Ajaran Samin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dubaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Dubaya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
== Sejarah ==
Raden kohar lahir di Blora merupaka putera Surowijoyo bangsawan Sumoroto (sekarang kecamatan di Ponorogo). ketika menginjak usia dewasa, Raden kohar disuruh ahayandanya untuk ke tempat kerabat saudaranya disumoroto yang merupakan leluhurnya. Brotonegoro adalah penguasa Sumoroto yang merupakan kakek buyut Raden Kohar.
 
menjadi orang istimewa membuat Raden kohar kemana-mana dikawal oleh ajudan di sumoroto bahkan hingga pedalaman hutan. Raden kohar melihat pemandangan yang berbeda antara Blora dan Ponorogo seperti halnya para lelaki yang disebut warok dengan pakaian hitam serta mengenakan iket memilki ilmu yang mumpuni menentang peraturan Belanda seperti memberikan upeti seperti hasil alam maupun ternak. kawanan warok ini suka mengelabuhi tentara belanda ketika menagih upeti dan disesatkan ke dalam hutan. padahal ada yang menyebut bahwa ada beberapa kelompok warok yang suka merampok.
 
Raden Kohar tertarik dengan dasar prinsip para warok bahwa semuanya adalah "titipan tuhan yang maha kuasa" .Raden kohar berkeinginan belajar kepada para warok yang berada di hutan, hal ini disambut dengan baik oleh kalangan warok. Raden kohar di beri ilmu spiritual, beladiri, cocok tanam yang lebih maju serta pemahaman-pemahaman segala kehidupan warok dengan kesenian reyog. setelah beberapa tahun belajar, Raden Kohar mengganti namanya Menjadi Samnin Suro Sentiko atas saran para warok. juga pakaiannya yang biasa di kenakan oleh kalangan kadipaten lebih memilih memakai pakaian khas warok yang serba hitam dari penadon, iket, usus-usan yang panjang serta celana tiga per empat ini untuk memudahkan ketika bercocok tanam.
 
setiba di blora, Suro sentiko mengadakan pertunjukan Barongan (kala itu reyog lebih dikenal barongan) untuk mengumpulkan masa, disaat tengah-tengah pertunjukan suro sentiko mengatakan untuk menentang peraturan belanda, siapa yang ikut dengannya akan diberikan ilmu beladiri, spiritual, bercocok tanam. hal ini yang membuat banyak warga tertarik dan berpindah tempat ke hutan. waktu demi waktu sudah banyak pengikut suro sentiko, para pengikutnya menyebut ajarannya adalah ajaran samin. hidup ditengah hutan bukan berarti kekurangan, dengan upaya yang disarankan suro sentiko menjadi berkecukupan menikmati hasil bumi tanpa diberikan ke belanda.
 
Desas-desus Suro sentiko terdenar oleh Belanda yang pada akhirnya diculik dan diasingkan ke Padang, sumatera hingga meninggal dunia.
bahkan saat ini para keturunan pewaris ajaran samin belum tahu bahwa ajaran saminmisme berakar dari pemahaman para warok.