Kampanye Guadalcanal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gemini1980 (bicara | kontrib)
+ {{Link FA|fr}}
JThorneBOT (bicara | kontrib)
clean up, removed: {{Link FA|en}}, {{Link FA|es}}, {{Link FA|fr}}
Baris 34:
Pada 7 Desember 1941, [[Pengeboman Pearl Harbor|Jepang menyerang]] [[Armada Pasifik Amerika Serikat]] di [[Pearl Harbor]], Hawaii. Serangan ke Pearl Harbor melumpuhkan banyak [[kapal tempur]] dalam armada Amerika Serikat, dan dengan segera memulai [[keadaan perang]] secara terbuka dan resmi antarkedua negara. Tujuan awal para pemimpin Jepang adalah menetralisasi Angkatan Laut Amerika Serikat, merebut wilayah jajahan negara Barat yang kaya sumber daya alam, dan mendirikan pangkalan-pangkalan militer strategis untuk mempertahankan Kekaisaran Jepang Raya di Samudra Pasifik dan Asia. Untuk mendukung tujuan-tujuan tersebut, tentara Jepang menduduki [[Filipina]], [[Thailand]], [[Malaya]], [[Singapura]], [[Hindia Belanda]], [[Pulau Wake]], [[Kepulauan Gilbert]], [[Britania Baru]], dan [[Guam]].<ref>Murray, ''War to be Won'', p. 169–195</ref> Kekuatan Sekutu yang lainnya bergabung dengan Amerika Serikat dalam perang melawan Jepang, beberapa di antaranya, , Britania Raya, Australia, dan Belanda telah menjadi korban serangan Jepang.<ref>Murray, p. 169–195.</ref>
 
Dua upaya Jepang untuk mempertahankan inisiatif strategis dan memperluas perimeter pertahanan mereka di bagian selatan dan bagian tengah Samudra Pasifik digagalkan dalam dua pertempuran laut: [[Pertempuran Laut Koral]] dan [[Pertempuran Midway]]. Midway tidak hanya merupakan kemenangan besar pertama Sekutu melawan Jepang yang sebelumnya tak terkalahkan, namun juga secara signifikan mengurangi kemampuan ofensif kekuatan kapal induk Jepang. Kalau sebelumnya Sekutu hanya bersikap defensif di Pasifik, tetapi kemenangan-kemenangan strategis Sekutu memberi mereka kesempatan untuk merebut inisiatif strategis dari Jepang.<ref>Murray, p. 196.</ref>
 
Sekutu memilih Kepulauan Solomon (sebuah [[protektorat]] Britania Raya), terutama pulau-pulau seperti Guadalkanal, Tulagi, dan Florida di selatan Kepulauan Solomon sebagai target pertama.<ref>Loxton, p. 3.</ref> [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]] sudah [[Invasi Tulagi (Mei 1942)|menduduki Tulagi]] pada Mei 1942 dan telah membangun pangkalan pesawat terbang amfibi. Keprihatinan Sekutu makin bertambah besar setelah pada awal Juli 1942, Angkatan Laut Jepang mulai membangun lapangan udara berukuran besar di [[Tanjung Lunga]] yang berada di Pulau Guadalkanal yang berdekatan. Pada Agustus 1942, Jepang telah memiliki sekitar 900 tentara angkatan laut di Tulagi dan pulau-pulau sekitarnya, ditambah 2.800 personel di Guadalkanal (2.200 di antaranya adalah pekerja spesialis konstruksi Jepang dan Korea). Pangkalan-pangkalan militer Jepang tersebut, bila selesai, akan melindungi pangkalan militer utama Jepang di [[Rabaul]], sekaligus mengancam jalur komunikasi dan logistik Sekutu, serta dapat dipakai sebagai daerah tumpuan untuk ofensif berikut Jepang ke [[Fiji]], [[Kaledonia Baru]], dan [[Samoa]] (''[[Operasi FS]]''). Jepang berencana untuk menempatkan 45 [[pesawat tempur]] dan 60 [[pesawat pengebom]] di Guadalkanal setelah lapangan udara selesai. Pesawat-pesawat tersebut dapat memberikan perlindungan udara untuk angkatan laut Jepang yang bergerak maju ke Pasifik Selatan.<ref>Alexander, p. 72, Frank, p. 23–31, 129, 628; Smith, p. 5; Bullard, p. 119, Lundstrom, p. 39, Bullard, p. 127. Pesawat-pesawat Jepang yang dikerahkan ke Guadalkanal berasal dari Satuan Udara 26 yang waktu itu berpangkalan di Pasifik Tengah (Bullard).</ref>
Baris 69:
[[Berkas:GuadLandingsLunga.jpg|thumb|left|Marinir Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal, 7 Agustus 1942.]]
 
