Coper, Jetis, Ponorogo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anashir (bicara | kontrib)
Anashir (bicara | kontrib)
Baris 19:
Sejarah dan asal-usul nama dari desa Coper memang tidak dapat diungkap secara jelas karena para narasumber yang memahami dan mengalami proses tersusunnya desa Coper saat ini telah tiada. Namun, sejarah desa Coper dapat dihimpun dari cerita-cerita sesepuh atau orang yang dianggap ada sangkut pautnya dengan desa sesuai dengan pemahaman dan pengertian masing-masing.
 
Menurut cerita masyarakat setempat, nama Coper diambil dari kata ''cuo'' dan ''lèmpèr.'', ''cuoCuo'' adalah sejenis mangkok yang terbuat dari tanah liat dan ''lèmpèr'' adalah sejenis piring yang terbuat dari tanah liat. Kedua barang tersebut adalah tempat makan dari seorang laki-laki yang membabat pertama kali desa '''Coper''' yang disebutkan bernama Haji Ngarpiyah. Haji Ngarpiyah adalah menantu dari Kyai Ishaq. Kyai Ishaq adalah anak dari [[Kyai Ageng Hasan Besari]] pemimpin [[Pesantren Tegalsari]] yang merupakan pesantren besar di Ponorogo pada masa itu. Kyai Ishaq menyusul menantunya Haji Ngarpiyah untuk membabat desa '''Coper''' sehingga menjadi pemukiman seperti sekarang ini.
 
Ada pula yang mengatakan nama Coper berasal dari sebuah kalimat ''eco ing lèmpèr''. Konon ceritanya Kyai Ishaq mempunyai 2 orang istri, salah satu di antaranya adalah putri dari Kanjeng Gading. Sewaktu masih pengantin baru, Kyai Ishaq dan istrinya selalu dikirimi makanan dari Kanjeng Gading melalui abdi kinasihnya. Makanan tersebut sambalnya selalu ditempatkan di ''lèpèk/lèmpèr''. Pada suatu hari tempat sambal tersebut diganti, lalu Kyai Ishaq berkata; "Sambal itu sebenarnya lebih enak tetap ditempatkan di lèmpèr", lalu abdi menjawab; ''"Econipun wonten lèmpèr Kyai?"'' Kyai menjawab; "Iya". Setelah berpikir sejenak atas jawaban abdi kinasih tersebut di atas, maka Kyai Ishaq lalu berkata: "Kalau begitu melihat kata ''eco ing lèmpèr'' apabila besok tempat ini sudah ramai maka kami namakan desa '''Coper'''".<ref name="jetisdotorg"/>