Musik Melayu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Firman Putra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler
Salmansyah (bicara | kontrib)
Baris 7:
Dalam kiprahnya aliran ini sempat populer di era '80-an bahkan memasuki era "puncak kegemilangan" di era '90-an. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya penyanyi & grup [[band]] [[Melayu]], dan pendatang baru yang bermunculan dengan lagu-lagu andalan masing-masing.
 
== Sejarah Perkembangan Musik Melayu ==
Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari [[Qasidah]] yang berasal sebagai [[kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara]] pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair yang dipakai adalah semula dari [[Gurindam]] yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian dipakai juga untuk mengiringi tarian.<ref> Sunaryo Joyopuspito, MUSIK DANGDUT, ''Suatu kajian sejarah dan analisis teori musik'', Bina Musik Remaja 2011 </ref>
Pada waktu sejak dibuka [[Terusan Suez]] terjadi arus migrasi orang [[Arab]] dan [[Mesir]] masuk Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik [[Gambus]] dan bermain [[Musik Arab]]. Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair [[Gurindam]] dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dlsb.
Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja gaya permainan musik ini sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai [[Qasidah]], karena perkembangan masa ini tidak hanya menyanyikan syair [[Gurindam]], tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian dan pengiring tarian khas [[Orang Melayu]] pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia.
Dengan perkembangan teknologi elektronik sekitar setelah tahun 1950, maka mulai diperkenalkan pengeras suara, gitar elektri, bahkan perkembangan keyboard. Dan tak kalah penting adalah perkembangan industri rekaman sejak tahun 1950.
 
'''Sejarah
musik rock melayu''' berawal pada Malaysia dan Singapura bermula secara
meluas pada tahun 1980-an. Hal ini karena adanya pengaruh dari budaya
musik rock barat 70-80an yang bernuansa aliran Glam Rock, Metal &
Heavy Metal seperti Kiss, Iron Maiden, White Snake, Motley Crue, Deep
Purple, Van Halen, Scorpions, Rising Force, Survivor, Quiet Riot,
Rainbow, Bon Jovi, Cinderella, Judas Priest, Helloween, Uriah Heep,
W.A.S.P, TNT, Metallica, Megadeth, White Lion, Poison, Skid Row, AC/DC,
Def Leppard, Led Zeppelin, Twisted Sister, Black Sabbath, dan banyak
lagi selanjutnya juga ada pengaruh dari Jepang (Asia) seperti Loudness,
Earthshaker, dll sehingga mendorong kemunculan band-band rock Malaysia
dan Singapura hadir dan berkembang pada saat itu. Lalu
di Malaysia memunculkan dengan adanya pertandingan rock seperti Juara
Rock, Festival Rock dan Battle Of The Bands. Pertandingan rock atau
diistilahkan dalam bahasa orang melayu yaitu “pertandingan kejuaraan
rock kebangsaan” yang pertama diadakan dengan adanya pertandingan Juara
Rock tahun 1983. Dalam pertandingan ini, telah dimenangkan oleh
D’Febians dan The Lefthanded. Selanjutnya dengan begitu banyaknya
sambutan dan antusias oleh kalangan anak-anak muda disana akhirnya
pertandingan Juara Rock muncul kembali di tahun 1984 dimana The Bunmark
meraih juara pertama, Hurricane berada pada juara kedua dan juara ketiga
oleh band Gersang.
 
Seiring dengan sambutan dan antusias oleh masyarakat yang semakin tinggi terhadap
<nowiki> </nowiki>pertandingan Juara Rock akhirnya memunculkan pertandingan kejuaran yang
<nowiki> </nowiki>lain seperti adanya Festival Rock di tahun 1984 di Johor Bahru.
Keberadaan pertandingan juara-juara rock ini secara langsung telah
mencetuskan semakin banyaknya band-band rock baru bermunculan. Musik
rock di Malaysia begitu luar biasa dan berada pada kondisi kejayaan
dengan adanya Battle Of The Bands 1 dan 2 (1986-1987) dimana pesertanya
yaitu band SYJ, Lefthanded, Ella & The Boys, Boodshed dan
Whitesteel. Salah satu dari keunikan dari mereka adalah gaya
<nowiki> </nowiki>berpakaiannya yang begitu mencolok saat berada di panggung seperti band
<nowiki> </nowiki>SYJ (Syed Yusuf Jamalulail) begitu terang-terangan berpenampilan
seperti apa yang dikenakan oleh band Motley Crue dari rambut gondrong,
busana glamour sampai memakai make up.
 
