Henoteisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP20Benny (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP20Benny (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1:
[[Berkas:God creating the birds and the fishes mg 0018.jpg|right|200px|thumb|Tuhan yang dipercaya sebagai satu-satunya penguasa dan pencipta di bumi]]
'''Henoteisme''' adalah suatu pemahaman bahwa hanya ada satu [[dewa]] yang berkuasa di dalam dunia tanpa memungkiri akan keberadaan dewa-dewa lainnya.<ref name="Gea">(Indonesia) Antonius Atosokhi Gea. 2004. Character Building III Relasi Dengan Tuhan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.</ref><ref name="Badudu"> J.S.Badudu. 2003. Kamus kata-kata serapan asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbut Buku Kompas. hlm 133.</ref> Henoteisme juga dipahami sebuah tahap keagamaan yang berada di antara [[politeisme]] ke [[monoteisme]].<ref name="Macdonald">(English) Natan Macdonald. 2012. Deuteronomy and the Meaning of "Monotheism": 2nd Edition. Tubingen: Mohr Siebeck.Hlm 54.</ref> Tahap keagamaan yang dimaksud adalah Tahap perubahan keyakinan dari keyakinan bahwa ada banyak dewa yang berkuasa (politeisme] sampai keyakinan bahwa hanya ada satu dewa berkuasa (monoteisme).<ref name="Macdonald"/> Henoteisme mempunyai [[sinonim]] yaitu [[monolatrisme]].<ref name="Macdonald"/> Secara implisit, pemahaman henoteisme ini dapat ditemukan dalam salah satu tokoh [[Alkitab]] yaitu [[Musa]].<ref name="Macdonald"/> Dalam kaitannya dengan [[ibadah]] atau penyembahan, henoteisme dilihat sebagai suatu ibadah yang secara temporal dilakukan terhadap satu dewa yang dianggap berkuasa.<ref name="Macdonald"/> Namun, dewa yang dianggap berkuasa tersebut menyerap dewa-dewa lainnya.<ref name="Macdonald"/>
 
== Deskripsi ==
Baris 7:
== Asal Mula ==
[[Berkas:Friedrich Wilhelm Joseph von Schelling.png|right|200px|thumb|Friedrich Schelling]]
Pada mulanya, istilah henoteisme digunakan untuk melihat sistem kepercayaan di [[Mesir]] dan [[Israel]].<ref name="Smith">(English) Mark S. Smith. 2008. God in Translation: Cross Cultural Recognition of Deity in Biblical World. Tubingen: Mohr Siebeck.</ref> Mesir dan Israel memperlihatkan sistem kepercayaan kepada satu dewa.<ref name="Smith"/> Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana melihat perbedaan dari sistem kepercayaan tersebut.<ref name="Smith"/> Pertanyaan ini menuntut sebuah jawaban yang didasarkan pada pertimbangan yang matang.<ref name="Smith"/> Istilah henoteisme merupakan sebuah usaha untuk merangkul perbedaan dari sistem kepercayaan tersebut.<ref name="Smith"/> Dalam dunia akademis, istilah ini muncul dalam diskusi [[agama]]-agama.<ref name="Smith"/> Istilah henoteisme muncul pada abad 19 oleh seorang yang bernama [[F. Max Muller]].<ref name="Smith"/> Tokoh lain yang memakai istilah henoteisme sebelum F. Max Muller adalah [[Friedrich Schelling]].<ref name="Smith"/>F. Max Muller menggunakan istilah henoteisme untuk memahami bahwa ada satu dewa yang berkuasa di atas dewa-dewa lain.<ref name="Smith"/> Kuasa ini yang memungkinkan dewa ini memiliki posisi di atas dewa-dewa lainnya.<ref name="Smith"/><ref name="Dhavamony"> Mariasusai Davamhony. 1995. Fenomenologi Agama. Yogyakarta:Kanisius. Hlm 124.</ref> ide tentang henoteisme ini muncul saat Muller membaca kitab [[Weda]].<ref name="Smith"/> Selain F. Max Muller, tokoh lain yang juga memakai istilah henoteisme adalah [[Henk S. Versnel]].<ref name="Smith"/> Versnel memakai istilah henoteisme untuk membaca sistem kepercayaan di [[Romawi]].<ref name="Smith"/> Bagi Versnel, istilah henoteisme cocok dengan sistem kepercayaan di Romawi.<ref name="Smith"/>
 
== Reference ==