Rama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 91:
Setelah jembatan rampung, Rama dan pasukannya menyeberang ke [[Alengka]]. Pada pertempuran pertama, [[Anggada]] menghancurkan menara Alengka. Untuk meninjau kekuatan musuh, [[Rahwana]] segera mengirim mata-mata untuk menyamar menjadi [[wanara]] dan berbaur dengan mereka. Penyamaran mata-mata Rahwana sangat rapi sehingga banyak yang tidak tahu, kecuali [[Wibisana]]. Kemudian Wibisana menangkap mata-mata tersebut dan membawanya ke hadapan Rama. Di hadapan Rama, mata-mata tersebut memohon pengampunan dan berkata mereka hanya menjalankan perintah. Akhirnya Rama mengizinkan mata-mata tersebut untuk melihat-lihat kekuatan tentara Rama dan berpesan agar Rahwana segera mengambalikan [[Sita]]. Mata-mata tersebut sangat terharu dengan kemurahan hati Rama dan yakin bahwa kemenangan akan berada di pihak Rama.
 
Pada hari pertempuran terahir, Dewa [[Indra]] mengirim kereta perangnya dan meminjamkannya kepada Rama. Kusir kereta tersebut bernama Matali, siap melayani Rama. Dengan kereta ilahidewa tersebut, Rama melanjutkan peperangan yang berlangsung dengan sengit. Kedua pihak sama-sama kuat dan mampu bertahan. Akhirnya Rama melepaskan senjata [[Brahma Astra]] ke dada [[Rahwana]]. Senjata sakti tersebut mengantar Rahwana menuju kematiannya. Seketika bunga-bunga bertaburan dari surga karena menyaksikan kemenangan Rama. [[Wibisana]] meratapi jenazah kakaknya dan sedih karena nasihatnya tidak dihiraukan. Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi Rahwana kemudian memberikan wejangan kepada Wibisana untuk membangun kembali Negeri [[Alengka]]. Setelah Rahwana dikalahkan, [[Sita]] kembali ke pelukan Rama dan mereka kembali ke [[Ayodhya]] bersama [[Laksmana]], [[Sugriwa]], [[Hanoman]] dan tentara [[wanara]] lainnya. Di Ayodhya, mereka disambut oleh [[Bharata (Ramayana)|Bharata]] dan [[Kekayi]]. Di sana para wanara diberi hadiah oleh Rama atas jasa-jasanya.
 
== Pemujaan dan festival untuk Rama ==