Adinegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Menghapus pranala luar ganda/dobel.
BP49Khoirur (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 28:
Adinegoro terpaksa memakai nama samaran karena ketika bersekolah di STOVIA ia tidak diperbolehkan menulis. Padahal, pada saat itu keinginannya menulis sangat tinggi. Maka digunakan nama samaran Adinegoro tersebut sebagai identitasnya yang baru. Ia pun bisa menyalurkan keinginannya untuk mempublikasikan tulisannya tanpa diketahui orang bahwa Adinegoro itu adalah Djamaluddin gelar Maradjo Sutan. Oleh karena itulah, nama Adinegoro sebagai sastrawan lebih terkenal daripada nama aslinya, Djamaluddin.
 
Adinegoro sempat mengenyam pendidikan selama empat tahun di [[Berlin]], Jerman. Ia mendalami masalah jurnalistik di sana. Selain itu, ia juga mempelajari [[kartografi]], [[geografi]], [[politik]], dan [[geopolitik]]. Tentu saja pengalaman belajar di Jerman itu sangat banyak menambah pengetahuan dan wawasannya, terutama di bidang jurnalistik. Adinegoro, memang, lebih dikenal sebagai wartawan daripada sastrawan.
 
Ia memulai kariernya sebagai wartawan di majalah Caya Hindia, sebagai pembantu tetap. Setiap minggu ia menulis artikel tentang masalah luar negeri di majalah tersebut. Ketika belajar di luar negeri ([[1926]]—[[1930]]), ia nyambi menjadi [[wartawan bebas]] pada [[surat kabar]] ''[[Pewarta Deli]]'' ([[Kota Medan|Medan]]), [[Bintang Timur]], dan [[Panji Pustaka]] ([[Batavia]]).