Coper, Jetis, Ponorogo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 21:
Menurut cerita masyarakat setempat, nama Coper diambil dari kata ''cuo'' dan ''lèmpèr'', ''cuo'' adalah sejenis mangkok yang terbuat dari tanah liat dan ''lèmpèr'' adalah sejenis piring yang terbuat dari tanah liat. Kedua barang tersebut adalah tempat makan dari seorang laki-laki yang membabat pertama kali desa '''Coper''' yang disebutkan bernama Haji Ngarpiyah. Haji Ngarpiyah adalah menantu dari Kyai Ishaq. Kyai Ishaq adalah anak dari [[Kyai Ageng Hasan Besari]] pemimpin [[Pesantren Tegalsari]] yang merupakan pesantren besar di Ponorogo pada masa itu. Kyai Ishaq menyusul menantunya Haji Ngarpiyah untuk membabat desa '''Coper''' sehingga menjadi pemukiman seperti sekarang ini.
Ada pula yang mengatakan nama Coper berasal dari sebuah kalimat ''eco ing lèmpèr''. Konon ceritanya Kyai Ishaq mempunyai 2 orang istri, salah satu di antaranya adalah putri dari Kanjeng Gading. Sewaktu masih pengantin baru, Kyai Ishaq dan istrinya selalu dikirimi makanan dari Kanjeng Gading melalui abdi kinasihnya. Makanan tersebut sambalnya selalu ditempatkan di ''
Di desa Coper terdapat sebuah masjid peninggalan Kyai Ishaq. Masjid tersebut saat ini bernama Masjid Al-Ishaq. Konon, masjid tersebut sebenarnya adalah [[Masjid Tegalsari]] pemberian dari Kyai Ageng Hasan Besari kepada anaknya Kyai Ishaq. Masjid ini dipindahkan dari [[Tegalsari, Jetis, Ponorogo|Tegalsari]] ke desa Coper yang berjarak sekitar 5 km. Sebelum dipindahkan, Masjid Tegalsari dibangun kembali dan selesai dalam kurun waktu 8 tahun. Setelah Masjid Tegalsari selesai dibangun kembali, masjid yang lama dipindahkan dari desa Tegalsari ke desa Coper pada tahun [[1750]]. Dan Masjid Tegalsari yang sekarang berada di desa Tegalsari adalah masjid Tegalsari yang baru.
|