Selama operasi pendaratan tanggal 7 dan 8 Agustus, pesawat angkatan laut Jepang yang berpangkalan di Rabaul, di bawah komando [[Sadayoshi Yamada]] beberapa kali menyerang kekuatan amfibi Sekutu. Kapal angkut [[USS George F. Elliott (AP-13)|USS ''George F. Elliot'']] terbakar dan tenggelam dua hari kemudian. Serangan juga mengakibatkan kerusakan berat pada [[kapal perusak]] [[USS Jarvis (DD-393)|USS ''Jarvis'']].<ref>Loxton, p. 90–103.</ref> Dalam serangan udara yang berlangsung lebih dari dua hari, Jepang kehilangan 36 pesawat, sementara Amerika Serikat hanya kehilangan 19 pesawat yang jatuh dalam pertempuran atau kecelakaan, termasuk di antaranya 14 pesawat tempur dari kapal induk.<ref>Frank, p. 80.</ref>
 
Setelah bentrokan melawan Jepang, Fletcher cemas dengan kerugian besar yang diderita pesawat tempur kapal induk Amerika Serikat. Ia juga khawatir Jepang akan kembali melakukan serangan udara ke kapal-kapal induknya, sementara persedian bahan bakar kapal mulai menipis. Fletcher akhirnya menarik mundur gugus tugas kapal induk dari laut sekitar kawasan Kepulauan Solomon pada senja hari 8 Agustus.<ref>Hammel, p. 99; dan Loxton, p. 104–5. Loxton, Frank (p. 94), dan Morison (p. 28) berpendapat situasi bahan bakar Fletcher tidak begitu kritis, namun Fletcher menyatakan secara tak langsung keputusannya diambil untuk memberi pembenaran lebih lanjut atas penarikan mundur kapal-kapalnya dari wilayah pertempuran.</ref> Akibat kehilangan perlindungan udara dari pesawat yang berbasis di kapal induk, Turner memutuskan untuk menarik mundur kapal-kapalnya dari Guadalkanal, walaupun baru separuh dari peralatan berat dan perbekalan yang dibutuhkan oleh pasukan darat berhasil diturunkan.<ref>Hammel, p. 100.</ref> Meskipun demikian, Turner berencana untuk membongkar sebanyak mungkin perbekalan di Guadalkanal dan Tulagi sepanjang malam 8 Agustus sebelum memberangkatkan kapal-kapalnya pada dini hari 9 Agustus.<ref>Morison, p. 31.</ref>
Baris 103:
{{Further|[[Angkatan Udara Kaktus]]}}
[[Berkas:HendersonF4FIntercept.gif|thumb|right|Pesawat tempur Marinir Amerika Serikat [[F4F Wildcat]] diberangkatkan dari Lapangan Udara Henderson untuk menyerang pesawat-pesawat Jepang yang mendekat pada akhir Agustus atau awal September 1942.]]
Sepanjang Agustus 1942, pesawat Amerika dalam jumlah kecil beserta awaknya terus berdatangan di Guadalkanal. Pada akhir Agustus, Lapangan Udara Henderson sudah dijadikan pangkalan untuk 64 pesawat dari berbagai tipe.<ref>Zimmerman, p. 74.</ref> Pada 3 September, Komandan [[Wing Udara Marinir 1]] [[Brigadir Jenderal]] Marinir Amerika Serikat [[Roy S. Geiger]] tiba beserta staf untuk mengambil komando semua operasi udara dari Lapangan Udara Henderson.<ref>Hough, p. 297.</ref> Pertempuran udara pesawat Sekutu dari Henderson melawan pesawat tempur dan pengebom Jepang dari Rabaul berlangsung hampir setiap hari. Antara 26 Agustus dan 5 September, Amerika Serikat kehilangan sekitar 15 pesawat, sementara Jepang kehilangan sekitar 19 pesawat. Lebih dari setengah awak pesawat Amerika Serikat yang ditembak jatuh berhasil diselamatkan, sementara sebagian besar awak pesawat Jepang tidak pernah ditemukan. Penerbangan sejauh 1.800 &nbsp;km (1.120 mil) yang ditempuh selama 8 jam bolak-balik antara Rabaul dan Guadalkanal secara serius menghambat usaha Jepang memenangi supremasi udara di atas Lapangan Udara Henderson. Intelijen [[coastwatcher|penjaga pantai]] di [[Pulau Bougainville]] dan [[Kepulauan Georgia]] sering dapat memberikan peringatan dini kepada tentara Sekutu di Guadalkanal tentang datangnya serangan udara Jepang. Peringatan tersebut juga memberi kesempatan bagai pesawat-pesawat tempur Amerika untuk lepas landas dan sudah berada dalam posisi menyerang ketika pesawat tempur dan pengebom Jepang mendekat ke Guadalkanal. Sebagai akibatnya, kekuatan udara Jepang kalah secara perlahan-lahan dalam pertempuran di atas Guadalkanal.<ref>Frank, p. 194–213; dan Lundstrom, p. 45. Sebagai perbandingan betapa jauhnya 900 km jarak antara Tanjung Lunga dari Rabaul, Berlin berada sekitar 740 km dari pangkalan udara Sekutu di Inggris timur. Di kemudian hari Laksamana Armada Amerika Serikat William F. Halsey memuji Coastwatcher Australia,
 
