Tuan Direktur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 31:
[[Haji Abdul Malik Karim Amrullah]], lebih dikenal dengan nama pena Hamka, merupakan Muslim kelahiran [[Minangkabau]] yang taat menjalankan agama dan memandang tradisi lokal sebagai penyebab kemunduran—sebagaimana pandangan ayahnya.{{sfn|Teeuw|1980|p=104}} Setelah menjadi seorang sarjana Islam, ia sering berkunjung ke berbagai tempat, termasuk Jawa.{{sfn|Siregar|1964|pp=60–61}} ''Tuan Direktur'' mencerminkan pandangan Hamka tentang dunia Islam {{sfn|Aziz|2009|p=123}} dan kemungkinan berasal dari bagian dalam pengalamannya saat bepergian.{{sfn|Mutiara|Yetti|Mulyani|1998|p=164}}
Sewaktu novel ''Tuan Direktur'' ditulis, [[Surabaya]] salah satu kota kaya di [[Hindia Belanda]], melayani baik sebagai pelabuhan untuk koloni maupun sebagai titik lalu lintas perdagangan menuju ke Australia. Kekayaan kota tesebut sangat berbeda dengan nasib kelas bawah, yang tidak diuntungkan oleh perdagangan yang ada. Dalam buku yang diterbitkan oleh Departemen
==Tema==
Baris 50:
*{{cite journal
|title=Nilai Mencapai Kehidupan Sejahtera: Pandangan Hamka
|language=Malay
|last=Aziz
Baris 63 ⟶ 62:
*{{cite book
|title=Analisis Struktur Novel Indonesia Modern, 1930-1939
|last1=Mutiara
|first1=Putri Minerva
Baris 71 ⟶ 68:
|last3=Mulyani
|first3=Veni
|publisher=
|location=Jakarta
|year=1998
Baris 95 ⟶ 92:
| year = 1964
| title = Sedjarah Sastera Indonesia
| volume = 1
| series =
Baris 107 ⟶ 103:
| first = A.
| year = 1980
| title = Sastra Baru Indonesia
| volume = 1
| publisher = Nusa Indah
|