Perang Kuning: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 83:
Setelah pengumuman tersebut, ribuan kitab dan [[lontar]] dikumpulkan di alun-alun dan dibakar. Hanya kitab-kitab di kediaman Raden Panji Margono yang selamat karena VOC tidak berani mengambil. Kejadian tersebut menyebabkan adanya ancaman pembunuhan terhadap Adi Suromenggolo sehingga ia memindahkan kediamannya dari Tulis ke [[Magersari, Rembang, Rembang|Magersari, Rembang]]. VOC juga memindahkan benteng Tulis ke Rembang.<ref name=panji/><ref name=pusat/>
 
==Perang tahun 19501750==
Setelah selama beberapa tahun tidak terjadi perlawanan terhadap kekuasaan VOC, pada Agustus 1750 Raden Panji Margono mendengar bahwa para pemberontak di Argosoka berniat untuk mengangkat senjata. Hal tersebut membuat semangatnya kembali bangkit. Ia meminta penduduk Lasem untuk berkumpul di alun-alun depan masjid Lasem pada keesokan harinya, pada saat sembahyang Jumat. Pengajian tersebut dipimpin oleh Kyai [[Ali Badawi]], seorang ulama besar di lasem yang mengasuk Pondok Pesantren Purikawak di Sumurkepel, selatan masjid Lasem. Setelah memimpin pengajian, Kyai Ali Badawi mengajak umat untuk berperang jihad mengusir Belanda dari Rembang dan bergabung dengan para pemberontak Tionghoa. Oei Ing Kiat juga kembali bangkit memimpin para pemberontak Tionghoa untuk berperang. Namun, rencana penyerangan bocor dua minggu sebelumnya sehingga Belanda dan Adipati Suroadimenggolo III sempat mengungsi ke Jepara.<ref name=unjiya/><ref name=panji/><ref name=aziz/>