Rasuna Said: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muri69 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Infobox Person
|name = H.RHajjah Rangkayo Rasuna Said
|image = Rasuna Said.jpg
|image_size = 200px
|caption =
|birth_date= [[14 September]][[1910]]
|birth_date = {{birth date|1910|9|14|mf=y}}
|birth_place = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Tanjung Raya, Agam | Maninjau]], [[Agam]], [[Sumatera Barat]], [[Hindia Belanda]]
|death_date= [[2 November]][[1965]]
|death_date = {{death date and age|1965|11|2|1910|9|14|mf=y}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|occupation=
|other_names = H.R. Rasuna Said
|knownknown_for for= [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
|spouse=
|religion = [[Islam]]
|spouse =
}}
'''Hajjah Rangkayo Rasuna Said''' ({{lahirmati|[[Maninjau]], [[Agam]], [[Sumatera Barat]]|14|9|1910|[[Jakarta]]|2|11|1965}}) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan [[Indonesia]] dan juga merupakan [[pahlawan]] nasional Indonesia. Seperti [[Kartini]], ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia dimakamkan di [[TMP Kalibata]], Jakarta.
 
==Kehidupan Riwayat awal==
H.R. Rasuna Said dilahirkan pada 15 September 1910, di Desa Panyinggahan, [[Maninjau]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]]. Ia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar [[Minangkabau]] dan bekas aktivis pergerakan.
H.R. Rasuna Said adalah seorang muda yang mempunyai kemauan yang keras dan berpandangan luas. Awal perjuangan beliau dimulai dengan beraktivitas di [[Sarekat Rakyat]] sebagai Sekretaris cabang dan kemudian menjadi anggota [[Persatuan Muslim Indonesia]] (PERMI).
Beliau sangat mahir dalam berpidato yang isinya mengecam secara tajam ketidak adilan pemerintah [[Belanda]], sehingga beliau sempat ditangkap dan dipenjara pada tahun [[1932]] di [[Semarang]].
 
Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said remaja dikirimkan sang ayah untuk melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah. Saat itu, ia merupakan satu-satunya santri perempuan. Ia dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani. Rasuna Said kemudian melanjutkan pendidikan di [[Diniyah Putri]][[Padang Panjang]], dan bertemu dengan [[Rahmah El Yunusiyyah]], seorang tokoh gerakan [[Thawalib]]. Gerakan Thawalib adalah gerakan yang dibangun kaum reformis islam di Sumatera Barat. Banyak pemimpin gerakan ini dipengaruhi oleh pemikiran nasionalis-Islam Turki, [[Mustafa Kemal Atatürk]].
Pada masa pendudukan Jepang, beliau ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di [[Padang]] yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah [[Jepang]].
 
Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita, ia sempat mengajar di [[Diniyyah Putri]] sebagai guru. Namun pada tahun 1930, Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi harus disertai perjuangan [[politik]]. Rasuna Said ingin memasukkan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah Diniyah School Putri, tapi ditolak. Rasuna Said kemudian mendalami agama pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah yang mengajarkan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berfikir yang nantinya banyak mempengaruhi pandangan Rasuna Said.
H.R. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah [[Sumatera Barat]] setelah Proklamasi Kemerdekaan, diangkat sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] [[Republik Indonesia Serikat]] (DPR RIS), kemudian menjadi anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] sejak [[1959]] sampai akhir hayat beliau.
 
Kontroversi [[poligami]] pernah ramai dan menjadi polemik di ranah Minang tahun 1930-an. Ini berakibat pada meningkatnya angka kawin cerai. Rasuna Said menganggap, kelakuan ini bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita.
H.R. Rasuna diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden R.I.
No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember [[1974]].
 
==Perjuangan politik==
H.R. Rasuna Said meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya Duski) dan 6 cucu (Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim, Moh. Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul'Ain).
Awal perjuangan politik Rasuna Said dimulai dengan beraktifitas di Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang. Rasuna Said kemudian juga bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) di [[Bukittinggi]] pada tahun 1930. Rasuna Said juga ikut mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI dan kemudian mendirikan Sekolah Thawalib di [[Padang]], dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukittinggi. Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan Belanda. Rasuna Said juga tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum ''Speek Delict'', yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.
 