Perkembangan
<nowiki> </nowiki>rock di Malaysia begitu sangat menggairahkan hingga memunculkan
pertandingan rock yang sejenis seperti Clash Of TheBands, War Rock dari 1
<nowiki> </nowiki>hingga 4, Gagasan Hikayat Rock, Gagasan Batu-Batu Perjuangan, Juara
Kumpulan Muzik Tenggara 88, Juara Rock Galactica dan Pesta Hiburan
Kingsway. Bagaimanapun pandangan rock sempat tercoreng dengan adanya
kerusuhan pada 2 September 1986 di halaman area Sungai Nibong, Pulau
Pinang dengan diselenggarakannya konsert Battle Of The Bands. Pada
<nowiki> </nowiki>saat itu diperkirakan ada 5000 penonton yang hadir, kebanyakan adalah 
masyarakat golongan remaja dan anak muda. Namun pada pertengahan acara
penonton yang begitu fanatik seakan terbawa suasana konsert hingga lepas
<nowiki> </nowiki>kendali, dimana band-band tersebut sebagian besar membawakan lagu-lagu
yang beriramakan Heavy Metal. Suasana konsert menjadi kacau, botol
minuman, batu, sampah dan kursi bertebangan. Orang-orang berlarian dan
sampai terjadinya adu pukul hingga korban luka-luka. Aparat yang ada
disana  dengan jumlah terbatas mengalami kesulitan mengendalikan amuk
masa dan hanya bisa mengevakuasi peserta band Battle Of The Bands
(sumber. <nowiki>http://www.muzikrock.com</nowiki>).
 
Pengaruh
<nowiki> </nowiki>musik rock Malaysia ternyata juga sedikit dipengaruhi oleh musik
Indonesia. Keberadaan mereka sempat menjadi idola seperti adanya
penyanyi era 70an dengan permainan nuansa akustik gitarnya yaitu Ebit G
Ade. Ada beberapa musisi Malaysia yang mencoba menyanyikan lagunya
seperti band Sweet Charity dengan mengaransemennya menjadi musik slow
rock diantaranya lagu Kamelia. Lalu juga ada D’llyod dan The Mercy’s
yang sempat diminati oleh para musisi Malaysia seperti Atan vokalis dari
<nowiki> </nowiki>band Aryan ternyata menyukai dan sempat terpengaruh pada musiknya.
Selanjutnya tidak ketinggalan juga dengan keberadaan band God Bless yang
<nowiki> </nowiki>sudah populer sejak era 70an dan masih ada lagi penyanyi-penyanyi
lainnya.
 
Pada
<nowiki> </nowiki>tahun 1988 s/d 1993 adalah masa era keemasan rock Malaysia. Betapa
begitu banyaknya band-band rock baru bermunculan dengan albumnya seperti
<nowiki> </nowiki>Arena, Lestari, Aryan, Melissa, Handy Black, Kejora, Zodiak, Putra,
Fotograf, GAMMA, Teras, Blackrose, CRK, Hidayu, Qiara, Garuda, Olan,
Sweat, Ekamatra, Mercury, Lipan Bara, Iklim, Scarecrow (MASA), Sera,
Menara, Evolusi, Erat, Garuda, Skala, Dinamik, Okid, Analisa, Dayana,
Vagrant, Rajawali, G.E.T, Stra T.G, Illusi, Les Mayor, Loving Born,
Strangers, Desire, Cinema, Sherox, Crossfire, Metafora, Terra Rossa,
XPDC, Wild Age, UG14, Teja, MAY, Viking, Hevea, Belantara, dan banyak
lagi. Lalu di Singapura juga ada band rock seperti Lovethunters, FF
(Flaying Funeral), Justice, Aces, Oblivion, Rockerz/s, Rusty Blade,
Helter Skelter dan banyak lagi. Hingga dari Brunai Darussalam pun sempat
<nowiki> </nowiki>juga meramaikan dengan adanya band Printis. Lalu banyak juga musisi
laki-laki tampil secara solo seperti Rahim Maarof, Kamal, Ramli Sarif,
Azmeer, dll. Penyanyi solo wanita yang distilahkan dengan Awek Rocker
juga ikut ambil bagian seperti Ella, Wohnen, Tila, Shima, dll. Sementara
<nowiki> </nowiki>itu juga ada bermunculan band-band yang lebih memilih dengan membawa
aliran Underground dari subgenre Trash Metal, Black Metal seperti
Cromok, FTG, Samurai, dll.
 
