Nyadran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP34Itang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP34Itang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 7:
== Pelaksanaan ==
 
Naydran merupakan salah satu tradisi dalam menyambur datangnya bulan [[Ramadhan]].<ref name="Ika Fitriana"> {{cite web|url= http://regional.kompas.com/read/2013/05/22/17051750/twitter.com| title= ''Tradisi Nyadran, Jalin Kerukunan dengan Sesama''| publisher= regional.kompas.com| accessdate== 27 Mei 2014.14.30}} </ref> Kegiatan yang biasa dilakukan saat Nyadran atau Ruwahan adalah
 
1. menyelenggarakan kenduri, dengan pembacaan ayat [[Al-Quran]], [[zikir]], [[tahlil]], dan [[doa]], kemudian ditutup dengan makan bersama.<ref name="Warta Madani"> </ref>
 
2. melakukan ''besik'', yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.<ref name="Warta Madani"> </ref>
 
3. melakukan upacara ziarah kubur, dengan berdoa kepada roh yang telah meninggal di area makam.<ref name="Warta Madani"> </ref>
 
Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan [[Rajab]] atau saat datangnya bulan [[Sya'ban]].<ref name="Ika Fitriana"> </ref> Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga [[telasih]]. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanay hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.<ref name="Warta Madani"> </ref>
Para masyarakat yang mengikuti Nyadran biasnya berdoa untuk kakek-nenek, bapak-ibu, serta saudara-saudari mereka yang telah meninggal.<ref name="Ika Fitriana"> </ref> Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari [[tikar]] dan daun [[pisang]].<ref name="Ika Fitriana"> </ref>
Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri.<ref name="Ika Fitriana"> </ref> Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, [[urap sayur]] dengan lauk rempah, prekedel, [[tempe]] dan [[tahu bacem]], dan lain sebagainya.<ref name="Ika Fitriana"> </ref>
 
==Sejarah==
 
Nyadran berasal dari tradisi [[Hindu]]-[[Budha]].<ref name="Warta Madani"> </ref> Sejak abad ke-15 para [[Walisongo]] menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima.<ref name="Wd Asmara"> </ref> Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik.<ref name="Warta Madani"> </ref> Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa.<ref name="Warta Madani"> </ref> Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan [[Tuhan]].<ref name="Wd Asmara"> </ref>
 
== Referensi ==