Rasuna Said sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di [[Semarang]]. Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr Kusuma Atmaja.
Namanya sekarang diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan [[Kuningan, Jakarta Selatan]].
 
==Jurnalis==
 
Rasuna Said dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, ''Raya''. Majalah ini dikenal radikal, bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat. Namun polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit ruang gerak Rasuna dan kawan-kawan. Sedangkan tokoh-tokoh PERMI yang diharapkan berdiri melawan tindakan kolonial ini, justru tidak bisa berbuat apapun. Rasuna sangat kecewa. Ia pun memilih pindah ke [[Medan]], [[Sumatera Utara]].
 
Pada tahun 1937, di Medan, Rasuna mendirikan perguruan putri. Untuk menyebar-luaskan gagasan-gagasannya, ia membuat majalah mingguan bernama ''Menara Poeteri''. Slogan koran ini mirip dengan slogan [[Bung Karno]], "Ini dadaku, mana dadamu". Koran ini banyak berbicara soal perempuan. Meski begitu, sasaran pokoknya adalah memasukkan kesadaran pergerakan, yaitu antikolonialisme, di tengah-tengah kaum perempuan. Rasuna Said mengasuh rubrik "Pojok". Ia sering menggunakan nama samaran: Seliguri, yang konon kabarnya merupakan nama sebuah bunga. Tulisan-tulisan Rasuna dikenal tajam, kupasannya mengena sasaran, dan selalu mengambil sikap lantang antikolonial.
 
Sebuah koran di Surabaya, ''Penyebar Semangat'', pernah menulis perihal ''Menara Poetri ini'', "Di Medan ada sebuah surat kabar bernama ''Menara Poetri''; isinya dimaksudkan untuk jagad keputrian. Bahasanya bagus, dipimpin oleh Rangkayo Rasuna Said, seorang putri yang pernah masuk penjara karena berkorban untuk pergerakan nasional." Akan tetapi, koran ''Menara Poetri'' tidak berumur panjang. Persoalannya, sebagian besar pelanggannya tidak membayar tagihan korannya. Konon, hanya 10 persen pembaca ''Menara Poetri'' yang membayar tagihan. Karena itu, ''Menara Poetri'' pun ditutup. Pada saat itu, memang banyak majalah atau koran yang tutup karena persoalan pendanaan. Rasuna memilih pulang ke kampung halaman, Sumatera Barat.
 
Pada masa pendudukan [[Jepang]], beliauRasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di [[Padang]] yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah [[Jepang]].
 
==Setelah kemerdekaan==
 
H.RSetelah [[kemerdekaan Indonesia]], Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah [[Sumatera Barat]] setelah Proklamasi Kemerdekaan,. Ia diangkat sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] [[Republik Indonesia Serikat]] (DPR RIS), kemudian menjadi anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] sejaksetelah [[Dekrit Presiden 5 Juli 1959]] sampai akhir hayathayatnya, beliau2 November 1965 di Jakarta. H.R. Rasuna Said meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya Duski) dan 6 cucu (Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim, Moh. Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul'Ain).
 
H.R. Rasuna Said diangkat sebagai salah satu Pahlawan Nasional denganberdasarkan Surat Keputusan Presiden RRI No.I 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.
 
Namanya sekarang diabadikan sebagai salah satu [[Jalan HR Rasuna Said (Jakarta)|nama jalan protokol]] di kawasan [[Kuningan, Jakarta Selatan]].
 
== Pranala luar ==
* [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/294-pahlawan/1933-rasuna-said Rasuna Said di Tokohindonesia.com]
 
==Buku sumber ==
*[http://www.books.google.com/books?isbn=9796866447 Ulama perempuan Indonesia]. Jajat Burhanuddin
 
{{Pahlawan Indonesia}}