Pada
<nowiki> </nowiki>masa era keemasan rock Malaysia di tahun 1988 masa itu ternyata bukan
tanpa masalah. Band-band rock tidak diperkenankan ”diharamkan” berada di
<nowiki> </nowiki>ruang stasiun elektronik milik Kerajaan (pemerintahan di Malaysia)
seperti Radio dan TV RTM. Hal ini disebabkan oleh penampilan dari
kebiasaan mereka berambut gondrong dan berpakaian glamour seperti
menggunakan celana ketat, baju tanpa lengan, adapun yang lengkap dengan
jaket kulit berwarna hitam yang dipandang negatif oleh masyarakat dan
pihak Kerajaan. Bila ingin tampil mereka harus memotong rambut mereka
dan berpakaian lebih sederhana dan sewajarnya, itu pun lagunya dibatasi
dengan irama slow rock dan Rock Balada. Sedangkan
<nowiki> </nowiki>irama Heavy Metal, Rock N Roll, Hard Rock dibawakan pada saat konsert
saja. Hal ini merugikan industri musik Malaysia dalam perkembangannya.
Namun saluran media swasta yaitu TV3 pada saat itu ternyata tidak
menghalangi menampilkan band-band rock. Sehingga banyak dari mereka
berpindah ke stasiun tersebut dan menjadikan TV3 sebagai tempat saluran
utama band-band rock untuk mengasah bakatnya.
 
Kepopuleran
<nowiki> </nowiki>Rock Malaysia pada masa keemasannya juga sampai ke Indonesia, ditandai
dengan kemunculan Search dengan lagu hits andalannya yaitu Issabella di
tahun 1989 dan sempat dibuat filmnya dari judul lagu tersebut di tahun
1990 yang dibintangi oleh pemeran utama Amy Search dan Nia Zulkarnain.
 Kemudian banyak band-band rock Malaysia bermunculan membanjiri pasar
Indonesia dari media elektronik seperti Radio dan Televisi serta kaset
albumnya. Diantaranya Iklim, MAY, Ruhil & Metal Child, Dinamik,
Arena, Wings, Ukays (Ukay), Senario, Samudera, Damasutra, S.O.S, Sweat,
Mercury, Mega, Dinamik, Sofea, Ekamatra, XPDC, Kalahari, Classmate,
Gersang, GAMMA, Melissa, Lipan Bara, Cinema, Exists (Exist), Lela,
Menara, Febians, Spring, Okid, Lagenda, Alfa, Roses,  dan banyak lagi.
Salah satu perusahan label kaset album rock Malaysia  di Indonesia
adalah Akurama Records (Indonesia). Pada masa itu Akurama Records tidak
pernah mengedarkannya dalam bentuk keping CD. Selanjutnya bermunculan
perusahaan label rocord lain dari Indonesia yang mengedarkan kaset album
<nowiki> </nowiki>Rock Malaysia seperti BLACKBOARD, Musica Studios, EMI, dll. Antara
edaran album Rock Malaysia di Indonesia dengan di Malaysia berbeda.
Album Rock Malaysia di Indonesia biasanya menggunakan lagu andalan atau
hits sebagai nama albumnya atau diganti dari asal nama albumnya. Uniknya
<nowiki> </nowiki>mereka (musisi/penyanyi band rock dari Malaysia) tidak terlalu
mengetahui ternyata albumnya juga sampai dipasarkan ke Indonesia. Hasil
keuntungan dari penjualan album yang berada di Indonesia hanya diraup
oleh pihak pengedar.
 
Rupanya
<nowiki> </nowiki>di awal tahun 1990-an muncul juga band-band rock dari Indonesia sempat
terpengaruh dari rock Malaysia seperti band Caesar, Keyboard Rock Band,
Lochness,dll. Lalu ada juga penyanyi wanita seperti Cut Irna, Poppy
Mercury, Inka Christie, kemudian ada Nike Ardilla yang merupakan didikan
<nowiki> </nowiki>dari Deddy Dores. Deddy Dores yang sebelumnya pernah bermain band
bersama Lipstik dan Caezar cukup andil besar terhadap perkembangan musik
<nowiki> </nowiki>rock melayu di Indonesia dengan karya-karya nya yang berimakan Slow
Rock, sebagian besar bertemakan tentang cinta. Begitu Banyak sudah Deddy
<nowiki> </nowiki>Dores mempopulerkan penyanyi  Lady Rocker seperti Anie Carera, Tiara,
Tresita, Nin Samantha, Mayang Sari, Lady Avisha, Ikko, dll.
 
