Tragedi Simpang KKA: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
k +
Farras (bicara | kontrib)
k +
Baris 8:
}}
 
'''Tragedi Simpang KKA''', juga dikenal dengan nama '''Insiden Dewantara''' atau '''Tragedi Krueng Geukueh''', adalah sebuah peristiwa yang berlangsung saat konflik Aceh pada tanggal 3 Mei 1999<ref name="amnesty">{{cite web |url=http://livewire.amnesty.org/2013/05/02/in-aceh-there-is-peace-but-no-justice/ |title=In Aceh there is peace but no justice &#124; Amnesty's global human rights blog |format= |work=Amnesty International |accessdate=3 Mei 2013}}</ref> di Kecamatan [[Dewantara, Aceh Utara|Dewantara]], [[Aceh]]. Saat itu, pasukan militer Indonesia menembaki kerumunan warga yang sedang berunjuk rasa memprotes insiden penembakanpenganiayaan sebelumnyawarga yang terjadi pada tanggal 30 April di [[Cot Murong, Baktiya Barat, Aceh Utara|Cot Murong]], [[Lhokseumawe]].<ref name="beginners">{{cite web |url=http://acehnet.tripod.com/begin.htm |title=Aceh for Beginners |format= |work= |accessdate=}}</ref>
 
Simpang KKA adalah sebuah persimpangan jalan dekat pabrik PT [[Kertas Kraft Aceh]] di Kecamatan Dewantara, Aceh Utara. Insiden ini terus diperingati masyarakat setempat setiap tahunnya.<ref>{{cite web |url=http://atjehlink.com/aksi-renungan-tragedi-simpang-kka-di-simpang-lima/ |title=Aksi Renungan Tragedi Simpang KKA di Simpang Lima |format= |work=Atjehlink.com |accessdate=9 Mei 2013}}</ref><ref>{{cite web |url=http://rri.co.id/index.php/berita/51693/Peringati-Tragedi-Simpang-KKA-Ratusan-Warga- |title=Peringati Tragedi Simpang KKA, Ratusan Warga Gelar Doa Bersama |format= |work=[[Radio Republik Indonesia|RRI]] |accessdate=9 Mei 2013}}</ref> Sampai sekarang belum ada pelaku yang ditangkap dan diadili atas peristiwa ini.<ref name="amnesty"/><ref name="snafu"/>
 
==Kronologi==
Awalnya berkembang kabar mengenai hilangnya anggota TNI dari Kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom pada tanggal 30 April 1999.<ref name="okezone"/> Anggota tersebut diklaim menyusup ke acara peringatan 1 Muharam yang diadakan warga desa Cot Murong.<ref name="routledge"/> Klaim ini diperkuat oleh kesaksian warga yang sedang mempersiapkan acara ceramah magrib tersebut. Pasukan militer Detasemen Rudal menanggapi hilangnya anggota tersebut dengan melancarkan operasi pencarian masif yang melibatkan berbagai satuan, termasuk brigadir mobil (Brimob). Saat melakukan penyisiran di desa, aparat melakukan penangkapan terhadap sekitar 20 orang lalu melakukan aksi kekerasan. Para korban mengaku dipukul, ditendang, dan diancam oleh aparat. Warga desa kemudian mengirim utusan ke komandan TNI setempat untuk bernegosiasi. Komandan TNI berjanji aksi ini tidak akan terulang lagi.<ref name="beginners"/><ref name="kontras"/>
Awalnya, masuk laporan ke TNI bahwa seorang anggota dari Kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom hilang. Pada pagi hari 3 Mei 1999, empat truk militer yang mengangkut aparat TNI dikerahkan untuk menyisir desa-desa dan membuat warga ketakutan. Dalam penyisiran itu, aparat menganiaya beberapa warga sipil. Para pemimpin politik setempat berusaha bernegosiasi dengan pasukan militer.<ref name="amnesty"/> Warga dari beberapa desa kemudian berkumpul di [[Krueng Geukueh, Dewantara, Aceh Utara|Krueng Geukueh]] untuk memprotes aksi TNI. Aksi memanas dan tentara yang ikut mengawal massa melepaskan tembakan secara membabi buta ke arah kerumunan hingga korban berjatuhan.<ref name="okezone">{{cite web |url=http://news.okezone.com/read/2013/05/04/340/802112/mahasiswa-kenang-penembakan-massal-tragedi-simpang-kka |title=Mahasiswa Kenang Penembakan Massal Tragedi Simpang KKA |format= |work=Okezone |accessdate=9 Mei 2013}}</ref>
 
