Drona: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Mengembalikan ke revisi 6659781 oleh Addbot. (TW)
Baris 59:
Saat perang di Kurukshetra berkecamuk, Drona menjadi komandan pasukan Korawa. Ia merencanakan cara yang curang untuk membunuh Abimanyu pada pertempuran di hari ketiga belas.
 
== Kematian DornaDrona ==
{{main|Yudistira}}
 
Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama [[Aswatama]], nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. [[Bhima]] berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian [[Yudistira]] yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, ''"naro va, kunjaro va"'' — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang [[Bharatayuddha]].
 
== DornaDrona dalam pewayangan Jawa ==
 
Riwayat hidup Drona dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] memiliki beberapa perbedaan dengan kisah aslinya dari kitab ''[[Mahabharata]]'' yang berasal dari [[India|Tanah Hindu]], yaitu [[India]], dan ber[[bahasa Sanskerta]]. Beberapa perbedaan tersebut meliputi nama tokoh, lokasi, dan kejadian. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar sebab inti ceritanya sama. Perlu digarisbawahi juga, bahwa kepribadian Drona dalam ''[[Mahabharata]]'' berbeda dengan versi pewayangan.
Baris 82:
Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh [[Sangkuni]] yang bernasib sama (baca sempalan ''[[Mahabharata]]'' yang berjudul ''Gandamana Luweng''). Akhirnya ia diterima di [[Hastinapura]] dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan [[Bharata (raja)|Bharata]] ([[Pandawa]] dan [[Korawa]]).
 
=== DornaDrona dalam Bharatayuddha ===
 
Dalam perang [[Bharatayuddha]], Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya [[Bisma]]. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang [[Drestadyumena]], putera Prabu [[Drupada]], yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu [[Ekalawya|Ekalaya]], raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak [[Pandawa]] dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.