Begitu
<nowiki> </nowiki>luar biasanya kepopuleran musik Malaysia sempat menguasai pasar di
Indonesia membuat keberadaan mereka dibatasi. Bila ingin tampil di
Televisi ( Stasiun TVRI pada saat itu) dan stasiun radio mereka harus
merubah atau menyesuaikan judul dan lirik lagu ke dalam bahasa
Indonesia. Selain itu ada juga penyanyi solo dari Malaysia mesti berduet
<nowiki> </nowiki>dengan penyanyi Indonesia juga pada albumnya seperti apa yang
dilakukan  oleh Amy Search dengan Inka Christie, Rahim Maarof dengan
Conny Dio, dll.
 
Kembali
<nowiki> </nowiki>kepada perkembangan musik Rock Malaysia dan Singapura pada pertengan
tahun 1990-an muncul istilah populer untuk sebutan Rock Melayu yaitu
”Rock Kapak”. Entah kapan, dari mana dan siapa secara jelas yang memulai
<nowiki> </nowiki>istilah ”Rock Kapak” ini. Ada yang bilang ceritanya dulu ketika ada
sekumpulan anak-anak muda di pinggir jalan sedang menyanyi dengan
gitarnya membawakan lagu dari band Search tanpa diduga ada masyarakat
yang sedang membawa kapak mengejar mereka karena menggangu ketentraman
kampung. Lalu ada juga yang bilang band-band rock tersebut memainkan
drumnya seolah-olah sedang menabuh (benda) kapak. Namun Rock Kapak dapat
<nowiki> </nowiki>dipahami sebagai istilah untuk  penyebutan rock dulu-dulu. Seumpama
kapak adalah benda zaman batu (purbakala) dibandingkan sekarang berada
di zaman lebih modern. Istilah selain Rock Kapak atau Era Rock Kapak
juga ada yang cukup populer seperti Rock Zaman Batu, Rock Dulu-Dulu,
Rock Klasik, Rock Otai, Era (Kegemilangan) Rock, Rock Kangkang. Untuk
musisi yang berambut gondrong dengan segala atribut pakaiannya sudah ada
<nowiki> </nowiki>sejak era 80an diistilahkan ”Sempoi” oleh anak-anak muda ataupun mereka
<nowiki> </nowiki>yang berpenampilan sama. Di awal 90an ada juga muncul istilah untuk
sebutan lagu slow rock yaitu ”Tangkap Lentuk/Lentok”. Biasanya
kebanyakan ”Tangkap Lentuk/Lentok” lagu-lagunya adalah bertemakan
tentang cinta namun ada juga tentang ketuhanan dan sosial walau tidak
terlalu didominasi. Istilah selain ”Tangkap Lentok” adalah seperti Rock
Leleh, Rock Cintan. Keunikan dari ciri khas musik slow rock mereka
adalah kadang biasanya menambahkan berupa instrumen melayu dengan
balutan distorsi gitar elektrik ataupun akustik. Ada juga dipadukan
dengan istrumen keyboard.. Lalu ciri khas lain permainan dari peran lead
<nowiki> </nowiki>guitar biasanya akan menampilkan gitar solo pada pertengahan dimasa
lagu sedangkan peran rythm guitar lebih sebagai pelengkap lead guitar.
Selain itu lirik yang puitis dari estetika bahasa yang indah juga
menjadi kelebihannya
 
Sekiranya
<nowiki> </nowiki>ada 3-5 lagu berirama slow rock dan biasanya salah satu menjadi lagu
hits andalan pada album mereka. Walaupun sejatinya dominasi mereka
adalah lagu-lagu cadas yang beriramakan Hard Rock, Heavy Metal. Musik
cadas mereka seakan sedikit tenggelam lantaran didorong oleh kehendak
dan pertimbangan pasar untuk menyanyikan lagu slow rock. Hal ini tidak
bisa dipungkiri karena salah satu faktor cukup besar dari kesuksesan
penjualan album mereka  adalah musik slow rock ini. Kejadiannya dimulai
sejak akhir 80an dan awal 90an yang menjadi buah bibir perbincangan oleh
<nowiki> </nowiki>masyarakat dan wartawan pada saat itu. Orang yang kurang menyukai
lagu-lagu cadas lebih suka memilih lagu-lagu slow rocknya. Walaupun
begitu gaya dan pengaruh dari Glam Rock, Metal & Heavy Metal  dari
Barat dan Asia 70-80an masih kekal adanya.
 