"Coastwatcher telah menyelamatkan Guadalkanal, dan Guadalkanal menyelamatkan Pasifik Selatan." Lihat pula: [http://www.arrl.org/news/features/2009/06/04/10861/?nc=1 Behind Enemy Lines: An Amateur Radio Operator’s Amazing Tale of Bravery]</ref>
Baris 114:
{{utama|Tokyo Express}}
[[Berkas:TokyoExpress.jpg|thumb|right|Tentara Jepang sedang dinaikkan ke sebuah kapal perusak di jalur "Tokyo Express" menuju Guadalkanal.]]
Pada 23 Agustus, Brigade Infanteri 35 Kawaguchi telah sampai di Truk, dan dinaikkan ke kapal-kapal angkut lambat yang mengantarkan mereka ke Guadalkanal. Kerusakan yang dialami konvoi Tanaka selama [[Pertempuran Kepulauan Solomon Timur]] menyebabkan Jepang menghentikan pengiriman pasukan bantuan dengan memakai kapal berkecepatan rendah ke Guadalkanal. Sebagai gantinya, Brigade Kawaguchi diantar hingga ke Rabaul, dan dari sana diangkut memakai kapal-kapal perusak melewati pangkalan angkatan laut Jepang di Kepulauan Shortland. Kapal-kapal perusak Jepang biasanya dapat melakukan perjalanan bolak-balik melalui [[Selat Georgia Baru]] dalam semalam, dan memperkecil kemungkinan dijadikan sasaran udara Sekutu. Pihak Sekutu menyebut rute bolak-balik antara Rabaul–Guadalkanal yang dilakukan Jepang sebagai "[[Tokyo Express]]", sementara Jepang menyebutnya "Transportasi Tikus".<ref>Griffith, p. 113; dan Frank, pp. 198–199, 205, dan 266. Istilah "transportasi tikus" dipakai karena kapal-kapal Jepang hanya aktif pada malam hari, seperti tikus. Brigade Infanteri 35, dari [[Divisi 18 (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang)|Divisi 18]] terdiri dari 3.880 prajurit yang berintikan Resimen Infanteri 124 yang dilengkapi berbagai unit pendukung (Alexander, p. 139).</ref> Cara mengantarkan pasukan seperti yang dilakukan Jepang ini tidak memungkinkan terbawanya peralatan berat dan perbekalan, seperti artileri berat, kendaraan, makanan, serta amunisi tambahan diangkut bersama pasukan ke Guadalkanal. Selain itu, kegiatan mengantar pasukan telah menyibukkan kapal-kapal Angkatan Laut Jepang yang sebetulnya sangat dibutuhkan untuk [[konvoi|mengawal kapal dagang]]. Ketidakmampuan atau mungkin keengganan pimpinan angkatan laut Sekutu menantang angkatan laut Jepang pada malam hari menyebabkan kapal-kapal Jepang menguasai lautan sekitar Kepulauan Solomon ketika malam tiba. Namun pada siang hari, kapal-kapal Jepang yang berada dalam jarak jelajah pesawat dari Lapangan Udara Henderson (320 &nbsp;km) dalam bahaya serangan udara. Situasi taktis seperti ini berlangsung hingga beberapa bulan berikutnya.<ref>Morison, p. 113–114.</ref>
 