Tanggal 3 Mei 1999, satu truk tentara memasuki desa Cot Murong dan Lancang Barat, tetapi diusir oleh masyarakat setempat. Warga desa yang berunjuk rasa bergerak ke markas Korem 011 untuk menuntut janji yang diberikan komandan sehari sebelumnya. Pada siang hari, pengunjuk rasa berhenti di persimpangan Kertas Kraft Aceh, [[Krueng Geukueh, Dewantara, Aceh Utara|Krueng Geukueh]], yang lokasinya dekat dengan markas Korem, kemudian mengirimkan lima orang untuk berdialog dengan komandan. Kabarnya, ketika dialog sedang berlangsung, jumlah tentara yang mengepung warga semakin banyak, dan warga pun melempar batu ke markas Korem 011 dan membakar dua sepeda motor.<ref name="beginners"/> Setelah itu, dua truk tentara dari Arhanud yang dijaga Detasemen Rudal 001/Lilawangsa dan Yonif 113/Jaya Sakti datang dari belakang dan mulai menembaki kerumunan pengunjuk rasa.<ref name="okezone">{{cite web |url=http://news.okezone.com/read/2013/05/04/340/802112/mahasiswa-kenang-penembakan-massal-tragedi-simpang-kka |title=Mahasiswa Kenang Penembakan Massal Tragedi Simpang KKA |format= |work=Okezone |accessdate=9 Mei 2013}}</ref><ref name="snafu">{{cite web |url=http://home.snafu.de/watchin/KKA_Commemoration.htm |title=Public Commemoration for Victims of the Aceh Conflict |format= |work=Fabian Junge |accessdate=3 Mei 2014}}</ref><ref name="tempo">{{cite web |url=http://www.tempo.co/read/news/2013/12/02/078534001/Korban-Tragedi-Simpang-Aceh-Masih-Trauma |title=Korban Tragedi Simpang Aceh Masih Trauma |format= |work=Tempo |accessdate=3 Mei 2014}}</ref>
Koalisi NGO HAM Aceh mencatat sedikitnya 46 warga sipil tewas, 156 mengalami luka tembak, dan 10 orang hilang dalam peristiwa itu. Tujuh dari korban tewas adalah anak-anak.<ref>{{cite web |url=http://ngo-ham.9f.com/tragedi_simpang_kka.htm |title=Kronologi Tragedi Simpang KKA |work=Koalisi NGO HAM Aceh |accessdate=9 Mei 2013}}</ref><ref name="okezone"/><ref>{{cite web |url=http://dpr-aceh.atjehpost.com/read/2013/05/03/50399/15/5/Mahasiswa-di-Banda-Aceh-gelar-aksi-peringati-14-tahun-tragedi-Simpang-KKA |title=Mahasiswa di Banda Aceh gelar aksi peringati 14 tahun tragedi Simpang KKA |format= |work=Atjeh Post |accessdate=9 Mei 2013}}</ref>
 
Setelah insiden Dewantara, beberapa kantong berisi mayat yang diberi pemberat batu ditemukan di dasar sungai. Pola pembuangan mayat ini diduga mengikuti pola yang diterapkan pada [[tragedi Idi Cut|insiden sebelumnya di Idi Cut]].<ref name="beginners"/>
 
==Tanggapan==
Koalisi NGO HAM Aceh mencatat sedikitnya 46 warga sipil tewas, 156 mengalami luka tembak, dan 10 orang hilang dalam peristiwa itu. Tujuh dari korban tewas adalah anak-anak.<ref>{{cite web |url=http://ngo-ham.9f.com/tragedi_simpang_kka.htm |title=Kronologi Tragedi Simpang KKA |work=Koalisi NGO HAM Aceh |accessdate=9 Mei 2013}}</ref><ref name="okezone"/><ref>{{cite web |url=http://dpr-aceh.atjehpost.com/read/2013/05/03/50399/15/5/Mahasiswa-di-Banda-Aceh-gelar-aksi-peringati-14-tahun-tragedi-Simpang-KKA |title=Mahasiswa di Banda Aceh gelar aksi peringati 14 tahun tragedi Simpang KKA |format= |work=Atjeh Post |accessdate=9 Mei 2013}}</ref> Sebuah monumen didirikan di tempat penembakan Simpang KKA, desa Cot Murong, Lhokseumawe.<ref name="amnesty"/>
 
Wiranto, Menteri Pertahanan sekaligus Kepala Angkatan Bersenjata, mengatakan di sebuah stasiun televisi swasta bahwa, "Tidak logis jika aparat negara menindas rakyat Aceh karena mereka dikirim ke sana untuk melindungi rakyat."<ref name="beginners"/> Pihak militer yang terlibat dalam penembakan ini mengklaim menggunakan peluru karet sebagai bentuk pertahanan diri karena warga melempari markas Koramil dengan batu. Meski begitu, sejumlah dokter di rumah sakit mengaku menemukan peluru timah di 38 jenazah dan 115 korban luka.<ref name="routledge">{{cite book |last=Miller |first=Michelle Ann |date=2008 |title=Rebellion and Reform in Indonesia: Jakarta's Security and Autonomy Policies in Aceh |pages=36–37 |url=http://books.google.co.id/books?id=ZrRkq1zGbA0C |publisher=Routledge |isbn=9781134051212 |accessdate=3 Mei 2014}}</ref><ref name="jakpost">{{cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/11/28/rights-abuse-victims-speak-atrocities.html |title=Rights abuse victims speak of atrocities |format= |work=Amnesty International |accessdate=3 Mei 2014}}</ref> Walaupun banyak bukti empiris, Wiranto mengumumkan bahwa tentara PPRM akan dikerahkan ke Aceh untuk menangkap para "provokator" misterius yang bertanggung jawab atas pembantaian Dewantara.<ref name="routledge"/>
 
Tahun 2000, telah dilakukan penyelidikan dan pengkajian oleh Komisi Independen Pengusutan Tindak Kekerasan di Aceh yang dibentuk melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 88/1999. Dalam laporannya, komisi independen ini menyebutkan sebanyak 39 warga sipil tewas (termasuk seorang anak berusia 7 tahun), 156 sipil mengalami luka tembak, dan sekitar 10 warga sipil dinyatakan hilang.<ref name="kontras">{{cite web |url=http://www.kontras.org/aceh/index.php?hal=pers&id=1700&tahun=2013 |title=14 tahun Peristiwa Simpang KKA Aceh |format= |work=KontraS Aceh |accessdate=3 Mei 2014}}</ref>
 
== Lihat pula ==