Semenjak
<nowiki> </nowiki>itu dari perkembangannya juga di Indonesia, masyarakat lebih mengenal
musik rock Malaysia  pada awamnya terlanjur disebut sebagai istilah
”Slow Rock Malaysia/Melayu” selain itu ada juga yang mengistilahkannya
dengan sebutan  Rock Melayu, Malaysian Blues, Rock Balada Malaysia,
Musik Melayu. Musisi band/penyanyinya pun juga ikut terlanjur disebut
”Band/Penyanyi Slow Rock (Malaysia/Melayu) oleh masyarakat Indonesia
sendiri.  Istilah ”Rock Kapak” tidak begitu populer di Indonesia.
 Kalaupun ada yang pernah dengar istilah ”Rock Kapak” mungkin akan
terdengar unik, aneh dan lucu. Sebenarnya bila mendengar  musik mereka
yang berirama cadas dari segi permainan musikalitasnya tidak perlu
diragukan, skill mereka juga tinggi, ganas, liar dan berani.
 
Pada
<nowiki> </nowiki>perkembanganya di tahun 1994 s/d 1997 masih banyak kembali band-band
rock pendatang baru bermunculan seperti Stings, EYE, Umbrella, Leon,
To’ki, Screen, Versi, AXL’s, Fair, Arrow, Espiranza, Data, Sejati,
Samudera, dll serta band-band 80-awal 90an ada yang kembali aktif. Dalam
<nowiki> </nowiki>masa ini penampilan cara berpakaian mereka cenderung mulai lebih polos
dari sebelumnya. Mereka tidak lagi berpenampilan glamour. Rambut
gondrong masih ada namun tidak terlalu mendominasi lagi. Musik berirama
slow rock masih menjadi andalan mereka namun masih ada tetap terselip
lagunya yang berirama cadas.
 
Kemudian
<nowiki> </nowiki>di tahun 1997 s/d 2001 band-band pendatang baru dengan suasana lebih
segar dan mulai kearah modern memberikan suasana baru dalam
perkembangannya seperti adanya Scoin, Spin, Scorr, Jelmol, Sup, Spoon,
Data, dll. Ciri khas musik mereka begitu lebih kental nuansa
kemelayuannya secara totalitas. Warna suara sang vokalis terdengar
mengalun mendayu-dayu serasa merintih. Biasanya lirik lagu bertemakan
tentang cinta kesedihan yang mengharu biru. Kemudian muncul lagi istilah
<nowiki> </nowiki>populer yaitu ”Rock Jiwang” untuk sebutan mereka. Tidak bisa dipungkiri
<nowiki> </nowiki>istilah ”Rock Jiwang” menjadi sebuah subgenre baru untuk Rock Melayu
selain ”Rock Kapak”. Istilah sejenis selain  ”Rock Jiwang” yang juga
populer seperti Rock Leleh, Rock Cintan, Rock Lentok Punya. Pada masa
itu juga hadir band-band baru dari sekumpulan anak-anak muda remaja
seperti New Boyz, Boboy, Q-face, dll yang mengusung aliran Slow/Pop
Rock. Istilah ”Rock Jiwang” boleh juga disebut lagu-lagu slow rock yang
berada di era 80an dan awal 90an. Memang agak sedikit membingungkan
karena ada sebagian orang juga menyebut band-band ”Rock Jiwang” adalah
bagian dari Rock Kapak, disisi lain sebagian besar orang lebih suka
membedakannya. Namun boleh dikatakan band ”Rock Jiwang” sebagai bagian
dari ”Rock Dulu-Dulu”. Sementara itu band-band lama era80an dan awal
90an sudah berangsur tidak aktif lagi atau bubar serta juga banyak
memilih bekerja diluar dari bidang musik. Kemudian sebagian dari mereka
membentuk band baru dan ada juga yang lebih memilih bersolo karir.
Rupanya keberadaan seperti Search, MAY, Wings, Handy Black, Bloodshed,
dan puluhan band lain dari angkatan era lama masih tetap terdengar
gaungnya dan tetap berjaya hingga awal tahun 2000an.
 