Antara 29 Agustus dan 4 September, beberapa kapal penjelajah ringan, kapal perusak, dan [[kapal patroli]] Jepang berhasil mendaratkan hampir 5.000 prajurit di Tanjung Taivu, termasuk hampir seluruh anggota Brigade Infanteri 35, sebagian besar Resimen IV Aoba, dan sisa resimen Ichiki. Mayor Jenderal Kawaguchi ditempatkan sebagai panglima semua kekuatan militer Jepang di Guadalkanal setelah tiba di Tanjung Taivu dengan menumpang Tokyo Express 31 Agustus.<ref>Frank, p. 201–203; Griffith, p. 116–124; and Smith, p. 87–112.</ref> Sebuah konvoi lainnya membawa 1.000 prajurit lainnya dari brigade Kawaguchi di bawah komando Kolonel [[Akinosuke Oka]] ke Kamimbo yang berada di sebelah barat perimeter Lunga.<ref>Frank, p. 218–219.</ref>
Baris 133:
Dua kompi dari Batalion 2 Kawaguchi bergerak maju ke tepi selatan punggung bukit dan mendesak pasukan Edson kembali ke Bukit 123 di bagian tengah punggung bukit. Sepanjang malam, Marinir di Bukit 123, didukung oleh artileri, mengalahkan gelombang demi gelombang serangan frontal Jepang. Beberapa di antaranya berakhir dengan pertarungan satu lawan satu. Unit tentara Jepang yang menyusup melewati punggung bukit hingga ke tepi lapangan udara juga berhasil dipukul mundur. Serangan oleh Batalion Kuma dan unit Oka di tempat-tempat lainnya di perimeter Lunga juga dapat dikalahkan. Pada 14 September, Kawaguchi memimpin anak buahnya yang selamat untuk melakukan long mars selama lima hari ke Lembah Matanikau untuk bergabung dengan unit Oka.<ref>Smith, p. 162–193; Frank, p. 237–246; dan Griffith, p. 141–147.</ref> Secara keseluruhan, brigade Kawaguchi hancur dan 850 prajurit tewas, sementara pihak Amerika hanya mengalami kerugian 104 marinir tewas.<ref>Griffith, p. 144; and Smith, p. 184–194.</ref>
 
Pada 15 September, Letnan Jenderal Hyakutake di Rabaul mendapat berita kekalahan brigade Kawaguchi, dan meneruskannya ke Markas Besar Kekaisaran di Jepang. Dalam rapat daruratnya, staf komando Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang menyimpulkan bahwa "Guadalkanal mungkin berkembang menjadi pertempuran menentukan dalam perang ini." Hasil-hasil pertempuran di Guadalkanal mulai terlihat memiliki dampak strategis bagi operasi militer Jepang di tempat-tempat lain di Pasifik. Hyakutake menyadari bahwa usaha pengiriman cukup pasukan dan materiil untuk mengalahkan Sekutu di Guadalkanal tidak dapat dilakukan bersamaan dengan usahanya mendukung ofensif Jepang yang sedang dilancarkan melalui [[Kampanye Jalur Kokoda|Jalur Kokoda]] di [[Guinea Baru]]. Setelah mendapat persetujuan Markas Umum, Hyakutake memerintahkan pasukannya di Guinea Baru yang sudah berada 30 mil (48 &nbsp;km) dari sasaran mereka di [[Port Moresby]] untuk mundur hingga "masalah Guadalkanal" terselesaikan. Hyakutake sedang bersiap untuk mengirim pasukan tambahan ke Guadalkanal dalam upaya lainnya untuk merebut kembali Lapangan Udara Henderson.<ref>Smith, p. 197–198.</ref>
 
