Mohammad Husni Thamrin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 25:
Pada tahun  1929  telah  terjadi  suatu  insiden  penting  di dalam  Gemeenteraad,  yaitu  yang menyangkut  pengisiari  lowongan jabatan  wakil walikota Betawi (Batavia). Tindakan pemerintah kolonial  ketika  itu  memang  sangat tidak bijaksana, karena ternyata lowongan jabatan itu  diberikan kepada  orang Belanda yang kurang berpengalaman, sedang untuk jabatan itu ada orang  Betawi  yang  jauh lebih  berpengalaman dan pantas untuk jabatan itu. Tindakan pemerintah ini  mendapat  reaksi keras dari  fraksi  nasional. Bahkan mereka mengambil langkah melakukan pemogokan, ternyata  usaha  mereka berhasil dan pada  akhirnya  Muhammad  Husni  Thamrin  diangkat sebagai wakil walikota  Batavia.
 
Dua tahun  sebelum  kejadian  di atas,  Muhammad  Husni Thamrin memang  telah  melangkahkan  kakinya  ke  medan perjuangan yang lebih berat, karena dia ditunjuk sebagai anggota lembaga yang lebih luas jangkauannya  dan lebih  tinggi  martabatnya.  Pada tahun  1927  ditunjuk sebagai  anggota  Volksraad untuk mengisi lowongan yang dinyatakan kosong oleh Gubernur  Jendral. Pada mulanya kedudukan itu ditawarkan kepada Hos Cokroaminoto tetapi ditolak. Kemudian ditawarkan lagi kepada Dr. Sutomo tetapi juga dia  menolak. Dengan penolakan kedua tokoh besar ini, maka dibentuklah suatu  panitia, yaitu panitia Dr. Sarjito yang akan memilih seorang yang dianggap pantas untuk  menduduki kursi Volksraad yang lowong. Panitia Dr. Sarjito akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Muhammad Husni Tharnrin. Alasan yang dikemukakannya ialah bahwa Muhammad Husni Thramrin cukup pantas menduduki kursi itu mengingat pengalamannya sebagai anggota Gemeenteraad.
Ia dikenal sebagai salah satu tokoh [[Betawi]] (dari organisasi ''[[Kaoem Betawi]]'') yang pertama kali menjadi anggota ''[[Volksraad]]'' ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok ''[[Inlanders]]'' ("pribumi"). Sejak [[1935]] ia menjadi anggota ''Volksraad'' melalui [[Parindra]]. Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia [[sepakbola]] Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun [[1932]] untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah [[Petojo]], Batavia (sekarang Jakarta).
 
Pada tahun pengangkatannya sebagai anggota Volksraad, keadaan di Hindia Belanda mengalami perubahan  yang  sangat penting yakni adanya sikap pemerintah kolonial yang keras, lebih  bertangan  besi. Ini adalah salah satu akibat yang paling "buruk" yang lahir dari terjadinya  pemberontakan  1926 dan 1927. Akan tetapi di lain pihak ketika memasuki tahun 1927 itu pula, langkah pergerakan nasional kita juga mengalami perubahan sebagai akibat dari didirikannya PNI dan munculnya Bung Karno sebagai pemimpin utamanya.
 
Ia dikenal sebagai salah satu tokoh [[Betawi]] (dari organisasi ''[[Kaoem Betawi]]'') yang pertama kali menjadi anggota ''[[Volksraad]]'' ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok ''[[Inlanders]]'' ("pribumi"). Sejak [[1935]] ia menjadi anggota ''Volksraad'' melalui [[Parindra]]. Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia [[sepakbola]] Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun [[1932]] untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah [[Petojo]], Batavia (sekarang Jakarta).
 
Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan [[bunuh diri]] namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU [[Karet]], [[Jakarta]]. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.<ref>Anwar, R. [http://sejarahindonesia.lefora.com/2008/09/05/tjarda-dibebaskan/page1/ Tjarda dibebaskan]. Salinan dalam bentuk blog dari artikel di Suara Pembaruan daring.</ref>