Suku Dayak Ngaju: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dekagerzon (bicara | kontrib)
k edit referensi
Dekagerzon (bicara | kontrib)
k edit referensi
Baris 46:
* [[Suku Dayak Beraki (Bara-ki)]] (sudah punah)<ref>{{id icon}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=sU4OAQAAMAAJ&q=DAYAK+BERAKI&dq=DAYAK+BERAKI&hl=id&ei=kiy5TZm1BsmrrAeAuuncBA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDoQ6AEwAA |title=Ensiklopedi suku bangsa di Indonesia|volume= 1 |publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year= 1995|first=M. J. |last=Melalatoa}}</ref>
 
==Asal Mula<ref><span class="reference-text"><span style="font-size:11.0pt;line-height: 115%;font-family:&quot;Calibri&quot;,&quot;sans-serif&quot;;mso-fareast-font-family:&quot;Times New Roman&quot;; mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-ansi-language:#0021;mso-fareast-language: IN;mso-bidi-language:AR-SA" lang="id">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. <a class="new" title="Manaser Panatau Tatu Hiang (halaman belum tersedia)" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Manaser_Panatau_Tatu_Hiang&action=edit&redlink=1">Manaser Panatau Tatu Hiang</a>.</span></span></ref>==
Tentang leluhur asal usul Dayak Ngaju dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan sejarah tentang orang Dayak Ngaju. Dalam sejarahnya leluhur Dayak Ngaju diyakini berasal dari kerajaan yang terletak di lembah pegunungan Yunan bagian Selatan, tepatnya di Cina Barat Laut berbatasan dengan Vietnam sekarang. Mereka bermigrasi secara besar-besaran dari daratan Asia (Provinsi Yunan, Cina Selatan) sekitar 3000-1500 SM.
 
Menurut Tetek Tatum leluhur orang Dayak Ngaju merupakan ciptaan langsung Ranying Hatalla Langit yang sempurna, yang ditugaskan untuk menjaga bumi dan isinya agar tidak rusak. Leluhur Dayak Ngaju diturunkan melalui Palangka Bulau dalam tiga bentuk, yaitu Tantan Puruk Pamatuan, Tatan Liang Mangan Puruk Kaminting, dan Puruk Kambang Tanah Siang. Pendapat lain menyatakan sebanyak empat bentuk, yaitu Di Tantan Puruk Pamatuan, hulu sungai Kahayan dan Barito, Di Tantan Liang Mangan Puruk Kaminting, Di Tatah Takasiang, hulu Rakaui Malahui, Di Pueruk Kambang, dan Tanah Siang.
 
==Kepercayaan & Kebudayaan<ref><span class="reference-text"><span style="font-size:11.0pt;line-height: 115%;font-family:&quot;Calibri&quot;,&quot;sans-serif&quot;;mso-fareast-font-family:&quot;Times New Roman&quot;; mso-fareast-theme-font:minor-fareast;mso-ansi-language:#0021;mso-fareast-language: IN;mso-bidi-language:AR-SA" lang="id">Nila Riwut. 2003 Tjilik Riwut. Manaser Panatau Tatu [[Hiang]]</span></span>Hiang.</ref>==
'''Kaharingan''' adalah [[kepercayaan]] tradisional [[suku Dayak]] di [[Kalimantan Tengah]], ketika agama lain belum memasuki Kalimantan.<ref name="Politik dan postkolonialitas di Indonesia">{{en}}{{cite book|first=A. Budi| last=Susanto | coauthors= | title=''[http://books.google.co.id/books?id=hl-5ZE620VIC&lpg=PA264&dq=kayu%20tangi&pg=PA262#v=onepage&q=kayu%20tangi&f=false Politik dan postkolonialitas di Indonesia]'' | publisher=Kanisius | year=2003 | isbn=9789792108507}}ISBN 979-21-0850-5</ref> <ref>[http://books.google.co.id/books?id=kFqf1tqosvAC&lpg=PR37&dq=kaharingan&pg=PR37#v=onepage&q=kaharingan&f=true {{id}} Fr. Wahono Nitiprawiro, Moh. Sholeh Isre, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS), Teologi pembebasan: sejarah, metode, praksis, dan isinya, PT LKiS Pelangi Aksara, 2000 ISBN 979-8966-85-6, 9789798966859]</ref> Istilah Kaharingan artinya tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah ''danum kaharingan'' (air kehidupan),<ref>[http://books.google.co.id/books?id=rTiifZ-SlaEC&lpg=PA139&dq=kaharingan&pg=PA139#v=onepage&q=kaharingan&f=true {{id}} Fridolin Ukur, Tuaiannya sungguh banyak: sejarah Gereja Kalimantan Evanggelis sejak tahun 1835, BPK Gunung Mulia, 2000 ISBN 979-9290-58-9, 9789799290588]</ref> maksudnya agama suku atau kepercayaan terhadap [[Tuhan Yang Maha Esa]] (''Ranying''), yang hidup dan tumbuh secara turun temurun dan dihayati oleh masyarakat Dayak di Kalimantan. Pemerintah [[Indonesia]] mewajibkan penduduk dan warganegara untuk menganut salah satu [[agama]] yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. Oleh sebab itu, kepercayaan Kaharingan dan religi suku yang lainnya seperti [[Tollotang]] (Hindu Tollotang) pada [[suku Bugis]], dimasukkan dalam kategori [[agama]] [[Hindu]] sejak 20 April 1980,<ref>[http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA244&dq=kaharingan&pg=PA244#v=onepage&q=kaharingan&f=true {{id}} A. Budi Susanto, Masihkah Indonesia, Kanisius, 2007 ISBN 979-21-1657-5, 9789792116571]</ref>, mengingat adanya persamaan dalam penggunaan sarana kehidupan dalam melaksanakan ritual untuk korban (sesaji) yang dalam agama Hindu disebut ''[[Yadnya]]''. Jadi mempunyai tujuan yang sama untuk mencapai [[Tuhan Yang Maha Esa]], hanya berbeda kemasannya. Tuhan Yang Maha Esa dalam istilah agama Kaharingan disebut ''Ranying''.