Perantau Minang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Baris 61:
Bagi perantau Minang yang berhasil terhampar dunia yang penuh kehormatan dan nama besar yang akan dikenang. Mereka bisa tercatat sebagai tokoh-tokoh perantauan yang dibanggakan, entah itu sebagai pejuang [[kemerdekaan]] [[bangsa Melayu]] [[Nusantara]], [[Saudagar Minangkabau|saudagar/pengusaha besar]], [[intelektual]] terkemuka, [[ulama]] penyebar agama [[Islam]], [[politisi]] ternama, bahkan juga sebagai pendiri suatu [[kerajaan]] atau [[negara]]. Sementara yang gagal namanya hilang ditelan [[masa]].
 
[[Berkas:Adat Minangkabau dan Merantau 02..jpg|thumb|left|200px210px|Sampul buku "Adat Minangkabau &dan Merantau" karya Tsuyoshi Kato (2005).]]
 
Sesuai dengan [[:wikiquote:id:Peribahasa Minang|pepatah Minang]], ''[[:wikiquote:id:Dima bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang|Di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung]]'', para perantau Minang tidak hanya peduli pada kelompoknya saja. Banyak di antara mereka menjadi tokoh masyarakat tempatan, berikhtiar dan berjuang bersama demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di tempat ia berada. Beberapa tokoh perantau Minang, seperti [[Mohammad Hatta]], [[Tan Malaka]], [[Agus Salim]], dan banyak lagi yang lainnya, hampir tak pernah terdengar memikirkan Minangkabau karena tenaga dan pikirannya telah tersita untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu nasib dan kemerdekaan [[bangsa Indonesia]] dari cengkeraman [[kolonialisme|kolonialis]] [[Belanda]]. Sementara di [[Semenanjung Malaya|tanah semenanjung]] tercatat nama-nama seperti [[Shamsiah Fakeh]], [[Ahmad Boestamam]], [[Burhanuddin al-Hilmi]], [[Khatijah Sidek]], dan pejuang lainnya, menghabiskan sebagian besar dayanya untuk perjuangan bangsa Melayu semenanjung agar terbebas dari kolonialis [[Inggris]].