan mengajarkan paham tersebut ke manusia lainnya.
 
Karena manusia mendapati kebudayaan melalui proses belajar ''[[:en:enculturation|enculturation]]'' dan [[sosialisasi]], orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda, akan mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara non-[[genetik]], sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda. [[Teori]] antropologi terutama berasal dari kesadaran dan minat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat atau keadaan yang berbeda).<ref name=":2">[[Giulio Angioni]] (2011). ''Fare dire sentire: l'identico e il diverso nelle culture''. Nuoro: il Maestrale</ref>
 
Perkembangan antropologi budaya terjadi dalam konteks akhir abad ke-19, saat pertanyaan tentang kebudayaan manakah yang "[[primitif]]" dan yang mana yang "[[peradaban|beradab]]", tidak hanya ada dalam benak [[Karl Marx|Marx]] dan [[Sigmund Freud|Freud]] tapi juga banyak orang lainnya. [[Kolonialisme]] dan prosesnya semakin sering membuat pemikir asal [[Eropa]] berhubungan, secara langsung atau tidak langsung, dengan bangsa lain yang "primitif"<ref name=":3">Renato Rosaldo, ''Culture and Truth'', Beach Press, 1993</ref>. Keadaan yang berbeda antara berbagai kelompok manusia, yang sebagian memiliki teknologi modern dan maju seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian lain tidak memiliki apa-apa kecuali komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan gaya [[Paleoliti]], menarik perhatian angkatan pertama antropolog budaya.
 
Sejajar dengan perkembangan antropologi budaya di [[Amerika Serikat]], di [[Inggris]] [[antropologi sosial]], dimana "kesosialan" merupakan paham inti yang berpusat pada penelitian mengenai kedudukan dan peranan sosial, kelompok, lembaga dan hubungan antaranya, berkembang sebagai [[disiplin]] [[akademis]]. Suatu istilah perangkum, yaitu antropologi sosial-budaya, mengacu baik ke antropologi budaya maupun sosial<ref name=":4">D. T. Campbell, "The two distinct routes beyond kin selection to ultrasociality: Implications for the Humanities and Social Sciences", ''The Nature of Prosocial Development: Theories''
and Strategies D. Bridgeman'' (ed.), pp. 11-39, Academic Press, New York, 1983''</ref>
 
== Asal-usul ==
Salah satu pengertian pertama tentang pengertian istilah "kebudayaan" berdasarkan antropologi adalah oleh Sir [[Edward Burnett Tylor]], antropolog asal Inggris dalam halaman pertama bukunya yang terbit tahun 1897: "Kebudayaan, atau peradaban, diambil dalam artinya yang luas dan [[etnografi]]s, adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-istiadat dan kemampuan dan kebiasaan lain mana pun yang didapati manusia sebagai anggota [[masyarakat]].<ref name=":0">Edward Tylor, ''Primitive Culture'', New York, J.P. Putnam’s Sons.1, . 1920 [1871]</ref> Istilah "peradaban" di kemudian hari diganti definisinya oleh [[V. Gordon Childe]], di mana "kebudayaan" menjadi istilah perangkum dan "peradaban" menjadi satu jenis khusus kebudayaan<ref name=":1">Andrew Sherratt, V. "Gordon Childe: Archaeology and Intellectual History", Past and Present, No. 125. Nov. 1989, pp. 151–185.</ref>
 
Wawasan antropologis tentang "kebudayaan" antara lain mencerminkan reaksi terhadap [[wacana]] sebelumnya di [[dunia Barat]], yang berdasarkan pada perlawanan antara "[[budaya]]" dan "[[alam]]", di mana sejumlah manusia dianggap masih hidup dalam "keadaan alamiah". Para antropolog menyatakan bahwa kebudayaan justru merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalaman, menterjemahkan penyusunan ini secara [[simbol]]is berkat kemampuan berbicara dan mengajarkan paham tersebut ke manusia lainnya.
 
Karena manusia mendapati kebudayaan melalui proses belajar ''[[:en:enculturation|enculturation]]'' dan [[sosialisasi]], orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda, akan mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara non-[[genetik]], sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda. [[Teori]] antropologi terutama berasal dari kesadaran dan minat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat atau keadaan yang berbeda).<ref name=":2">[[Giulio Angioni]] (2011). ''Fare dire sentire: l'identico e il diverso nelle culture''. Nuoro: il Maestrale</ref>
 
Perkembangan antropologi budaya terjadi dalam konteks akhir abad ke-19, saat pertanyaan tentang kebudayaan manakah yang "[[primitif]]" dan yang mana yang "[[peradaban|beradab]]", tidak hanya ada dalam benak [[Karl Marx|Marx]] dan [[Sigmund Freud|Freud]] tapi juga banyak orang lainnya. [[Kolonialisme]] dan prosesnya semakin sering membuat pemikir asal [[Eropa]] berhubungan, secara langsung atau tidak langsung, dengan bangsa lain yang "primitif"<ref name=":3">Renato Rosaldo, ''Culture and Truth'', Beach Press, 1993</ref>. Keadaan yang berbeda antara berbagai kelompok manusia, yang sebagian memiliki teknologi modern dan maju seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian lain tidak memiliki apa-apa kecuali komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan gaya [[Paleoliti]], menarik perhatian angkatan pertama antropolog budaya.
 
Sejajar dengan perkembangan antropologi budaya di [[Amerika Serikat]], di [[Inggris]] [[antropologi sosial]], dimana "kesosialan" merupakan paham inti yang berpusat pada penelitian mengenai kedudukan dan peranan sosial, kelompok, lembaga dan hubungan antaranya, berkembang sebagai [[disiplin]] [[akademis]]. Suatu istilah perangkum, yaitu antropologi sosial-budaya, mengacu baik ke antropologi budaya maupun sosial<ref name=":4">D. T. Campbell, "The two distinct routes beyond kin selection to ultrasociality: Implications for the Humanities and Social Sciences", ''The Nature of Prosocial Development: Theories''
and Strategies D. Bridgeman'' (ed.), pp. 11-39, Academic Press, New York, 1983''</ref>
 
== Sejarah singkat ==