Dewa Ruci: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 4:
 
==Ajaran dan Bukti sejarah Serat Dewa Ruci==
Menurut beberapa tulisan, salah satunya dikarang oleh [[Yasadipura I]] (konon adalah guru dari pujangga [[Ranggawarsita]]) dari Surakarta, nuansa dari kisah Dewa Ruci sarat dengan ajaran kebatinan masyarakat Jawa, yakni berisi pencarian jati diri seorang manusia.<ref name="Yudhi"/> Kisah Dewa Ruci yang menjadi rujukan para dhalang dan para pencerita masa kini merujuk pada tulisan Yasadipura I yang hidup pada masa Pakubuwoni III (1749-1788) dan Pakubuwono IV (1788-1820). Yasadipura I sendiri dijuluki sebagai pujangga “penutup” Kraton Surakarta. .<ref name="Yudhi"/>
Beberapa naskah transformasi Dewa Ruci dalam bentuk cetakan antara lain:
# ''Serat Dewa Ruci'' cetakan pertama yang diterbitkan oleh Mas Ngabehi Kramapawira tahun 1870, dicetak oleh Percetakan Van Dorp Semarang dengan tulisan aksara Jawa.<ref name="Yudhi"/>
# ''Serat Dewa Ruci'' berbahasa Jawa dan juga berhuruf Jawa tulisan Mas Ngabehi Mangunwijaya dan diterbitkan oleh Tan Khoen Swie Kediri tahun 1922.<ref name="Yudhi"/>
# ''Cerita Dewa Roetji'' yang dimuat di majalan Belanda Djawa pada tahun 1940, dengan contributor R.M. Poerbatjaraka.<ref name="Yudhi"/>
# ''Serat Dewa Ruci Kidung dari Bentuk Kakawin'' yang diterbitkan oleh Penerbit Dahara Prize Semarang tahun 1991, berhuruf Latin, berbahasa Jawa, dan ada terjemahan bahasa Indonesia secara tekstual. Dalam versi tersebut hanya disebutkan penulisnya adalah pujangga Surakarta.<ref name="Yudhi"/>
 
==Kisah Dewa Ruci==
Dikisahkan Bima memiliki seorang guru bernama Resi [[Drona]]. Kemudian Drona memerintahkan Bima untuk mencari air kehidupan (tirta perwita) yang akan membuat Bima menjadimencapai sangattaraf saktitertinggi dalam olah rasa.<ref name="Yudhi"/> Perintah ini sesungguhnya hanyalah siasat untuk melenyapkan Bima supaya tidak turut berperang dalam Perang Baratayuda yang kala itu sedang dipersiapkan. Bima yang memiliki jiwa seorang murid tanpa bertanya langsung menjalankan titah sang guru. Ia berangkat menuju tempat-tempat berbahaya yang sudah ditentukan Drona. Bukannya mati, justru Bima mendapatkan berbagai kesaktian dari betara-betara yang ia temuai. Hingga akhirnya di Samudra Selatan ia bertemu dengan seorang Dewa kerdil bernama Dewa Ruci yang wajahnya menyerupai Bima sendiri. Besar dari Dewa Ruci tidak lebih besar dibanding telapak tangan Bima.<ref name="Hudi"/> Dewa Ruci memerintahkan Bima untuk memasuki telinga Dewa Ruci, sebuah perintah yang mustahil.<ref name="Hudi"/> Namun, dengan sebuah keajaiban, Bima berhasil masuk ke telinga Dewa kerdil itu dan di dalamnya Bima mendapati dunia yang maha luas.<ref name="Hudi"/> Dewa Ruci mengatakan bahwa air kehidupan tidak ada di mana-mana, percuma mencari air kehidupan di segala tempat di dunia, sebab air kehidupan berada di dalam diri manusia itu sendiri.
 
Bima memahami wejangan Dewa Ruci yang sesungguhnya adalah representasi dirinya sendiri, yang muncul dan memberi pengajaran kepadanya karena ia telah mematuhi segenap perintah gurunya (Drona) dengan sepenuh hati.
 
 
==Makna Religi Kisah Dewa Ruci==
Kisah Dewa Ruci ingin menyampaikan ihwal hasrat manusia yang terus dan terus ingin melacak keberadaan Yang Ilahi, dengan nalarnya ia melakukan penjelajahan.<ref name="Hudi">{{id}}M. Darwis Hude., Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Emosi Manusia di dalam Alquran, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, vi-vii</ref> Manusia disebut sebagai [[jagad cilik]] atau [[mikrokosmos]] atau dunia kecil, sedangkan semesta raya disebut sebagai [[makrokosmos]] atau [[jagad gede]] yang merupakan manifestasi dari Tuhan sendiri.<ref name="Hudi"/>
Dalam penjelajahan itu, sebelum orang melangkah lebih jauh ke dalam dirinya, ia niscaya melakukan pendefinisian diri.<ref name="Hudi"/> Sayangnya pendefinisian ini bukanlah tindakan yang mudah dilakukan. Karena, tiap kali pendefinisian itu, pada akhirnya justru mempersempit hakikat diri yang sesungguhnya.<ref name="Hudi"/> Pendefinisian selalu selalu saja hanya menghadirkan sepotong dari kenyataan yang kompleks.<ref name="Hudi"/>
 
Jagad mikrikosmos sama luasnya dengan jagad makrokosmos.<ref name="Hudi"/> Di sana, rahasia ke-Tuhanannya disembunyikan, "Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."<ref name="Hudi"/> Keyakinan ini mengendap dalam keyakinan orang-orang Jawa pada masa silam.<ref name="Hudi"/>