Sai Baba dari Shirdi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 24 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q260440
JThorneBOT (bicara | kontrib)
clean up, replaced: Rujukan → Referensi
Baris 16:
== Kisah Singkat Shirdi Baba ==
=== Sebab Musabab Kelahiran ===
[[Berkas:Shirdi_Sai2Shirdi Sai2.jpg‎ |thumb|500px|left|Shirdi Baba duduk dekat dhuni]]
[[Berkas:Sendal Sai baba.jpg|thumb|200px|right|Sandal dan Tongkat Sai Baba.]]
Di sebuah desa bernama Pathri yang terletak di wilayah Nizam, tinggal sepasang suami istri yang taat bernama Ganggabhava dan Devagiriamma. Sang istri adalah bhakta setia Dewi Gauri (Pendamping Dewa [[Shiva]], yang disebut pula Dewi [[Parvathi]]).
Baris 32:
Pikiran itu sangat dalam tertanam di benaknya. Seiring berjalanya waktu ia memutuskan melakukan tapa agar dapat memperoleh darshan (penampakan ilahi) Dewa Shiva dan Dewi Parvathi. Ia memutuskan untuk pergi ke hutan dan melanjutkan pencarian spiritualnya. Walau Devagiriamma sedang hamil anak ketiga, karena kesetiannya ia memutuskan untuk ikut menemani suaminya. Dalam perjalanan ke hutan ia melahirkan seorang bayi laki-laki tepat di bawah pohon banyan pada hari Senin tanggal 28 September 1838 Masehi. Devagiriamma membungkus bayinya dengan sepotong kain sari, meninggalkannya dan pergi mengikuti suaminya ke hutan.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 62</ref>
=== Masa Kecil Sampai Dewasa ===
[[Berkas:Shirdi sai3.jpg |thumb|175 px|right|Shirdi Baba bersandar di Masjid Dwarakamayi]]
Ada seorang [[Sufi]] Fakir tinggal di desa sekitar hutan tersebut. Ia tidak mempunyai anak laki-laki. Ia menemukan bayi yang terbuang itu dan membawanya pulang. Ia senang karena merasa Allah telah memberikannya seorang bayi. Dari tahun 1838-1842 [[Masehi]], anak itu tumbuh di rumah Fakir. Setelah Fakir meninggal, istrinya yang kemudian mengasuh anak lelaki itu.
Shirdi Baba memiliki beberapa kebiasaan di masa kecilnya, ia akan pergi ke kuil Hindu dan berteriak, “Akulah Allah” dan “Allah Malik Hai” (Tuhanlah Yang Mahakuasa). Di sisi lain ia pergi ke Masjid, menangis dan berkata, ‘“Rama adalah Tuhan” dan “Shiva adalah Allah” Karena kelakuanya itu, pemeluk dari umat Hindu dan Muslim tersebut mengeluh kepada istri Fakir. Ia mengalami kesulitan mengasuh anak lelaki itu dengan benar. Ia kemudian membawa anaknya ke seorang terpelajar dan memiliki ashram yang bernama Venkusa. Dari tahun 1842-1851, anak lelaki itu diasuh oleh Venkusa. Ia mengasuhnya dengan kasih sayang dan perhatian. Hal tersebut membuat kecemburuan dan kedengkian pada penghuni lain yang juga tinggal di ashram Venkusa. Suatu hari ia pergi meninggalkan ashram dan mengembara dari satu tempat ke tempat lain selama beberapa tahun.
==== Pemberian Nama Sai ====
Dalam pengembaraanya, ia sampai ke desa yang bernama Dhupkeda. Selama ia tinggal di sana, ada acara pernikahan di desa itu di rumah Chand Bhai Patel.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 64</ref> Bhagat Mahalsapati melihat keilahian Fakir muda itu dan menyambutnya dengan “Ya Sai” (Selamat Datang Sai). Orang-orang lainnya juga menyebutnya dengan nama Sai dan sejak itu dikenal dengan nama Sai Baba.<ref> Govindrao Raghunath Dabholkar, Sri Sai Sathcaritra I, Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, 2001, hal.33</ref> Nama “Sai Baba” merupakan kombinasi kata dari bahasa [[Persia]] dan [[India]]. Sāī (Sa'ih) dalam bahasa [[Persia]] merupakan sinonim dari kata Brahmajnani ([[bahasa Sanskerta]]) artinya orang yang telah mencapai Realisasi Diri. Sai juga dapat berarti Tuhan<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 12</ref> Sedangkan Baba adalah kata dalam bahasa [[Indo-Arya]] yang merujuk pada sebutan hormat untuk bapak, kakek, orang yang dituakan. Nama Sai Baba merujuk pada makna "Bapa Suci"<ref>Rigopoulos, Antonio (1993). The Life and Teachings of Sai Baba of Shirdi. SUNY. pp. 3. [[ISBN 0-7914-1268-7.]]</ref>
 