Kembali
<nowiki> </nowiki>ke Indonesia di tahun 1997 s/d 2001 rock melayu masih tetap ada
pengaruhnya. Deddy Dores masih tetap menghadirkan penyanyi-penyanyi Lady
<nowiki> </nowiki>Rockers  dengan karya-karyanya yang sering menjadi hits. Adapun
penyanyi wanita yang dihadirkan dari hasil pencarian (audisi) seperti
Sonia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat dimana lagu-lagunya sebagian
<nowiki> </nowiki>besar adalah karya oleh Iwan. Kemudian juga penyanyi solo laki-laki
seperti Rudiath, Iwan, Ferhad Najib, Darmansyah, Sultan, Adi Sahrul,
dll. Lalu ada band Gen Rose kemudian ada Fenomena dari Jakarta tahun
1998 dan band Asahan dari Kab. Asahan, Sumatera Utara tahun 1999
meramaikan musik rock melayu. Tidak sedikit masyarakat Indonesia sendiri
<nowiki> </nowiki>mengira mereka  adalah artis penyanyi dari Malaysia lantaran aliran
musik yang mereka bawa.
 
Pada
<nowiki> </nowiki>tahun 1999 musik dan edaran album Rock Malaysia berangsur mulai
dibatasi di Indonesia. Hingga tahun 2005 sudah jarang atau tidak
terlihat lagi. Kalaupun ada album baru dari mereka itupun cuma beberapa
saja yang beredar ataupun album kompilasi dari ambilan lagu-lagu lama.
Perkara ini ternyata sedikit terobati dengan hadirnya penyanyi-penyanyi
beraliran slow rock nuansa melayu dari Padang, Sumatera Barat seperti
Thomas Arya, Nelson’s, Yelse kemudian tahun-tahun berikutnya muncul
pendatang baru dari daerah tersebut seperti Febian, Rhiena, Jhon Kinawa,
<nowiki> </nowiki>Anton, Delta, Yulis Udo, Vina, JQ, Guslian, Sania, Boy Sandy, Rhenyma,
dll.
 
Sejak
<nowiki> </nowiki>tahun 2001 hingga memasuki lewat 2010 industri musik Malaysia
didominasi oleh musik dari Indonesia. Ada beberapa band lama seperti
band Exists yang sejak 2001 sudah merubah alirannya menjadi Rock
Progresif dan unsur kemelayuannya sudah diminimalisir. Kemudian banyak
band-band baru hadir dengan memilih kejalur indie. Kalau di dengar
sekilas mirip dengan lagu band-band Indonesia. Lirik lagu nya juga
cenderung lebih sederhana dari  kosa kata yang awam sering didengar.
Namun dalam keadaan itu ternyata band-band dengan aliran underground
dari subgenre Black Metal, Trash Metal, Nu Metal, dll. muncul
memeriahkan dalam industri musik Malaysia dan juga Singapura seperti
hadirnya kembali band Cromok, lalu ada juga hadir seperti Metalasia, Sil
<nowiki> </nowiki>Khannaz, Herriot, As-Sahar, dll. Kemudian ada band baru seperti
Khalifah yang membawa aliran dari pengaruh Rock Kapak 80-90an dengan
kombinasi yang lebih modern dari aliran Hard Rock berbalut nuansa ala
Timur Tengah, unsur kemelayuan juga masih ada.
 
Musik
<nowiki> </nowiki>Rock Melayu tidak bisa dipungkiri menjadi bagian dari genre atau aliran
<nowiki> </nowiki>musik yang berkembang di negara serumpun (Malaysia, Singapura,
Indonesia dan Brunai Darussalam) dan memiki penikmatnya sendiri yang
juga banyak. Walaupun kadang dari kalangan masyarakat aliran ini
menyebutnya dengan istilah musik cengeng, kampungan, ketinggalan zaman,
kuno, dan sebagainya. Semoga dengan mengetahui sejarah dan filosofi dari
<nowiki> </nowiki>musik Rock Melayu membuat kita tidak langsung serta merta hanya
memproklamirkan sebuah lagu Slow Rock nya saja dengan ciri khasnya
vokalnya yang mendayu-dayu melengking dengan balutan khas distorsi musik
<nowiki> </nowiki>instrumen melayu nya. Jangan pula dibilang musik yang berirama cadas
bukan tidak berarti juga masuk bagian dari Rock Melayu. Harapan
terakhir, semoga musik Rock Melayu dapat berkembang dan dapat sejajar
dengan genre musik lain seiring dengan perkembangan zaman yang ada dan
hadir dengan menciptakan karya-karya yang baru. Salam Rock \m/..!!! (Penulis. M. Husnun Nashar, Lokasi<nowiki> </nowiki>: Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia)
 
== Klasifikasi Musik Melayu ==