Ignas Kleden: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andriana08 (bicara | kontrib)
k Wikifikasi
Andriana08 (bicara | kontrib)
k wikifikasi, merapikan kalimat, dan menyematkan infobox
Baris 25:
Ignas Kleden lahir dan besar di Waibalun, Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, 19 Mei 1948. Sempat bersekolah di sekolah calon pastor berkat lulus dengan predikat terbaik di sekolah dasar. Namun keluar dari sekolah tersebut lantaran tidak dapat berkhotbah dengan baik. Lalu ia memilih menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi/STFT Ledalero, Maumere, Flores ([[1972]]), meraih gelar Master of Art bidang filsafat dari Hochschule fuer Philosophie, [[Muenchen]], [[Jerman]] ([[1982]]), dan meraih gelar Doktor bidang Sosiologi dari Universitas Bielefeld, Jerman ([[1995]]). Ketika masih di tinggal Flores, ia sudah mengenal majalah ''Basis'' [[Yogyakarta]] dan rutin mengirimkan tulisannya ke majalah itu. Dia juga menulis artikel di majalah ''Budaya Jaya'' [[Jakarta]], dan menulis artikel semipolemik untuk majalah ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]''. Ignas juga pernah bekerja sebagai penerjemah buku-buku teologi di Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores.
Setelah hijrah ke Ibu Kota, tahun [[1974]], Ia makin aktif menulis, baik di majalah maupun jurnal, dan menjadi kolumnis tetap majalah ''Tempo''. Sempat pula bekerja sebagai editor pada yayasan Obor Jakarta ([[1976]]-[[1977]]), Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta ([[1977]]-[[1978]]), dan Society For Political and Economic Studies, Jakarta.Tahun 2000 turut mendirikan Go East yang kini menjadi Pusat Pengkajian Indonesia Timur, yang mengkaji penguasaan beberapa bahasa asing, teologi, filsafat, dan sosiologi banyak membantu peningkatan karirnya. Esainya mengenai sastra dimuat di majalah ''Basis, Horison, Budaya Jaya, Kalam, harian ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]'', ''dan lain-lain. Buku ''Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan'' '' (''Cerpen Pilihan Kompas [[1997]]'') ''juga memuat esainya, '', Simbolis Cerita Pendek''. ''Tahun 2003, bersama sastrawan [[Sapardi Djoko Damono]], menerima Penghargaan Achmad Bakrie. Ia dinilai telah mendorong dunia ilmu pengetahuan dan pemikiran sosial di Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih tajam lewat essai dan kritik kebudayaannya. <ref>http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/ignas.html</ref><ref>http://imagejakarta.blog.co.uk/2007/08/14/achmad_bakrie_award_2007_tak_terkait_lum~2806191/</ref>.
 
==Lihat pula==