Bahasa Belanda di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
 
Mereka yang bisa berbahasa Belanda memiliki hak-hak lebih banyak. Budak yang bisa berbahasa Belanda boleh memakai topi dan wanita pribumi yang bisa berbahasa Belanda boleh menikah dengan orang Eropa.
[[Berkas:nederlandsch indie 1893.jpg|thumb|right|450px|Hindia- Belanda]]
 
Di [[Maluku]] dan di [[Batavia]] didirikan sekolah-sekolah Belanda. Tetapi tidak semua orang boleh bersekolah di sana: jumlah sekolah tidak banyak dan hanya kaum elit yang diperbolehkan masuk. Di sekolah mereka menuturkan bahasa Belanda namun di rumah biasanya sejenis [[bahasa Melayu]] atau [[bahasa Jawa]].
 
=== Abad ke-20 ===
[[Bahasa Melayu]] menjadi semakin penting, dan merupakan [[lingua franca]] di beberapa jajahan tetangga seperti [[Malaka]], [[Singapura]] dan [[Brunei]]. Sejak abad ke-20 bahasa Belanda semakin menyebar di Indonesia dan banyak digunakan untuk percakapan sehari-hari. Pada 1942, ketika menduduki [[Hindia- Belanda]], Jepang melarang penduduk Indonesia menggunakan bahasa Belanda dan hanya memperbolehkan bahasa Asia, seperti bahasa Indonesia dan [[bahasa Jepang]].
 
=== Setelah kemerdekaan ===
Baris 63:
{{Bahasa Indonesia}}
[[Kategori:Bahasa Belanda]]
[[Kategori:Hindia- Belanda]]
[[Kategori:Bahasa Indonesia]]