== Bala bantuan ==
Baris 174:
[[Berkas:Haruna 1928.jpg|thumb|left|{{Ship|Kapal tempur Jepang|Haruna}}]]
 
Sebagai pelindung konvoi dari serangan pesawat-pesawat Angkatan Udara Kaktus, Yamamoto mengirim dua kapal perang dari Truk untuk membombardir Lapangan Udara Henderson. Pada pukul 01.33 tanggal 14 Oktober 1942, {{Ship|Kapal tempur Jepang|Kongō||2}} dan {{Ship|Kapal tempur Jepang|Haruna||2}} dengan dikawal satu kapal penjelajah ringan dan 9 kapal perusak, tiba di Guadalkanal dan menembaki Lapangan Udara Henderson dari jarak 16.000 meter. Selama 1 jam dan 23 menit berikutnya, dua kapal tempur Jepang paling tidak menembakkan sejumlah 973 peluru meriam 14 inci (356 &nbsp;mm) ke arah perimeter Lunga. Sebagian besar darinya jatuh di area sekitar 2200 m² di lapangan terbang. Sebagian besar dari peluru meriam adalah peluru yang memiliki efek fragmentasi, dan secara khusus dirancang untuk menghancurkan target darat. Pengeboman Jepang mengakibatkan dua landas pacu rusak berat, semua bahan bakar yang tersedia terbakar, serta menghancurkan 48 dari 90 pesawat milik CAF, dan menewaskan 41 prajurit, termasuk 6 pilot CAF. Kapal-kapal tempur Jepang kemudian segera kembali ke Truk.<ref>Evans, p. 181–182; Frank, p. 315–320; Morison, p. 171–175. [[Raizo Tanaka]] adalah komandan Skuadron Penghancur 2 yang melindungi kapal-kapal tempur Jepang.</ref>
 
Meskipun menderita kerusakan berat, personel di Lanud Henderson mampu mengembalikan salah satu dari landasan pacu ke dalam kondisi operasional dalam beberapa jam. Sejumlah 17 pesawat SBD dan 20 Wildcats di Espiritu Santo dengan segera diterbangkan ke Henderson. Pesawat-pesawat Angkatan Darat dan Marinir Amerika Serikat juga segera melakukan penerbangan bolak-balik Espiritu Santo-Guadalkanal untuk mengangkut bahan bakar yang diperlukan Lanud Henderson. Setelah serangan Henderson, Amerika tersadar bahwa akan ada konvoi bala bantuan Jepang dalam skala besar. Pihak Amerika Serikat melakukan segala upaya untuk mencegat konvoi Jepang sebelum mencapai Guadalkanal. Dengan bermodalkan bahan bakar yang diambil dari pesawat yang rusak dan dari persediaan kecil di hutan terdekat, pesawat-pesawat CAF dua kali menyerang konvoi pada 14 Oktober, tapi tidak menyebabkan kerusakan apa pun di pihak Jepang.<ref>Frank, p. 319–321.</ref>
Baris 189:
[[Berkas:GuadBattleOct20-25.gif|thumb|left|Peta pertempuran 23 Oktober–26 October 1942. Pasukan Sumiyoshi menyerang di barat Manikau (kiri) sementara Divisi 2 Maruyama menyerang perimeter Lunga dari selatan (kanan).]]
 
Pada 12 Oktober, satu kompi zeni Jepang mulai merintis jalan setapak yang disebut "Jalan Maruyama", dari Matanikau menuju bagian selatan perimeter Lunga. Jalur sepanjang 24 &nbsp;km tersebut melintasi beberapa medan yang paling sulit di Guadalkanal, termasuk berbagai aliran sungai, jurang dalam dan berlumpur, pegunungan terjal, dan hutan lebat. Antara Oktober 16 dan 18 Oktober, Divisi 2 mulai melakukan perjalanan di sepanjang Jalan Maruyama.<ref>Miller, p. 155; Frank, p. 339–341; Hough, p. 330; Rottman, p. 62; Griffith, p. 187–188. Hyakutake mengutus seorang staf bernama Kolonel [[Masanobu Tsuji]] untuk memantau kemajuan Divisi 2 di sepanjang Jalan Murayama, dan melapor kepadanya mengenai kemungkinan dimulainya serangan pada 22 Oktober sesuai rencana. Sejumlah sejarawan mengidentifikasi Masanobu Tsuji sebagai tertuduh di balik [[Mars Maut Bataan]].</ref>
 
