Sangiran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Toonyf (bicara | kontrib)
Toonyf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
{{Infobox World Heritage Site
| WHS = Situs Manusia Purba Sangiran
| Image = [[Berkas:MuseumSangiran 17-sangiran-welcome02.jpgJPG|300px250px]]
| State Party = {{INA}}
| Type = Budaya
Baris 12:
| Link = http://whc.unesco.org/en/list/593
}}
 
[[File:Patung Homo Erectus di Sangiran.JPG|thumb|200px|Patung ''Homo Erectus'' di kawasan Situs Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah.]]
'''Sangiran''' adalah [[situs arkeologi]] di [[Jawa]], [[Indonesia]].<ref>{{cite journal|title=Shell tool use by early members of Homo erectus in Sangiran, central Java, Indonesia: cut mark evidence |doi=10.1016/j.jas.2006.03.013|year=2007|last1=Choi|first1=Kildo|last2=Driwantoro|first2=Dubel|journal=Journal of Archaeological Science|volume=34|page=48}}</ref> Menurut laporan [[UNESCO]] (1995) "Sangiran diakui oleh para ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama situs [[Zhoukoudian]] (Cina), [[Willandra Lakes]] (Australia), [[Olduvai Gorge]] (Tanzania), dan [[Sterkfontein]] (Afrika Selatan), dan lebih baik dalam penemuan daripada yang lain."<ref>[http://whc.unesco.org/archive/advisory_body_evaluation/593.pdf World Heritage List note, ''Sangiran''], No 593, September 1995.</ref>
 
Baris 18:
 
==Sejarah eksplorasi==
* '''1883''': Situs sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C schemulling. Ketika aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19, [[Eugene Dubois]] pernah melakukan penelitian di sini, namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan [[Trinil]], [[Kabupaten Ngawi|Ngawi]].
[[File:Molaire de stegodon.jpg|right|thumb|''Stegodon trigonocephalus'' - Molar]]
 
* '''1934''': Ahli [[antropologi]] [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald]] memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan ''balung buta'' ("tulang buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha ''[[Homo erectus|Pithecanthropus erectus]]'' ("Manusia Jawa") oleh [[Eugene Dubois]] di [[Trinil]], [[Kabupaten Ngawi|Ngawi]], tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran. Dengan dibantu tokoh setempat, setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari ''balung buta'', yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai [[fosil]] ''[[Homo erectus]]'' lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil ''H. erectus'' atau [[Hominidae|hominid]] lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri ''[[Meganthropus palaeojavanicus]]'', telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya. Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang ([[Vertebrata]]), seperti [[buaya]] (kelompok [[gavial]] dan ''[[Crocodilus]]''), ''[[Hippopotamus]]'' (kuda nil), berbagai [[rusa]], [[harimau]] purba, dan [[gajah]] purba ([[stegodon]] dan [[gajah]] moderen).