Ousmane Sembène: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 23 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q314966
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun)
Baris 15:
Sembène menimba banyak dari pengalaman-pengalamannya ini untuk novel pertamanya dalam bahasa Perancis, ''Le Docker Noir'' (''The Black Docker'', 1956), kisah tentang Diaw, seorang [[stevedore]] Afrika yang menghadapi rasialisme dan perlakuan buruk di dok-dok kapal di Marseille. Diaw menulis sebuah novel, yang belakangan dicuri oleh seorang perempuan kulit putih dan yang menerbitkannya dengan menggunakan namanya sendiri. Diaw mengkonfrontasinya, dan secara tidak sengaja membunuhnya. Ia diadili dan dijatuhi hukuman mati dalam suasana yang mengingatkan pembaca akan novel [[Albert Camus]], [[L’Etranger]]. Meskipun buku ini memusatkan perhatiannya terutama pada perlakuan terhadap para imigran Afrika, Sembène juga melukiskan secara terinci penindasan terhadap para buruh Arab dan Spanyol, hingga memperjelas bahwa masalah-masalah nya bukan hanya rasial tetapi juga ekonomi. Seperti kebanyakan fiksinya, karyanya ini ditulis dalam gaya [[realis sosial]]. Banyak kritikus sekarang menganggap buku ini cacat, namun buku inilah yang merupakan awal reputasi sastra Sembène's dan memberikan kepadanya dukungan keuangan untuk terus menulis.
 
Novel kedua Sembène, ''O Pays, mon beau peuple!'' (''Oh country, my beautiful people!'', 1957), bercerita tentang Oumar, seorang petani kulit hitam yang ambisius, yang kembali ke tempat kelahirannya Casamance dengan seorang istri kulit putih yang baru dan gagasan-gagasan untuk memodernisir praktik-praktik pertanian di wilayah itu. Namun demikian, Oumar menghadapi konflik dengan pemerintah colonial kulit putih dan masyarakat di kampong halamannya sendiri, dan akhirnya dibunuh. ''O Pays, mon beau peuple!'' mencapai sukses internasional, menyebabkan Sembène memperoleh undangan dari seluruh dunia, khususnya dari negara-negara [[komunisme|komunis]] seperti misalnya [[Tiongkok]], [[Kuba]], dan [[Uni Soviet]]. Sementara di Moskwa, Sembène memperoleh kesempatan untuk belajar membuat film selama setahun di Gorki Studios.
 
Novel ketiga dan paling terkenal Sembène adalah ''Les Bouts de Bois de Dieu'' (''[[God's Bits of Wood]]'', 1960). Kebanyakan kritikus menganggapnya sebagai adikaryanya, yang hanya disaingi oleh ''Xala''. Novel ini menceritakan dalam kisah fiktif cerita yang terjadi sesungguhnya tentang sebuah pemogokan buruh kereta api di [[Jalur Dakar-Niger]] dan berlangsung dari 1947 hingga 1948. Meskipun juru bicara serikat buruh yang karismatis dan cemerlang itu, Ibrahima Bakayoko, merupakan tokoh sentralnya, novel ini tidak mempunyai pahlawan yang sesungguhnya selain komunitas itu sendiri, yang bersatu dalam menghadapi kesulitan dan penindasan untuk menuntut hak-hak mereka. Oleh karena itu, novel ini menampilkan hampir 50 tokoh baik di Senegal maupun di negara tetangga [[Mali]], memperlihatkan pemogokan itu dari segala sudut yang mungkin. Dalam hal ini, novel ini seringkali dibandingkan dengan novel [[Émile Zola]], [[Germinal]].
Baris 33:
Sebagai seorang pengarang yang sangat peduli dengan perubahan sosial, salah satu tujuan Sembène adalah menyentuh seluas mungkin pembaca. Namun setelah kembalinya pada 1960 ke Senegal, ia menyadari bahwa karya-karya tulisnya hanya akan dibaca oleh sekelompok kecil elit budaya di negeri asalnya. Oleh karena itu, ia memutuskan pada usia 40 tahun untuk menjadi pembuat film, untuk mencapai khalayak yang lebih luas di Afrika.
 
Pada 1966, Sembène memproduksi film ceritanya yang pertama, ''[[La Noire de...]]'', berdasarkan salah satu cerita pendeknya sendiri. Ini adalah film cerita pertama yang dihasilkan oleh seorang sutradara Afrika sub-Sahara. Meskipun panjangnya hanya 60 menit, film berbahasa Perancis ini memenangi [[Prix Jean Vigo]]. Akibatnya perhatian internasional segera tertuju kepada film Afrika pada umumnya dan Sembène pada khususnya. Sembène melanjutkan suksesnya ini dengan film 1968 ''Mandabi'', dan mencapai impiannya untuk memproduksi film dalam bahasa tanah kelahirannya sendiri, bahasa Wolof. Belakangan film-film berbahasa Wolof termasuk ''[[Xala]]'' (1975, berdasarkan novelnya), ''Ceddo'' (1977), ''Camp de Thiaroye'' (1987), dan ''Guelwaar'' (1992). Film ''Ceddo'' yang diedarkan di Senegal mengalami [[sensor]] habis-habisan. Alasan yang diberikan ialah dokumen-dokumen untuk film itu bermasalah, namun yang lebih mungkin lagi ialah karena temanya yang [[anti-Muslim]]. Namun demikian, Sembène menyebarkan selebaran di bioskop-bioskop yang menggambarkan adegan-adegan yang disensor dan menerbitkan film ini tanpa potongan di pasar internasional. Pada 1971, Sembène juga membuat sebuah film dalam [[Bahasa Diola]] dan Perancis yang berjudul ''Emitai''.
 
Tema-tema film-film Sembène yang berulang kali muncul adalah sejarah [[kolonialisme]], kegagalan agama, kritik terhadap kaum [[borjuis]] Afrika yang baru, dan kekuatan kaum perempuan Afrika.