Pada 23 Oktober 1942, pasukan Maruyama masih berjuang menaklukkan hutan dan belum sampai di garis pertahanan Amerika. Senja itu, setelah mengetahui pasukannya belum sampai di posisi siap menyerang, Hyakutake menunda serangan hingga 24 Oktober pukul 19.00. Pihak Amerika hingga saat itu sama sekali tidak menyadari bahwa pasukan Maruyama makin mendekat.<ref>Griffith, p. 193; Frank, p. 346–348; Rottman, p. 62.</ref>
Baris 195:
Sumiyoshi diberi tahu oleh staf Hyakutake tentang penundaan ofensif hingga 24 Oktober, namun tidak dapat menghubungi pasukannya untuk memberitahu tentang adanya penundaan itu. Akibatnya pada senja 23 Oktober, dua batalion dari Resimen Infanteri 4 dan 9 tank dari Kompi Tank Independen 1 melancarkan serangan terhadap pertahanan Marinir AS di mulut Sungai Matanikau. Serangan Jepang dihalau tembakan artileri, meriam, dan senjata api ringan oleh Marinir AS, dan berhasil menghancurkan semua tank dan membunuh banyak prajurit Jepang, sementara hanya mengakibatkan korban ringan di pihak Amerika.<ref>Hough, p. 332–333; Frank, p. 349–350; Rottman, p. 62–63; Griffith, p. 195–196; Miller, p. 157–158. Dua Marinir tewas. Kerugian infanteri Jepang tidak tercatat, namun menurut Frank, "tidak diragukan lagi parah." Griffith mengatakan 600 prajurit Jepang tewas. Hanya 17 dari 44 personel Kompi Tank Independen 1 yang selamat dari pertempuran.</ref>
 
Pada akhirnya, malam 24 Oktober, pasukan Murayama mencapai perimeter Lunga. Selama dua malam berturut-turut pasukan Murayama melakukan sejumlah serangan frontal yang gagal terhadap posisi-posisi Amerika yang dipertahankan oleh Batalion 1 Resimen 7 di bawah komando Letnan Kolonel [[Chesty Puller]], dan [[Batalion 3, Resimen Infanteri 164]] yang dikomandani Letnan Kolonel [[Robert Hall (perwira Pengawal Nasional)|Robert Hall]]. Marinir dan Angkatan Darat AS bertahan dengan tembakan senapan, senapan mesin, mortir, artileri, dan tembakan ''[[canister]]'' dari senjata anti-tank [[37 mm M3]] "mengakibatkan pembantaian mengerikan" di pihak Jepang.<ref>Frank, p. 361–362.</ref> Beberapa kelompok kecil tentara Jepang menerobos pertahanan Amerika, tapi semua diburu dan tewas terbunuh selama beberapa hari berikutnya. Lebih dari 1.500 prajurit Maruyama tewas dalam serangan sementara Amerika hanya kehilangan sekitar 60 prajurit tewas. Selama dua hari itu, pesawat Amerika dari Lapangan Henderson bertahan dari serangan pesawat terbang dan kapal perang Jepang, dan berhasil menghancurkan 14 pesawat Jepang dan menenggelamkan satu kapal penjelajah ringan.<ref>Hough, p. 336; Frank, p. 353–362; Griffith, p. 197–204; Miller, p. 147–151, 160–162; Lundstrom, p. 343–352. Resimen Infanteri 164 adalah unit Angkatan Darat Amerika yang pertama kali terlibat pertempuran dan kemudian mendapat penghargaan [[Presidential Unit Citation]].</ref>
 
[[Berkas:GuadMatanikauDeadJapanese.jpg|thumb|right|Prajurit Jepang dari Divisi 2 yang tewas setelah serangan gagal 25 Oktober 1942.]]
Baris 391:
[[Kategori:Jepang dalam tahun 1942]]
 
{{Link FA|en}}
{{Link FA|es}}
{{Link FA|fr}}
{{Link FA|hu}}
{{Link FA|it}}