Setelah mengikuti acara pernikahan itu, si Fakir muda mengembara ke Desa Shirdi pada tahun 1857. Ia tinggal di sana sampai ia wafat tahun 1918. Disana ia tinggal di [[Masjid]] Dwarakamayi. Di masjid tersebut ia mulai mengajar umat [[Hindu]] dan [[Muslim]].
 
=== Mahasamadhi ===
[[Berkas:Makam_Shirdi_BabaMakam Shirdi Baba.jpg‎ |thumb|250px|left|Makam Shirdi Baba]]Menjelang akhir hidupnya, Sai Baba dari Shirdi berpesan kepada bhakta kesayangnya Dixit, Abdullah dan Sarada Devi. Ia berpesan bahwa ia akan bereinkarnasi kembali 8 tahun setelah Mahasamadhi (meninggalkan tubuh fisiknya) di wilayah Andhra (India Selatan) dan ia akan berinkarnasi dengan nama yang sama, Sai Baba. Nama kesayangannya adalah Sathyam.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 64-66</ref>
Sai Baba pun kemudian Mahasamadhi pada 15 Oktober, 1918 pukul 2:30 sore. Dia mengambil Mahasamadhi di pangkuan salah satu pengikutnya dan kemudian dimakamkan di "Booty Wada" sebagaimana keinginannya. Kemudian sebuah tempat suci dibangun di tempat itu dan kemudian dikenal sebagai Samadhi Mandir.<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 413</ref> Hari saat Shirdi Baba mahasamadhi adalah hari yang sangat suci bagi umat Hindu dan bagi umat Islam dimana festival Hindu [[Dassera]] dan hari raya Muslim, [[Muharram]] telah datang pada hari yang sama. Ini juga merupakan tanda kebesarannya sebagaimana orang-orang percaya bahwa jiwa-jiwa mulia meninggalkan bumi pada beberapa hari suci datang sekaligus.
 
Baris 52:
* '''[[Tauhid]] atau [[Advaita Vedanta]]'''
Sejak kecil ia mengatakan “Rama adalah Tuhan” dan “Shiva adalah Allah”.Ia memberikan nasihat yang terus menerus kepada setiap orang : “Rama dan Rahim adalah satu dan sama, tidak ada satupun perbedaan di antara mereka, jadi mengapa para pemujanya menjadi terpisah dan bertengkar di antara mereka? Kalian rakyat bodoh, kanak-kanak, saling berpegangan tanganalah dan kumpulkan dua masyarakat itu bersama. Tuhan akan melindungi kalian”<ref>Rama adalah nama Tuhan dalam Hindu dan Rahim adalah Nama Tuhan dalam Islam, Govindrao Raghunath Dabholkar, Sri Sai Sathcaritra I, Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, 2001, hal.80</ref>
Ia juga membiarkan ritual umat Hindu dan Islam di Masjid Dwarakamayi tempat dimana ia tinggal. Nasehatnya mengajarkan[[Tauhid]] dalam [[Islam]] atau disebut [[Advaita Vedanta]] dalam [[Hindu]] yang berarti Keesaan Tuhan .
 
* ''' Menyanyikan Nama Suci Tuhan'''
 
