Saidullah dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 39:
Mangkubumi (kepala pemerintahan) diputuskan dijabat oleh pamannya, '''Pangeran di-Darat''' dengan gelar '''Panembahan di-Darat'''. Panembahan di-Darat ini memiliki wewenang kekuasaan politik negara dan pemerintahan yang besar, sehingga Sultan Saidullah menjadi raja boneka belaka. Ketika Panembahan di-Darat meninggal setelah menjabat mangkubumi selama 5 tahun, penggantinya adalah Ratu Kota Waringin (Pangeran Dipati Anta-Kasuma) yang juga menjabat selama 5 tahun kemudian mengundurkan diri karena uzur. Kemudian Pangeran Dipati Anta-Kasuma mengusulkan mangkubumi baru, adik tirinya yaitu Raden Halit/Pangeran Dipati Tapasena yang dilantik dengan gelar Pangeran Dipati Mangkubumi. <ref name="hikayat banjar"/>
 
Sultan Saidullah mangkat pada tahun [[1660]]. Tiga tahun sebelumnya pamannya, Ratu Kota Waringin/Ratu Bagawan/Pangeran Dipati Anta-Kasuma (anak almarhum Sultan Mustain Billah) juga telah mangkat. Kemudian Ratu Hayu (anak almarhum Sultan Mustain Billah) memimpin rapat Dewan Mahkota dan telah disetujui pembesar istana lainnya untuk menabalkan Pangeran Dipati Mangkubumi (anak almarhum Sultan Mustain Billah) sebagai Penjabat Sultan Banjar dengan gelar Sultan Ri'ayatullah atau Pangeran Ratu, karena ketika itu Putera Mahkota (anak Sultan Saidullah) belum dewasa. ''Swargi''<ref>disebut surgi (almarhum) dalam bahasa Banjar</ref> Sultan Saidullah memiliki dua orang putera dari selir yaitu [[Suria Angsa dari Banjar|Raden Bagus]] dan Raden Basus yang berhak menggantikannya sebagai raja.<ref name="hikayat banjar"/>
 
== Perang Anti VOC tahun 1638 di Masa Sultan Inayatullah ==