Ananda Mahidol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 8100468 oleh 36.78.14.232 (bicara)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
== Masa kecil ==
[[Berkas:Mom Sangwal and children.JPG|200px|left|thumb|Ananda Mahidol (kiri), Putri Srinagarindra, Bhumibol Adulyadej, dan Galyani Vadhana.]]
Pangeran Ananda Mahidol Mahidol dilahirkan pada tanggal 20 September 1925 di [[Heidelberg]], [[Jerman]]. Ananda merupakan anak kedua dan putra pertama dari Pangeran [[Mahidol Adulyadej]] dari Songkhla, yang merupakan putra dari Raja [[Chulalongkorn]], dan [[Srinagarindra|Putri Srinagarindra]]. Segera setelah kelahiran putra Pangeran Mahidol tersebut, Raja [[Vajiravudh]] mengirim telegram pada tanggal 13 Oktober 1925, yang menyarankan nama "Ananda Mahidol" (อานันทมหิดล) bagi sang putra, yang berarti "Kebahagiaankebahagiaan Mahidol". Ketika itu, Ananda Mahidol memegang gelar ''Mom Chao'', gelar terendah pangeran. Sehingga, nama resmi Ananda berubah menjadi "Mom Chao Ananda Mahidol Mahidol".
 
Ananda kemudian mengikuti orangtuanya ke [[Paris]], [[Lausanne]], dan ke [[Massachusetts]], ketika Raja [[Prajadhipok]] mengeluarkan suatu pengumuman yang mengakibatkan promosi Ananda Mahidol sebagai pangeran di tingkatan yang lebih tinggi, bergelar ''Phra Worawong Ther Phra Ong Chao''. Pengumuman ini juga menguntungkan ''Mom Chao-Mom Chao'' lainnya, yaitu anak-anak pangeran bergelar ''Chao Fa'', dengan istri-istri yang sebelumnya merupakan orang biasa. Mereka yang derajatnya juga naik antara lain adalah kakak Ananda, [[Galyani Vadhana]], dan adiknya, [[Bhumibol Adulyadej]].
Baris 59:
Pada tahun 1944, Jepang terlihat akan segera kalah, dan Bangkok hancur akibat terjangan militer Sekutu. Ditambah lagi dengan krisis ekonomi, pemerintahan Plaek Pibulsonggram menjadi tidak populer. Pada bulan Juli, Plaek Pibulsonggram digulingkan, dan Parlemen mengadakan konvensi lagi dengan menunjuk Khuang Aphaiwong yang merupakan seorang pengacara sebagai perdana menteri. Jepang akhirnya menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945.
 
[[Berkas:King Ananda Mahidol and Prince Bhumibol Adulyadej.jpg|200px|right|thumb|Raja Ananda Mahidol dan Pangeran Bhumibol Adulyadej ketika mengunjungi kawasan pecinan Bangkok, 1946.]]
=== Setelah perang ===
Setelah [[Perang Dunia]] II berakhir, Raja Ananda Mahidol kembali ke Thailand. Ia kembali pada Desember 1945 dengan memegang gelar hukum. Meskipun ia masih muda dan belum berpengalaman, ia berhasil merebut dukungan rakyat dengan cepat. Salah satu hal yang berhasil mendongkrak popularitasnya adalah kunjungannya ke kawasan pecinan Bangkok untuk meredakan tensi yang bergejolak antara etnis Thailand dan Cina.