Sai Baba mendorong pengikutnya untuk berdoa, menyanyikan nama-nama [[Tuhan]] yang manapun, membaca [[Al-Fatihah]], mempelajari kitab suci [[Al-quran]] dan teks-teks Hindu seperti [[Ramayana]], Wisnu Sahasranam (Seribu Nama [[Wishnu]]), [[Bhagavad Gita]], Yoga Wasista<ref>Warren, Marianne (1999). Unravelling The Enigma: Shirdi Sai Baba in the Light of Sufism. Sterling Publishers. pp. 29. [[ISBN 81-207-2147-0]]. </ref><ref>Dabholkar, Shri Sai Satcharita chapter 27, .http://www.saibaba.org/satcharitra/sai27.html</ref> Kadang-kadang ia membaca Al-Fatihah sendiri, Baba juga senang mendengarkan ''moulu'' dan ''qawwali'' disertai dengan tabla dan sarangi dua kali sehari.<ref>Warren, Marianne (1999). Unravelling The Enigma: Shirdi Sai Baba in the Light of Sufism. Sterling Publishers. p. 30. [[ISBN 81-207-2147-0]]</ref>
* ''' Pelayanan'''
Beberapa kata-kata yang ia ucapkan kepada para bhaktanya adalah:
{{cquote
| “Tuhan pasti akan senang, kalau engkau memberikan air kepada yang haus, roti kepada yang lapar, pakaian kepada mereka yang telanjang dan berandamu kepada orang asing untuk duduk dan beristirahat. Jika seseorang meminta uang kepadamu dan engkau tidak ingin memberi, jangan berikan, tetapi jangan menghardiknya seperti anjing. Biarkan siapapun menjelekkan engkau, jangan membencinya dengan memberikan jawaban sengit apapun. Jika engkau selalu toleran dengan hal semacam itu engkau pasti akan bahagia.” <ref> Govindrao Raghunath Dabholkar, Sri Sai Sathcaritra I, Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, 2001, hal.136</ref>
}}
 
Baris 67:
 
* '''Penghancuran Ego'''
Suatu ketika seseorang datang ke Shirdi untuk memotret Shirdi Baba. Baba melihat mereka dan bertanya pada orang terdekatnya Mohan Shyam.”Shyam, kenapa mereka datang ke sini?” Shyam menjawab, “mereka datang untuk memotretmu”. Baba menjawab, “Tidak, tidak. Katakan pada mereka untuk tidak memotret-Ku. Tak mudah memotret-Ku. Dindingnya harus dihancurkan terlebih dahulu.” Maksud dari kata-katanya adalah, ia bukanlah tubuh dan ia adalah Parabrahman (Tuhan yang tak berwujud, tunggal, kekal abadi). Untuk bisa melihat atau “memotret” (mengenal) Parabrahman tidaklah mudah. Dinding ego (si aku) yang menghalanginya harus dihancurkan terlebih dahulu. <ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 292</ref>
 
Shirdi Baba juga membuat ''dhuni'' (tempat pembakaran kayu) di [[Masjid]] Dwarakamayi yang menghasilkan ''udhi'' (abu suci), yang bermakna untuk bisa memasuki Rumah Tuhan, seseorang harus membakar egonya hingga hancur seperti abu.
Baris 80:
 
== Perkembangan Gerakan ==
[[Berkas:Samadhi_Mandir_Shirdi_BabaSamadhi Mandir Shirdi Baba.jpg‎ |thumb|275px|reft|Samadhi Mandir saat ini]]
Dalam perkembangannya, Sai Baba kemudian dianggap sebagai ''Pir'' oleh beberapa kelompok [[sufi]]. Meher Baba menyatakan Shirdi Baba sebagai ''Qutub-e-Irshad''-- yang—yang tertinggi dari lima Qutub.<ref> Kalchuri, Bhau: "Meher Prabhu: Lord Meher, The Biography of the Avatar of the Age, Meher Baba", Manifestation, Inc. 1986. p. 64</ref>
 
Baba juga dihormati oleh tokoh terkemuka dari [[Zoroastrianisme]] seperti Nanabhoy Palkhivala dan Homi Bhabha dan telah dianggap sebagai tokoh yang paling populer dari non-Zoroaster yang menarik perhatian umat [[Zoroaster]].<ref>Hinnels J. R. Zoroastrians Diaspora: religion and migration p. 109</ref>
Baris 106:
: Abu suci yang dihasilkan dari tempat pembakaran kayu yang biasa di bagikan Shirdi Baba kepada pengikutnya
 
== RujukanReferensi dan Catatan Kaki ==
<div class="reflist4" style="height: 220px; overflow: auto; padding: 3px" >
{{reflist|2}}
Baris 173:
</div>
 
{{DEFAULTSORT:Shirdi Baba, Baba, Sufi, Awatara}}
{{lifetime|1838|1918|}}
 
{{DEFAULTSORT:Shirdi Baba, Baba, Sufi, Awatara}}
[[Kategori:Tokoh India]]
[[Kategori:Filsuf India]]